Mesir Menuju Liberalisasi Yang Tidak Liberal
Perjalanan Mesir menghancurkan dan mencampakan budaya asli Mesi itu sendiri. Keinginan mayoritas rakyat dengan pemaksaaan rezim militer sangat tidak sejalan dan saling bertentangan. Semua bertujuan hanya ingin melanggengkan kekuasaan rezim militer saja.
Mereka ingin menghilangkan dan memberangus Islam dari kancah-kancah demokrasi, pemerintahan dan politik. Padahal Islam merupakan budaya sekaligus keyakinan yang sangat mengakar kuat di Mesir.
Hal ini dibuktikan, ketika kran demokrasi dan ketika kebebasan buka seluas-luasnya maka mayoritas rakyat Mesir mendukung partai politik dan presiden yang berhaluan Islam. Ketika rancangan Undang-Undang sejalan dengan aspirasi Islam 63 persen rakyat mendukung Undang-Undang tersebut. Namun kebebasan ini sepertinya akan segera dipupus secara paksa oleh militer Mesir.
Ide yang diusung oleh militer saat ini adalah liberalisasi. Liberalisasi yang tidak liberal, Liberalisasi dengan tangan besi, liberalisasi yang dipaksakan, liberalisasi yang ditegakan dengan senjata bukan keinginan mayoritas rakyat Mesir.
Hal ini terbukti dengan dicabutnya Islam sebagai dasar Negara. Hal ini terlihat juga dari ditetapkannya ide pelarangan mendirikan partai dengan dasar keagamaan. Bahkan lebih parah lagi partai yang didukung kalangan keagamaan juga hendak dilarang oleh pemerintah kudeta militer.
Amandemen konstitusi diatas, menampakkan paradoksi kekuatan sipil dengan kondisi riil di lapangan. Pihak-pihak yang sekarang duduk di majelis amandemen sebenarnya tidak mempunyai basis pendukung yang besar, dan juga tidak mempunyai akar sejarah yang kuat di masyarakat.
Oleh karena itulah mereka memaksakan kehendak mereka kepada masyarakat. Mereka ingin menjadikan Mesir sebagai negara liberal dan sekular.(Nasrulloh Mu/Kompasiana)
0 komentar:
Post a Comment