Cabut Larangan Jilbab, Turki Menuju Islamisasi?
Satu lagi gebrakan tak populis di mata kaum sekuler dilakukan Presiden Turki Recep Tayyib Erdogan yakni mencabut larangan berjilbab di lembaga-lembaga negara negeri itu. Sebelumnya presiden yang berasal dari Partai Keadilan dan Pembangunan (AKP) telah menyulut kemarahan kaum nasioanlis dan sekuler yang telah memberi izin penggunaan bahasa Kurdi yang dicap separatis tulen bagi mereka. Padahal apa yang dilakukan presiden Turki demi menghindari pertumpahan darah di negara itu yang terus berkepanjangan.
Masalah larangan berjilbab di Turki sendiri merupakan produk ilegal yang gagal dari bapak pendiri Turki Mustafa Kemal dengan julukan Attaturk. Kebijakan yang bertujuan untuk menjauhkan Islam dalam kehidupan dan sistem politik di Turki pada akhirnya membuat Turki menjadi negara yang lumayan maju tetapi mundur secara moral. Pola hidup warganya yang menjauh dari agama menbuat korupsi dan kejahatan lain merajalela di semua aspek kehidupan. Ekonomi Turki merosot dan hanya menyisakan hutang yang membengkak.
Rakyat Turki perlahan menyadari itu. Gairah untuk menghidupkan kembali nilai-nilai agama merasuki ruang publik. Muslim, Nasrani, yahudi yang selama ini tak bisa bebas beribadah dibawah ketatnya pengawalan faham sekularisme oleh militer, seolah mendapatkan angin segar yang selama ini sempat membuat keyakinan mereka “sempit dan sesak.”
Memang masih banyak pendukung setia sekularisme di Turki yang mengecam langkah-langkah Erdogan yang dianggap melakukan “Islamisasi” seperti di Mesir. Mereka terus berusaha menjegal kiprah Erdogan dengan berbagai dalih dan dalil. Tak terhitung usaha yang dilakukan untuk menjatuhkan wibawa Erdogan. Salah satunya mengerahkan massa, dengan harapan rakyat Turki mendukung pandangan mereka dan dapat berbuat hal yang sama yaitu menjatuhkan presiden mereka sendiri yang terpilih secara demokratis seperti yang terjadi di Mesir sana.
Sayangnya usaha ini kurang berhasil menarik hati rakyat Turki yang sudah “terluka” oleh sekularisme. Rakyat Turki malah unjuk kekuatan sangat dahsyat membela presiden mereka yang dianggap berhasil menyelamatkan perekonomian Turki dari ambang keruntuhan. Dukungan yang sangat luar biasa dari rakyat Turki membuat negara-negara diluar Turki yang memiliki kepentingan sama dengan kelompok sekuler menjadi ciut. mereka tak berani mengobok-obok Turki layaknya Mesir, Libya atau Suriah.
Adapun Isyu “Islamisasi” yang dihembuskan juga tak mampu menarik simpati rakyat. Sudah lama rakyat Turki menginginkan kebebasan beragama, baik Muslim, Nasrani maupun Yahudi. Ketika ada seorang pemimpin yang memberikannya dengan setulus hati, tentu mereka merasa wajib untuk membelanya.
Alhasil, pencabutan larangan berjilbab di Turki menandai kembalinya kebebasan menjalankan keyakinan yang memang seharusnya dilindungi oleh negara. Untungnya, kaum sekuler menyadari itu dan mungkin berjanji akan menerapkannya kembali lewat pemilu. Perilaku yang patut di contoh. Biarlah rakyat yang menentukan nantinya pada pemilu dengan demokrasi tanpa demonstrasi.(erwin al wazir/kompasiana)
0 komentar:
Post a Comment