Dibunuh Penguasa Zalim adalah Syahid, mereka bukan Bughat apalagi Khawarij
Oleh : Farid Numan Hasan
Mengapa mereka disebut syahid? Ada beberapa hujjah. Di antaranya;
Hadits Pertama. terdapat hadits yang shahih, tentang jihad paling agung dan paling afdhal adalah sebagai berikut:
عَنْ أَبِي سَعِيدٍ الْخُدْرِيِّ قَالَ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أَفْضَلُ الْجِهَادِ كَلِمَةُ عَدْلٍ عِنْدَ سُلْطَانٍ جَائِرٍ أَوْ أَمِيرٍ جَائِرٍ
“Dari Abu Said al Khudri, dia berkata bahwa Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam bersabda: “Jihad yang paling utama adalah mengutarakan perkataan yang ‘adil di depan penguasa atau pemimpin yang zhalim.” (HR. Abu Daud No. 4344. At Tirmidzi No. 2174, katanya: hadits ini hasan gharib. Ibnu Majah No. 4011, Ahmad No. 18830, dalam riwayat Ahmad tertulis Kalimatul haq (perkataan yang benar) )
Syaikh Syu’aib Al Arnauth mengatakan shahih. (Tahqiq Musnad Ahmad No. 18830), juga dishahihkan oleh Syaikh Al Albani. (As Silsilah Ash Shahihah No. 491)
Nah, disebut apa orang yang mempersembahkan jiwanya, dibunuh oleh pemimpin yang zhalim karena perjuangannya menegakkan syariat Allah Ta’ala? Menurut hadits di atas Itulah afdhalul jihad sebab ia dibunuh oleh penguasa tiran pada masanya.
Hadits Kedua. Dari Jabir radhiallahu ‘anhu, Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam bersabda:
سيد الشهداء حمزة بن عبد المطلب ، ورجل قال إلى إمام جائر فأمره ونهاه فقتله
“Pemimpin para syuhada adalah Hamzah bin Abdul Muthalib, dan orang yang melawan penguasa kejam, ia melarang dan memerintah, namun akhirnya ia mati terbunuh.” (HR. Ath Thabarani dalam Al Awsath No. 4079, Al Hakim, Al Mustdarak ‘Ala ash Shaihain, No. 4884, katanya shahih, tetapi Bukhari-Muslim tidak meriwayatkannya. Al Bazzar No. 1285. Syaikh Al Albany mengatakan shahih dalam kitabnya, As Silsilah Ash Shahihah No. 374 )
Dari hadits ini dapat kita ketahui. Pemimpin para syuhada ada dua orang.
Pertama, Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam menyebut langsung secara definit yaitu pamannya sendiri, Hamzah bin Abdul Muthalib Radhiallahu ‘Anhu.
Kedua, Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam hanya memberikan kriterianya, yaitu mereka yang dibunuh oleh penguasa yang zalim ketika beramar ma’ruf dan nahi munkar kepada mereka.
Orang-orang yang menyeru kebaikan secara damai kepada penguasa zalim, agar mereka kembali kepada Allah Ta’ala, tidak tunduk kepada musuh, justru penguasa zalim ini takut kekuasaannya terancam, lalu dia membunuh orang-orang yang mengajak itu. Menurut hadits ini, orang yang terbunuh itu syahid, bahkan penghulu para syuhada, karena dia melakukan amar ma’ruf nahi munkar kepada penguasa yang zalim. Wallahu a'lam.
Hadits Ketiga. Dari Sa’id bin Zaid, bahwa Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam bersabda:
مَنْ قُتِلَ دُونَ مَالِهِ فَهُوَ شَهِيدٌ، وَمَنْ قُتِلَ دُونَ أَهْلِهِ فَهُوَ شَهِيدٌ، وَمَنْ قُتِلَ دُونَ دِينِهِ فَهُوَ شَهِيدٌ، وَمَنْ قُتِلَ دُونَ دَمِهِ فَهُوَ شَهِيدٌ
“Barangsiapa yang terbunuh karena membela hartanya, maka ia syahid. Terbunuh karena membela keluarga, maka ia syahid. Barangsiapa terbunuh membela agamanya, ia syahid. Barangsiapa yang terbunuh karena membela darahnya, maka ia syahid.” (HR. Ahmad No. 1652, Abu Daud No 4772, Ath Thayalisi No. 233. Berkata Syaikh Syuaib Al Arnauth: sanadnya kuat. Ta’liq Musnad Ahmad, 3/190)
Hadits Keempat. Dari Abu Hurairah Radhiallahu ‘Anhu:
قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ مَا تَعُدُّونَ الشَّهِيدَ فِيكُمْ قَالُوا يَا رَسُولَ اللَّهِ مَنْ قُتِلَ فِي سَبِيلِ اللَّهِ فَهُوَ شَهِيدٌ قَالَ إِنَّ شُهَدَاءَ أُمَّتِي إِذًا لَقَلِيلٌ قَالُوا فَمَنْ هُمْ يَا رَسُولَ اللَّهِ قَالَ مَنْ قُتِلَ فِي سَبِيلِ اللَّهِ فَهُوَ شَهِيدٌ وَمَنْ مَاتَ فِي سَبِيلِ اللَّهِ فَهُوَ شَهِيدٌ وَمَنْ مَاتَ فِي الطَّاعُونِ فَهُوَ شَهِيدٌ وَمَنْ مَاتَ فِي الْبَطْنِ فَهُوَ شَهِيدٌ
Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam bersabda:”Apa menurut kalian tentang oang yang mati syahid?” Mereka menjawab: “Wahai Rasulullah, asy Syahid adalah buat mereka yang dibunuh fisabilillah.” Rasulullah bersabda: “Jika demikian saja, maka syuhada umatku sedikit.” Mereka bertanya: “Lalu, siapa mereka Ya Rasulullah?” Rasulullah menjawab: “Barangsiapa dibunuh dijalan Allah itulah Syahid, dan barangsiapa mati fisabilillah itulah syahid, yang mati karena tha’un (sejenis penyakit lepra) maka dia syahid, dan siapa yang mati karena sakit perut dia syahid.” (HR. Muslim No. 1915)
Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam menyatakan syahid orang ‘sekadar’ membela diri dan keluarga, lalu bagaimana dengan membela agama dan kehormatan syariat Allah? Bukankah itu syahid?
Urusan Hati Serahkan kepada Allah Ta’ala
Terhadap para pejuang, hendaknya kita berbaik sangka. Jangan sampai lahir sikap-sikap sinis mempertanyakan niat mereka. Para ulama tidak menilai hati mereka, sebab urusan niat kita serahkan kepada Allah Ta’ala. Mereka hanya menilai secara zhahir apa yang dilakukan oleh para pejuang tersebut. Kita tidak dibebani untuk membedah hati masing-masing pejuang, justru kita dianjurkan untuk berbaik sangka kepada sesama muslim, apalagi kepada para pejuang Islam.
Tidak pantas menanyakan, “Jangan-jangan mereka hanya mencari pamor saja,” atau “mereka ingin mencari kekuasaan,” atau , “ada ambisi pribadi dibalik perjuangan mereka,” dan semisalnya.
Imam Badruddin Al ‘Aini mengatakan:
إحسان الظن بالله عز وجل وبالمسلمين واجب
Berbaik sangka kepada Allah ‘Azza wa Jalla dan kaum muslimin adalah wajib. (‘Umdatul Qari, 29/325)
Sikap Para Ulama
Pemberian gelar Asy Syahid untuk orang yang wafat karena berjuang di jalan Allah Ta’ala, bukan hanya diberikan kepada Hasan Al Banna, Sayyid Quthb, Abdullah ‘Azzam, Marwan Hadid, dan lainnya, tetapi jauh sebelum mereka sudah ada yang disebut dengan Asy Syahid pada namanya.
Demikian yang diriwayatkan oleh Imam Adz Dzahabi dalam Siyar A’lam An Nubala.
Imam Adz Dzahabi Rahimahullah
Sebagai contoh nama yang diberi gelar Asy Syahid oleh Imam Adz Dzahabi dalam kitab Siyar-nya adalah:
- As Sayyid Asy Syahid As Sabiq Al Badri Al Qursyi (Juz. 1, Hal. 145)
- As Sayyid Asy Syahid Al kabir Abu Hudzaifah (Juz. 1, Hal. 164)
- Abu Ya’ala Al Qursyi Al Hasyimi Al Makki Asy Syahid (Juz. 1, Hal. 172)
- Al Amir As Sa’id Asy Syahid Abu Amru Al Anshari (Juz. 1, Hal. 230)
- As Sayyid Asy Syahid Al Mujahid At Taqi Abu Abdirrahman Al Qursyi Al ‘Adawi (Juz. 1, Hal. 298)
- As Sa’id Asy Syahid ‘Ukasyah bin Muhshin (Juz. 1 Hal. 307)
- Al Husein Asy Syahid (Juz. 2, Hal. 202)
- Asy Syahid ‘Ubaidah bin Al Harits Al Muthallibi (Juz. 2, hal. 218)
- Al Malik Al Kamil Asy Syahid Nashiruddin Muhammad bin Al Malik Al Muzhaffar (Juz. 23 Hal. 201)
- Al Khalifah Asy Syahid Abu Ahmad Abdullah bin Al Mustanshir billah (Juz. 23, Hal. 174)
- Dan masih banyak puluhan nama yang oleh Imam Adz Dzahabi disebut dengan gelar Asy Syahid.
Imam Ibnu Khaldun Rahimahullah
Imam Ibnu Khaldun juga mengatakan tidak boleh dikatakan bughat (memberontak) bagi orang yang melakukan perlawanan terhadap pemimpin yang fasiq. Beliau memberikan contoh perlawanan Al Husein terhadap Yazid, yang oleh Ibnu Khaldun disebut sebagai pemimpin yang fasiq. Apa yang dilakukan oleh Al Husein adalah benar, ijtihadnya benar, dan kematiannya adalah syahid. Tidak boleh dia disebut bughat (memberontak/makar) sebab istilah memberontak hanya ada jika melawan pemimpin yang adil. (Muqaddimah, Hal. 113)
Ketahuilah, yang dilawan oleh kaum khawarij adalah pemimpin yang sah dan adil, yaitu Ali bin Abi Thalib Radhiallahu ‘Anh akhirnya Ali pun memerangi mereka di daerah Nawahan. Sebagaimana pembangkangan kaum sekuler, liberal, di Mesir, yang dibantu oleh Kristen Koptik terhadap pemimpin yang legitimate dan bercita-cita mengembalikan syariat Islam dan membendung Syiah, yaitu Syaikh Muhammad Mursi Hafizhahullah. Sedangkan yang kita bincangkan adalah perlawanan kalimatul haq terhadap penguasa yang zalim dan tiran, sebagaimana yang banyak dilakukan aktifis gerakan Islam di banyak negara saat ini, yang justru disebut sebagai afdhalul jihad. Tentu nilai perlawanan keduanya tidaklah sama.
Syaikh Abdullah bin Abdurrahman Al Jibrin Hafizhahullah
Beliau menyebut gelar Asy Syahid terhadap Syaikh Hasan Al Banna dan Syaikh Sayyid Quthb berikut ucapannya:
“Saya katakan bahwa Hasan al Banna dan Sayyid Quthb adalah termasuk ulama kaum muslimin, dan Allah telah memberikanmanfaat dan petunjuk kepada manusia demikian banyaknya, dan perjuangan mereka berdua tidak ada yang mengingkari. Oleh karena itu, Syaikh Abdul Aziz bin Baz telah memberikan pembelaan terhadap Sayyid Quthb ketika dia diputuskan dihukum mati, dia memberikan pembelaan yang lembut, namun pembelaan itu ditolak oleh Presiden Jamal Abdun Nashir – semoga Allah membalas perbuatannya- dan ketika keduanya (Hasan al Banna dan Sayyid Quthb) terbunuh dan keduanya disebut sebagai Asy Syahid karena mereka meninggal terzhalimi. Orang-orang umum dan khusus telah bersaksi bahwa mereka berdua adalah syahid. Hal ini dimuat berbagai media masa dan buku-buku tanpa ada yang mengingkari.
Kemudian para ulama menyambut buku-buku mereka berdua dan Allah telah memberikan manfaat dalam buku-buku tersebut. Dan tidak ada yang menjelek-jelekkan mereka berdua sejak lebih dari duu puluh tahun.” (Prof. Dr. Taufiq Yusuf Al Wa’i, Al Ikhwan Al Muslimun Kubra Al Harakat Al Islamiyah Syubuhat wa Rudud, Hal. 515. Cet. 1, 1421H-2001M. Maktabah Al Manar Al Islamiyah)
Syaikh Sayyid Quthb dihukum mati tahun 1966M, lebih dari dua puluh tahun kemudian yakni tahun awal 90an, pasca perang teluk mulai beredar tulisan, ceramah, majalah, dan buku-buku, yang mencela beliau, dan umumnya tokoh pergerakan. Kita mengetahui ‘konflik’ para ulama Saudi saat itu, lantaran fatwa bolehnya minta pertolongan kepada AS untuk menyerang Irak. Akhirnya, ulama-ulama yang tidak setuju seperti Salman Al Audah, Safar al Hawali, ‘Aidh al Qarni, dan yang sepemikiran dengan mereka dipenjara dan dijauhi. Ujung-ujungnya, mereka dianggap terpengaruh oleh pemikiran Ikhwanul Muslimin, khususnya Sayyid Quthb. Akhirnya terjadilah apa yang terjadi sampai hari ini.
Syaikh Manna’ Khalil Al Qattan Rahimahullah
Beliau adalah ulama tafsir, mantan Ketua Mahkamah Tinggi Mekkah Al Mukarramah, beliau juga menyebut Al Ustadz Hasan al Banna adalah Asy Syahid.
“Gerakan Ikhwanul Muslimin yang didirikan oleh Asy Syahid Hasan Al Banna bisa dikatakan sebagai gerakan Islamiyah modern terbesar tanpa ada yang menyangkal. Dan, tidak ada seorang pun dari musuh-musuhnya yang bisa mengingkari keutamaannya dalam perannya membangkitkan umat di dunia Islam secara keseluruhan.” (Syaikh Manna’ Khalil al Qattan, Mabahits Fi ‘Ulumil Qur’an, Hal. 362-363. Cet. 2, 2002M-1423H. Maktabah Wahbah)
Syaikh Abdul Aziz bin Abdillah bin Muhammad Alu Asy Syaikh Hafizhahullah
Beliau adalah mufti Kerajaan Saudi Arabia, pengganti Syaikh Ibnu Baaz. Beliau berkata tentang wafatnya Syaikh Ahmad Yasin Rahimahullah:
“Sesungguhnya kami menerima kabar pembunuhan Asy Syaikh Asy Syahid Ahmad Yasin ini dengan perasaan duk. Semoga Allah mengampuni beliau, merahmatinya, dan meninggikan derajatnya di surga dan memberikan pengganti beliau dalam rangka melawan kekuatan zalim yang keji semoga Allah membalas berbuatan mereka.” (http://www.said.net/Doat/Zugait/313.htm)
Lihat … gelar syahid, langsung disebutkan oleh mufti kerajaan Saudi Arabia ini. Bukan hanya beliau, ada 65 ulama yang memberikan ucapan belasungkawa terhadapnya, di antaranya ada Syaikh Shalih Al Luhaidan Hafizhahullah, anggota Hai’ah Kibar al Ulama. Bahkan dia mencela orang-orang yang mencela HAMAS dan Syaikh Ahmad Yasin.
Beliau berkata:
الرجل أشتهر عنه الخير .. والثبات ..
وإغاضة اليهود .. ومن ورائهم من حماتهم ..المدافعين عنهم ..ثم الرجل قُتِل قتلةً ،، بشعةً ،، شنيعة .. نسأل الله أن يجعله بعدها في أعلى عليين ..
تَنَقُصُهم ، هو ومن يقاتل اليهود ، .. لايدل على خير من المُنَتَقِص .. وإنما إما يدل على إما جهل بالحقائق ..أو عن هوى ..والمسلم ينبغي أن يتجنب هذا وهذا ..
“Laki-laki ini (Syaikh Ahmad yasin) terkenal dengan kebaikannya, keteguhannya dan perlawanannya yang sengit terhadap Yahudi. Dan, di belakang beliau ada orang-orang yang siap melindungi dan membelanya (maksudnya HAMAS). Kemudian Syaikh Ahmad Yasin dibunuh secara keji dan tak berperikemnusiaan. Kita memohon kepada Allah memasukkannya di surgaNya yang tinggi. Orang-orang yang menjelek-jelekkan mereka –padahal beliau orang yang memerangi Yahudi- tidak menunjukkan kebaikan orang yang menjelek-jelekkannya, melainkan menunjukkan kebodohannya terhadap fakta yang ada atau hanya menunjukkan hawa nafsunya. Seorang muslim hendaknya menjauhi hal ini dan itu … (http://www.islamgold.com/view.php?gid=7&rid=130)
Asy Syaikh Al Hajj Amin Al Hushaini Rahimahullah
Dia adalah mufti Palestina pada pertengahan abad 20. Dia menyebut Syaikh Hasan al Banna dengan sebutan Asy Syahid. Beliau berkata:
“Asy Syahid Hasan al Banna dan para pengikutnya telah memberi sumbangan besar bagi Palestina. Mereka mempertahankannya dengan berjuang keras dan cita-cita mulia. Semuanya merupakan karya nyata dan kebanggaan yang ditulis dalam sejarah jihad dengan huruf yang terbuat dari cahaya.” (Badr Abdurrazzaq al Mash, Manhaj Da’wah Hasan al Banna, hal. 141-142)
Fatwa Syaikh Abdullah Al Faqih Hafizhahullah
رقم الفتوى : 32061
عنوان الفتوى : من قتل دون دينه فهو شهيد
تاريخ الفتوى : 12 ربيع الأول 1424
السؤال
قرأت في أحد الكتب لمؤلف يدعى مبارك رمضاني الجزائري أنه يقول إن الشيخ الألباني ذكر أن كلا من الشهيدين حسن البنا وسيد قطب ليسا بشهيدين إطلاقاً، فهل ذكر الشيخ الألباني هذا الكلام ولماذا إذن ليسا بشهيدين؟
الفتوى
الحمد لله والصلاة والسلام على رسول الله وعلى آله وصحبه أما بعد:
فلم نطلع على ما ذكره السائل الكريم عن الشيخ الألباني رحمه الله ولكننا ننبه السائل الكريم إلى أنه صح عن النبي صلى الله عليه وسلم أنه قال: ومن قتل دون دينه فهو شهيد. أي في نصرة دين الله تعالى والذَّبِّ عنه بأي وسيلة.
فقد روى الإمام أحمد والترمذي وأبو داود والنسائي عن سعيد بن زيد واللفظ للترمذي قال: سمعت رسول الله صلى الله عليه وسلم يقول: من قتل دون ماله فهو شهيد، ومن قتل دون دينه فهو شهيد، ومن قتل دون دمه فهو شهيد، ومن قتل دون أهله فهو شهيد. قال الترمذي: هذا حديث حسن صحيح، وبعضه في الصحيحين.
قال العلماء: لأن المؤمن محترم ذاتاً وديناً ومالاً وأهلاً، فإذا اعتدي على شيء من ذلك جاز له الدفع عنه فإذا قتل بسببه فهو شهيد .وعلى هذا.. فإننا نرجو للشيخين المذكورين أن يكونا شهيدين عند الله تعالى، فإن الظاهر من حالهما أنهما ما قتلا إلا بسبب الدفاع عن هذا الدين العظيم وتبنيه منهج حياة ودعوة الناس إليه، وبيان زيف الدعوات الباطلة والأفكار المنحرفة التي ظهرت في زمنهما، ونقول هذا حسب الظاهر والله تعالى يتولى السرائر، وهو سبحانه وتعالى أعلى وأعلم.
والله أعلم.
المفتـــي: مركز الفتوى بإشراف د.عبدالله الفقيه
No Fatwa: 32061
Tanggal Fatwa: 12 Rabiul Awwal 1424 H
Pertanyaan:
Saya telah membaca sebuah buku karangan Mubarak Ramdhani Al Jazairy. Ia mengatakan bahwasanya Asy Syaikh Al Albani telah menyebutkan, bahwa Asy Syahid Hasan Al-Banna dan Asy Syahid Sayyid Quthb bukanlah termasuk syahid secara muthlak. Yang menjadi pertanyaan, apakah benar Syaikh Al Albani pernah mengatakan perkataan seperti ini? Lantas kalau memang betul, kenapa keduanya tidak dikatakan sebagai orang yang mati syahid?
Fatwa:
Segala Puji bagi Allah, salawat dan salam atas Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam, keluarga dan para sahabatnya, Amma Ba’du
Kami belum sempat untuk menelaah apa yang ditanyakan oleh saudara penanya tentang pendapat Syaikh Al Albani Rahimahullah.
Namun dapat kami jelaskan kepada saudara penanya, bahwasanya telah disebutkan secara shahih dari Nabi Shallallahu ‘alaihi wa Sallam, sesungguhnya beliau bersabda:
“Barangsiapa yang terbunuh karena agamanya, maka dia adalah syahid”.
Hadis diatas memiliki pengertian, bahwasanya orang yang menolong agama Allah dan membelanya dengan cara apapun juga, bila ia terbunuh, maka ia terbunuh dalam keadaan syahid.
Imam Ahmad, At-Tirmidzi, Abu Daud, dan an-Nasai meriwayatkan dari Sa’id bin Zaid, sedangkan lafadznya adalah bagi at-Tirmidzi. Ia berkata: “Aku telah mendengar Rasulullah Saw berkata: “Barangsiapa yang terbunuh karena hartanya, maka dia syahid; Barangsiapa terbunuh karena agamanya, maka dia syahid; barangsiapa terbunuh karena darahnya maka dia syahid; barangsiapa terbunuh karena membela keluarganya, maka dia syahid”. Lalu at-Tirmidzi berkata: “Hadis ini Hasan Shahih, sedangkan sebagian lainnya terdapat dalam shahihain”.
Para ulama berkata: Sesungguhnya seorang mu’min yang terhormat secara pribadi, agama, harta dan keluarganya; maka apabila ada yang ingin melakukan suatu kejahatan atas salah satu dari yang telah disebutkan tadi, ia diperbolehkan untuk membela diri dan mempertahankannya. Namun apabila ia terbunuh karena disebabkan melakukan perlawanan untuk mempertahankan keempat hal tersebut diatas, maka ia termasuk syahid.
Berdasarkan pada keterangan dan penjelasan hadis diatas. Maka kami berharap, kedua syaikh yang namanya telah disebutkan diatas termasuk dalam kelompok yang mati syahid dalam pandangan Allah Subhanahu wa Ta’ala. Karena secara zhahirnya, keadaan beliau berdua dibunuh karena disebabkan mempertahankan eksistensi agama yang mulia ini, membangun manhaj kehidupan dan mengajak manusia ke dalamnya. Beliau berdua juga telah berjasa dalam membuka kedok kebohongan kelompok batil dan pemikiran yang menyimpang lagi menyesatkan yang ada dan muncul dimasanya.
Kami hanya bisa mengatakan, demikianlah keadaan kematian beliau berdua secara kasat mata, dan kita hanya bisa menghukumi dari sesuatu yang nampak secara lahiriyah saja. Namun sekali lagi, hanya Allah lah yang mengetahui segala yang tersembunyi yang manusia tidak ketahui. Dialah Allah Ta’ala yang Maha Tinggi dan Lebih Mengetahui. Wallahu A’lam
Mufti:
Pusat Fatwa dibawah pimpinan Syaikh DR. Abdullah al-Faqih. (sumber: Fatawa Asy Syabkah Al Islamiyah)
Selain itu, Syaikh Bakr Abu Zaid Rahimahullah –anggota Al Lajnah Daimah di Saudi Arabia- juga menegaskan masyru’-nya sebutan Asy Syahid, sebagaimana tertulis dalam situs islamgold.com.
Wallahu A’lam
0 komentar:
Post a Comment