SURAT PEMIMPIN IKHWAN MOHAMMED BELTAGY KEPADA ANAKNYA ASMAA YANG SYAHID DI RAB'AH
PEMIMPIN Ikhwanul Muslimin Mohamed al-Beltagy menulis surat kepada putrinya Asmaa yang Syahid Rabu (14/8/2013) oleh penembak jitu di Raba’ah al-Adawiyah, Kairo.
Surat ini diterbitkan di akun media sosial al Beltagy. Ia mengungkapkan perasaannya kepada putrinya sebagai berikut:
“Putriku terkasih dan guru yang tak ternilai …
Aku tidak bisa mengucapkan kata perpisahan untukmu, namun “sampai ketemu besok”. Engkau sudah berjalan begitu terhormat menantang kekejaman. Menolak semua hambatan, karena engkau sudah jatuh cinta terhadap kebebasan. Diam-diam engkau sedang mencari cakrawala baru dalam rangka menghidupkan dan merekonstruksi kembali umat sehingga mereka mempunyai tempat yang layak dalam perjalanan peradaban ini.
Engkau selalu haus akan ilmu dan pengetahuan meskipun engkau selalu jadi yang terbaik di sekolah.
Semasa hidup di dunia, aku tidak pernah memiliki waktu yang cukup berbicara denganmu. Aku tidak punya cukup waktu untuk menjadi bahagia dan menikmati hidup. Ketika kita akhirnya berkumpul di Rabaa al-Adawiya, engkau mengatakan kepadaku, “Ayah masih terasa jauh dariku bahkan ketika kita bersama-sama seperti ini.”
Aku jawab, “Hidup ini tidak selamanya bisa kita miliki satu sama lain, dan aku berdoa kepada Allah menganugerahkan kita berdua dengan percakapan ini di surga sehingga kita bisa saling memiliki waktu yang cukup satu sama lain.”
Dua hari sebelum kau syahid, aku bermpimpi melihatmu dalam gaun pengantin. Kau benar-benar terlihat cantik. Ketika engkau duduk di sampingku, aku bertanya, “Apakah engkau menikah malam ini?”
“Tidak, bukan malam ini. Tapi besok di siang hari,” jawabmu. Aku baru mengerti arti katamu dalam mimpi, ketika aku mendengar engkau telah syahid Rabu siang itu. Aku berdoa kepada Allah agar menerimamu sebagai syahid. Syahidnya engkau memperkuat keyakinan kita bahwa kita berada di jalan yang benar dan musuh kita berada dalam kekosongan.
Aku sangat menyesal bahwa aku tidak bisa bersamamu di saat terakhirmu, dan aku tidak bisa melihat dan mencium dahimu untuk terakhir kalinya dan mendapat kehormatan melakukan shalat jenazah untukmu. Hal yang membuat aku tidak bisa melakukannya sama sekali bukan karena takut mati atau gelapnya sel penjara.
Peluru tajam menembus dadamu saat engkau menolak kekejaman. Ada tekad dan jiwa yang besar dalam dirimu. Aku percaya bahwa engkau setia pada janji Allah dan Dia pun setia kepada janji-Nya untukmu. Itulah mengapa bukan kami yang diberikan syahid ini, melainkan engkau.
Terakhir putriku terkasih dan guru tak ternilai …
Aku tidak mengucapkan kata perpisahan untukmu. Kita akan berada di tepi kolam renang di Surga Kautsar dengan Nabi dan para sahabatnya, dalam posisi terhormat dan dekat dengan kekuasaan dan aturan Allah; itu adalah pertemuan dimana kita bisa memliki satu sama lain.” [sa/islampos/world bulletin]
0 komentar:
Post a Comment