Dalam laporannya yang ditulis di Newyork Times, beliau menyebutkan bahwa Bablawi adalah sebuah “bencana”. Hal itu dilihat dari cara yang dilakukannya untuk menggagalkan setiap usaha Amerika dalam menyelesaikan krisis politik di Mesir secara damai.
Misalnya, Graham menceritakan pertemuannya dengan Bablawi. Bablawi selalu menasihatinya agar tidak bernegosiasi dengan Ikhwan, sebelum mereka menyudahi demonstrasi dan menghormati undang-undang.
Dalam kesempatan itu Graham menjawab, “Sangat sulit bagi orang sepertimu untuk memberikan ceramah tentang undang-undang. Berapa suara yang kau dapatkan dalam pemilu? Kamu sama sekali belum pernah menjadi kontestan pemilu.” Menurutnya, secara hukum Ikhwanlah yang berhak memimpin karena mereka telah memenangkan berbagai pemilu.
Pendukung Presiden Mursi telah setuju dengan solusi damai. Mereka siap mengurangi setengah jumlah demonstran di Rab’ah, dengan catatan semua pimpinan mereka dibebaskan. Setelah itu baru akan dibicarakan langkah selanjutnya dalam kerangka penyelesaian damai. Tapi waktu terus berjalan, pihak penguasa kudeta tak juga membebaskan mereka. Yang ada bahkan semakin gencarnya aksi penangkapan. (msa/dkw)
0 komentar:
Post a Comment