Barat Mere-evaluasi Demokrasi di Timur Tengah

By: Nandang Burhanudin
*****

Kemenangan silih berganti gerakan Islam di Timteng, seiring dengan tumbangnya rezim-rezim junta militer, membuat Barat (AS-UE-Russia-Israel) meninjau ulang kebijakan HAM-Demokrasi-Supremasi hukum di wilayah-wilayah bersangkutan.

Barat lebih merestui, wilayah Timteng menjadi wilayah impoten. Targetnya, selain mengeruk harta kekayaan di negeri-negeri Timteng, tentu yang pasti adalah: melanggengkan supremasi Israel di wilayah regional.

Untuk itu, ada perubahan sikap Barat terkait Timteng. Di era 1990 hingga 2000, Barat sangat agresif menyuarakan isu HAM dan demokrasi. Puncaknya, rezim Saddam Hussein diserbu dan digulingkan tahun 2003. Hal yang sama dialami Qaddafi, yang tak berkutik saat NATO menyerbu dengan pesawat-pesawat canggihnya. Dua simbol rezim terlama ini tumbang. Dengan dalih yang diadakan suka-suka. Ada yang karena rumor senjata pemusnah massal yang tak terbukti hingga kini. Ada juga isu pengekangan yang dilakukan Qaddafi. Endingnya sama: Rakyat Irak bankrut dan terus perang saudara. Mungkini Libya lebih sedikit stabil, karena mereka membangun kembali Libya dari nol.

Imbas "revolusi bunga" di dunia Arab merambah Yaman, Tunisia, Mesir, Bahrain, hingga Syiria. Kemenangan gerakan Islam di Tunisia dan Mesir, serta berjibakunya Barat mengamankan kepentingan di Jazirah Arab, membuat Barat "menjilat ludah" yang telah lama digembar-gemborkan. Maka Barat "membiarkan" setiap tindakan represif di Jazirah Arabia, hingga Barat setengah hati menegakkan HAM di Syiria. Terakhir Barat pun terkesan "mengumbar statemen an sich" tentang pelanggaran HAM di Mesir.

Kondisi Barat demikian tidak lepas dari kondisi ekonomi negara-negara Barat. Dimana AS-Rusia-Eropa dalam keadaan bangkrut dan terancam pailit. Semua industri elektronik dan otomotif dikuasai Jepang-Korsel-Taiwan. Bahkan China kini menguasai cadangan sumber daya alam dunia. Di sisi lain, jumlah penduduk berusia lanjut di negeri-negeri Barat, lebih banyak dari jumlah penduduk produktifnya. Maka Barat tak memiliki daya lagi untuk "ikut campur" urusan dalam negeri di Timteng. Mereka sangat takut, bila gerakan Islam yang menang. Transparansi-independensi dari segi ekonomi dan militer terjadi.

Tengoklah kebijakan Moursi di Mesir dan Ghannouchi di Tunisia. Kebijakan merakyat yang mengedepankan pembersihan koruptor-tranparansi-clean government dan yudikatif korup berimbas pada penggulingan. Gerakan Islam di Tunisia, An-Nahdhah kini menyerahkan pemerintahan kepada koalisi kebangsaan. Sedang IM di Mesir bernasib diburu-dipenjara-dibunuh-diusir-dituduh teroris pembunuh.

Melihat kondisi Barat yang morat-marit, junta militer di Mesir seakan mendapat angin. Mereka "nyaman" dan tumakninah melakukan pembantaian massal dengan dalih "memerangi terorisme". Belawi PM sementara Mesir mengatakan, "Wahai Barat, kalian tidak boleh ikut campur urusan dalam negeri Mesir. Kalian tinggal pilih, Mesir dikuasai gerakan Islam radikal yang melawan kalian atau diserahkan kepada kami yang loyal dan setia pada kalian!" Bahkan di lain kesempatan ia mengatakan, "Jika Barat memutus bantuan, kami akan mudah mendapatkan gantinya dari negara-negara Teluk!" "Siapapun negara yang menarik Dubesnya, maka akan dibalas dengan penarikan Dubes Mesir!" Sebuah kepercayaan diri, dunia lupa bahwa yang berbicara adalah pemerintahan illegal-inkonstitusional dan diraih dengan cara kudeta. Hal yang DIHARAMKAN oleh konstitusi AS-Eropa sendiri.

Tengoklah sikap AS. Dari awal AS-Israel terlibat nyata dalam kudeta. Hal ini dibenarkan Dubes AS di Kairo, Anna Patterson. AS baru mengatakan kudeta, setelah ratusan nyawa berjatuhan dalam peristiwa Rab'ah jilid I. Anehnya untuk tragedi Rab'ah jilid II dan An-Nahdhah serta pembantaian tahanan yang dicekik dengan tali, AS-Barat hanya diam. Jikapun ada suara, maka suaranya hanya berupa seruan kepada IM dan junta militer untuk mengadakan Pemilu. Hal yang aneh. Karena sama sekali tidak menyerukan serangan atau invasi seperti kepada Saddam Hussein atau Qaddafi.

Mengapa AS-Barat Bertekuk Lutut?

Sekali lagi, kepentingan. Bagi AS-Barat, kepentingan Israel di regional Timteng menjadi utama daripada kepentingan demokratisasi atau isu HAM sekalipun. Di sisi lain, AS-Barat merasa tak berkepentingan dengan nyawa dan darah gerakan Islam di Mesir dan Syiria, toch negara-negara Islam atau berbasis Islam pun "merestui" dan "mendanai" proyek pembantaian tersebut. Lihatlah kebijakan LN Jordani-Saudi-Kuwait-Emirat-Bahrain. Mereka lebih mengedepankan kelanggengan kekuasaan daripada peduli dengan ayat-ayat Al-Qur'an yang melarang membunuh muslim dan menjadikan pembunuhan seorang muslim lebih hina daripada menghancurkan Ka'bah.

Di sisi lain, percaturan politik global kini benar-benar dikuasi lobi-lobi Yahudi. Suka atau tidak suka, itulah realitanya. Turki yang sejak awal Moursi berkuasa, paling berbahagia mendapatkan partner strategis di Timteng. Kini Turki harus menyadari, ia berjuang sendirian. Malah media Mesir mencibir dan melecehkan Turki. Di satu sisi, Mesir dan negara-negara prokudeta, menganggap sikap Erdogan lebih didasari ketakutan jika militer Turki melakukan hal yang sama seperti di Mesir. Malah TV-TV Mesir kembali menyiarkan sentimentil Turki, sebagai bangsa asing yang menjajah Turki di era Utsmani. Di sisi lain, Eropa khawatir jika usulan Turki diterima, maka sama saja secara defacto mengakui Turki sebagai the real leader di Eropa. Padahal keanggotaan Turki di Uni Eropa belum beranjak dari anggota peninjau. Tentu Eropa belum lupa sejarah supermasi Turki yang menguasai sebagian Eropa Barat dan Eropa Timur.

Dimana Posisi Gerakan Islam?

Ikhwanul Muslimin sebagai motor gerakan Islam yang nyata dan terbukti paling disegani, sedari awal teguh pendirian untuk tidak menempuh model FIS di Aljazair atau gerakan IM di Syiria yang angkat senjata. Saya sebagai orang awam, agak kebingungan membaca arah kebijakan IM yang hingga kini komitmen dengan "Silmiyyah" (aksi damai). Padahal media dan pemerintah sudah jelas-jelas menuduh-memfitnah-dan memposisikan IM sebagai teroris bersenjata. Hal yang membuat AS-Barat-hingga Israel pun tak mempercayainya!

Ternyata, IM tidak diam-diam. Dalam damai itulah, silent operation dilakukan. Targetnya bukan membuat kekacauan bersenjata. Tapi menggerakkan seluruh sel-sel jamaah IM untuk melakukan beberapa hal berikut:

1. Boikot ekonomi.
IM telah mencatat perusahaan dan produk-produk apa saja yang menjadi pendukung kudeta. Dari produk deterjent-makanan-TV cabel-Seluler-hingga makanan dan jasa. Tujuannya adalah: pemiskinan. Mungkin efeknya lama. Kini sebenarnya masyarakat protelar Mesir merasakan dampak ekonomi akibat kudeta. Namun mereka diam. Karena tarohannya nyawa.

2. Pembangkangan sipil.
Dalam kajiannya, IM membidik kaum menengah ke bawah agar terusik kesadaran bahwa kaum menengah ke bawah adalah warga negara kelas II yang dilecehkan kepolisian-militer dan disingkirkan oleh pemerintah. Masyarakat harus sadar bahwa seluruh kran ekonomi dikuasai segelintir orang-orang rezim Mubarak yang kini nampak dilepaskan dan kemungkinan bangkit lagi.

3. Opsi ketiga ini ternyata masih dirahasiakan. DVD MURATTAL
Share on Google Plus

About MUSLIMINA

This is a short description in the author block about the author. You edit it by entering text in the "Biographical Info" field in the user admin panel.
    Blogger Comment
    Facebook Comment

0 komentar:

Post a Comment