Assad dan Assisi, Dua Jagal Tersadis Abad Ini


By. Masykur A. Baddal -

Peristiwa berdarah di Suriah yang diakibatkan oleh pecahnya perang saudara di negeri itu sejak tahun lalu, telah berimbas sangat fatal bagi kelangsungan hidup rakyatnya. Hingga saat ini telah membunuh ribuan rakyat Suriah yang tidak berdosa. Selanjutnya, pembantaian berdarah di Mesir yang baru berjalan kurang dari dua bulan, juga tidak kalah sadisnya jika dibandingkan dengan peristiwa berdarah di Suriah.

Malah, pembantaian di Mesir dapat dikatakan pembantaian tersadis abad ini, sebab dalam waktu yang begitu singkat telah berhasil membunuh ribuan jiwa rakyatnya sendiri. Apapun alasannya, tentu saja perbuatan kedua aktor tersebut patut untuk dikutuk, karena tidak sesuai dengan norma-norma kemanusiaan yang selalu kita junjung tinggi.

Bashar Assad adalah Presiden negeri Suriah, yang telah mewariskan kekuasaannya dari sang ayah Hafez Assad lewat suara aklamasi di parlemen Suriah. Terjadinya Arab Spring di beberapa negeri Arab, juga tidak luput menerpa hingga ke negeri Syams ini. Sebab rakyat Suriah sudah sangat tersiksa dengan sistem otoriter yang diterapkan oleh sang penguasa tirani Assad. Demi menghalau protes serta kekuatan yang digalang rakyatnya, Assad tanpa raga-ragu menggunakan berbagai fasilitas militer, untuk membumi hanguskan negeri dan rakyatnya sendiri tanpa pandang bulu, demi mengamankan kekuasaannya.

Dengan darah dingin, Assad berani menggunakan senjata kimia yang terlarang secara internasional, untuk melenyapkan rakyatnya yang tidak berdosa. Hari ini saja (22/8) sesuai laporan Kantor Berita Anadolu Turki, telah terjadi pembantaian di wilayah Guta bagian timur Suriah, dan telah menewaskan lebih dari 430 jiwa warga Suriah. Dimana sebagian besar korbannya adalah wanita dan anak-anak. Serangan Dahsyat tersebut diindikasi menggunakan senjata kimia, yang terlarang secara internasional.

Jenderal Al Sisi, yang saat ini menjadi musuh utama sebagaian besar rakyat Mesir. Juga telah mencatat rekor yang sangat luar biasa dalam sejarah modern bangsanya. Setelah sukses melakukan kudeta militer atas Presiden Sah pilihan rakyat Mesir Muhammad Mursi. Secara menyakinkan, juga telah memperaktekkan langkah seniornya Bashar Assad dari negeri Syams, dalam upaya sistimatis pembantaian rakyatnya sendiri.

Puncaknya adalah, pembantaian bunderan Rabaa tanggal (14/8). Hanya dalam waktu 7 jam saja, ia telah berhasil membantai rakyatnya kurang lebih 2200 orang korban tewas, serta puluhan ribu lainnya luka-luka. Dengan darah dinginnya, tanpa ragu ia menggunakan semua kemampuan militer dan keamanan Mesir untuk melancarkan serangan terhadap rakyatnya yang tidak bersenjata, baik dari darat maupun dari udara. Maka seketika itu juga, bunderan Rabaa pun menjadi kolam darah rakyatnya sendiri.

Gilanya, kedua manusia ini mempunyai motif dan alasan yang sama dalam membantai rakyatnya. Yaitu membasmi kekuatan teroris yang merongrong serta mengganggu kekuasaannya. Hebatnya, sampai saat ini tidak ada satu negara internasional pun yang mampu menghentikan kebiadaban aksi mereka terhadap rakyatnya sendiri. Lucunya, mereka malah mendapat dukungan yang luar biasa dari negara-negara sealiran dan kongsi politik.

Sebagai manusia yang beriman kepada Tuhan Yang Maha Esa, tentu saja kita percaya akan kekuasaan Allah yang tiada batas. Dalam sejarah ummat manusia, kekuasaan rezim zalim di muka bumi ini pasti ada batasnya. Bahkan, sekelas kedigdayaan kekuasaan Fir’aun pun yang mampu membangunan piramida yang tiada duanya hingga era modern ini, pada akhirnya hancur berkeping-keping tanpa mampu melawan kodratnya, yang telah ditetapkan oleh Sang Pencipta. Begitu juga dengan dua tirani dunia Assad dan Assisi, cepat atau lambat keduanya akan termakan dengan kodratnya sendiri, serta mempertanggungjawabkan semua kebiadaban yang telah dilakukan dihadapan Sang Pencipta.

Salam. DVD MURATTAL
Share on Google Plus

About MUSLIMINA

This is a short description in the author block about the author. You edit it by entering text in the "Biographical Info" field in the user admin panel.
    Blogger Comment
    Facebook Comment

0 komentar:

Post a Comment