Hatiku Hilang di Mesir: Mengenang Suamiku Tercinta, Amr Kassem (1987-2013)


“Janganlah kamu mengira bahwa orang-orang yang gugur di jalan Allah itu mati; bahkan mereka itu hidup disisi Tuhannya dengan mendapat rezki. Mereka dalam keadaan gembira disebabkan karunia Allah yang diberikan-Nya kepada mereka, dan mereka bergirang hati terhadap orang-orang yang masih tinggal di belakang yang belum menyusul mereka, bahwa tidak ada kekhawatiran terhadap mereka dan tidak (pula) mereka bersedih hati.” (Al Imran: 169-171)

Suamiku, Amr Mohamed Kassem,  dalam usia ke 26 tahun, kembali kepada Rabbnya pada hari Rabu, ba’da Ashr. Dia ditembak didagu dan tembus ke leher belakang. Dia ikut bersama aksi protes di Alexandria, menuntut keadilan bagi mereka yang dibunuh tanpa rasa kemanusiaan oleh tentara pada hari-hari dan minggu-minggu sebelumnya di Mesir.

Pagi kemarin, aku pergi ke rumah jenazah di rumah sakit terdekat di Alexandria untuk melihatnya terakhir kali sebelum dimandikan dan dikubur beberapa jam kemudian.  Ketika aku tiba, telah ada banyak orang yang menanti diluar pintu untuk menyaksikan terakhir kali sanak keluarganya yang menjadi korban kebrutalan militer. Beberapa sahabat Amr dan saudaranya ada disana juga. Setelah menunggu sejenak, akhirnya akupun masuk. Tampak sebujur jasad terbaring dengan selimut panjang menutupinya. Aku berdiri disamping sembari menyingkap kain yang menutupi wajahnya. Dan benar dia, kekasihku, telah terbujur beku meskipun baru kemarin aku masih melihatnya sehat, bahagia dengan dengan senyumnya yang mengembang,  kurang 24 jam lalu.  Aku usap jenggotnya, sebagian masih terasa lembut namun sebagian lainnya tampak kaku karena darah yang mulai mengering. Ada bekas darah di hidungnya dan lubang peluru disebelah matanya. Meski demikian, matanya tetap indah sekalipun dalam kematian, sunyi seperti sedang tidur. Aku sentuh bibir dan pipinya, terasa dingin.

Aku berdiri untuk beberapa waktu menatapi wajahnya,  serasa badanku dilindas truk berulang kali.  Aku mencoba  tidak menangis keras,  hanya air mata mengalir dipipiku. Kuucapkan lirih. “Aku mencintaimu, Amr. Aku tahu kau selalu ingin mati di jalan Allah, dan engkau telah dapatkan apa yang engkau inginkan, Insya Allah. Sungguh aku bangga padamu. Semoga Allah mengampuni dosa-dosamu dan menerimamu sebagai syuhada serta mempersatukanku denganmu di akhirat kelak." Ya Allah, curahkan kepadaku kesabaran atas waktu yang Engkau janjikan kepadanya. Dengan Kehendak dan Rahmatmu, dia hidup disisi-Mu.

Aku tidak beranjak pergi sebelum aku merasa cukup puas. Aku bahkan tidak tahu berapa lama berdiri disana. Akhirnya, aku cium pipinya sembari berbisik,  “Aku segera menemuimu, Insya Allah.” Kemudian, kututup kembali wajahnya dan bersegera meninggalkan ruangan.

Setelah Ashr, ratusan orang, teman, kolega dari sekolah dan keluarga besarnya berdatangan. Ya, dia adalah suami yang disukai banyak orang. Tidak ada kesedihan, kecuali setiap orang yang datang mengutarakan hal-hal yang baik tentang dirinya serta bersyukur Allah mengambil dengan  kematian yang terbaik

Kamipun menyalatinya. Aku bersegera keluar saat melihat ratusan orang bersiap menggotong tubuhnya yang terbalut kain kafan ke pemakaman. Para wanita tidak ikut, kami harus menunggu sampai dia dikubur, setelah itu berangkat menuju ke makam untuk berdoa. Aku, mertuaku dan beberapa kerabat perempuan bergegas menuju pemakamannya.

Tiba-tiba, aku menyaksikan semua pria disekitarku meneriakiku untuk keluar dari pintu samping dan segera berlari. Aku terlambat menyadarinya. Tidak lama, suara keras menghentak dibelakangku. Bebatuan dilemparkan kepada kami dan semua lelaki yang disekitarku berteriak meminta kami lari. Maka aku berlari dan terus berlari tanpa melihat kebelakang. Pipiku terkena lemparan batu besar saat berlari. Tetapi Alhamdulillah, demi melihatku, teman-teman Amr segera melindungiku dan para wanita lainnya dengan berlari dibelakang kami sembari memastikan tidak ada sesuatupun yang mencelakai kami. Orang-orang yang menyerang kami adalah para preman yang mendengar ada anggota Ikhwan yang sedang dimakamkan. (Padahal suamiku bukan anggota Ikhwan, dia hanya orang taat beragama yang hanya tahu mana yang benar dan salah). Banyak orang yang terluka, beberapa dengan luka tusuk, namun sejauh aku tahu Alhamdulillah tidak ada korban jiwa. (Kemudian, aku tahu jika ada dua orang yang terbunuh dalam peristiwa ini, Inna lillahi wa inna ilaihi raajiuun). Bahkan sesudah wafatpun, musuh-musuh Amr masih tetap membenci dan mengejarnya! Namun kebencian mereka tak berarti buatku. Setelah peristiwa ini, jika musuh Allah membencimu, maka ini tanda bahwa engkau berada di jalan yang benar, Insya Allah.

Sahabatku, hatiku luka sekalipun aku tidak tahu jika hati bisa luka. Aku rindu kepadanya setiap kali terjaga dan memimpikan dirinya setiap kali tertidur. Dia adalah suami terbaik yang diimpikan seorang wanita. Selain baik hati, pemurah, lembut dan penuh cinta, dia juga kuat dan berani. Pakaiannya masih kubiarkan tergantung di dinding kamarku, seperti aku masih berharap melihat dirinya masuk kekamar dan berganti piyama sebelum tidur. Teman-temannya menyerahkan dompet dan telepon genggamnya kepadaku, namun cincin pernikahan hilang, aku tidak tahu dimana.  Seandainya aku masih memilikinya.

Namun diatas semua ini, aku tidak berucap apapun kecuali Inna lillahi wa inna ilahi raji’un dan selalu mendoakannya. Aku tidak mau merusak kehormatannya atau diriku dengan bertanya, “Mengapa Allah mengambil nyawanya” atau berpikir, “Seandainya dia tidak keluar pada hari Jumat, dia pasti masih hidup.” Tidak, tanpa ragu aku katakan, ini adalah waktu bagi Amr menemui Tuhannya. Sekalipun aku memiliki banyak waktu bersamanya di dunia, aku akan tulus berdoa semoga Allah mengumpulkan kembali dengannya dan menjadi isterinya di surga. Di surga, waktu tidak pernah berakhir, tidak ada rasa takut berpisah dari orang engkau cintai. Aku yakin dalam setiap jengkal hatiku, kekasihku, Amr adalah cinta yang tidak akan pernah berakhir, baik di dunia hingga di akhirat.

Ya Allah, Engkau telah kumpulkan kembali ibu Musa dengannya setelah sang ibu meletakkan bayi  Musa di sungai. Ya Allah, Engkau persatukan kembali Yaqub dengan anak tercintanya, Yusuf setelah bertahun-tahun dalam kepedihan perpisahan.

Ya Allah, Engkau adalah Satu-Satunya Dzat yang dapat mempersatukanku kembali dengan suamiku tercinta di akhirat, maka Ya Allah, aku mohon kepadaMu janganlah Engkau pisahkan diriku darinya kelak.

Tadi malam, kami pulang ke rumah, menerima telpon dari temannya –yang bersaksi bahwa dirinya melihat langsung apa yang terjadi pada Amr setelah ditembak sniper. Dia bertutur bahwa dia tidak langsung meninggal, Amr sempat sadar beberapa saat. Tangan kirinya memegang dagu yang tertembus peluru, sementara jari telunjuknya mengacung keatas sembari berteriak, “Aku bersaksi tidak ada Illah selain Allah dan aku bersaksi bahwa Muhammad Rasul Allah.” Ada senyum lebar diwajahnya, seolah saat kematiannya itu adalah hari perkawinan. Demi mendengar itu, aku tidak dapat menyembunyikan tangis lagi.  Sungguh Allah telah menganugerahkanku dengan satu anak perempuan dari buah cinta suci kami.

Sahabatku….

dukungan  dan semangat yang kalian berikan tidak akan pernah hilang dari sisiku. Aku tidak punya apa-apa kecuali cinta dan rasa hormat untukmu semua. Dan aku tahu, (dukungan kalian)  lebih banyak dari itu, sekalipun sebagai sesama Muslim kita banyak berbuat salah, namun jika kita bersatu maka kita akan menjadi kekuatan yang diperhitungkan.  Dukungan, cinta dan doamu sungguh telah menggetarkan hatiku. Aku tidak ragu untuk mengharapkan terus doa dan dukunganmu saat kembali ke Kanada besok, Insya Allah.

Aku memohon kepada Allah untuk tidak membiarkan diriku tersesat dari jalan-Nya, untuk diriku, anak perempuanku, dan untuk Amr. Semoga Allah menganugerahkan dirinya kebaikan atas jalan yang Allah pilihkan dalam menjemput maut.

Wahai kekasih, Amr, wahai kekasihku, Amr……

Aku berdoa semoga arwahmu sekarang ada dalam burung hijau yang sedang terbang menuju surga, makan dan minum dari karunia Allah dan berada didekat Singgasana-Nya. Dimana Engkau tidak lagi berlinang air mata, merasa kehilangan atau menderita. Engkau adalah kekasihku di dunia dan Insya Allah di akhirat kelak. Engkau selalu ada di hatiku dan didalam doa-doaku.

Asma Hussein

(Diterjemahkan dari Muslimmatters) DVD MURATTAL
Share on Google Plus

About MUSLIMINA

This is a short description in the author block about the author. You edit it by entering text in the "Biographical Info" field in the user admin panel.
    Blogger Comment
    Facebook Comment

0 komentar:

Post a Comment