KEMARIN malam, tuan rumah datang untuk mengambil bayaran bulanan. Terlihat mukanya yang cape dan kusam. Saya tidak banyak tanya masalah mesir kepadanya, karena sudah tahu dia orang fulul.
Saya tahu dia itu fulul dari ucapannya yang terang-terangan bahwa dia pilih Syafiq dalam pemilu presiden dan dia amat senang dengan dibubarkannya DPR Mesir tahun silam. Alasannya: “Saya muak sama orang berjenggot!”
Setelah mengambil uang, dia permisi.
Saya bertanya: “Mau kemana sekarang?”
Dia jawab: “Mau demo di Raba al-Adawiyah.”
Saya: “Yang benar, Baba? BUkankah Anda fulul (pundi rezim mubarak)?”
Tuan rumah: “Saya sudah berubah.”
Saya: “Kenapa?”
Tuan rumah: “Saya tidak ridha lihat saudara saya dibantai.”
“Masyaallah ya, Baba,” pungkas saya. Terharu.
Hal yang serupa saya dapati dari sikap anak tetangga yang suka bawa anjing kembar besar. Eh, ternyata dia sekeluarga ikut demo. Dan tadi dia ikut bopong demonstran yang cedera.
Semua teman di apartemen geleng-geleng, kok bisa anak ini berubah pikirannya padahal masih smp?
Itulah hikmah dari adanya pembantaian di halaman Markaz paspampres dan monumen Anwar Sadat dulu. Gugurnya para demonstran damai membuat masyarakat terbuka pikirannya padahal media yang mereka konsumsi adalah media pembohong. Mereka mencari kebenaran berita dari saksi mata dan teman-temannya yang bisa dipercaya dan objektif.
Mirip dengan cerita Abu dzar al-Ghifari yang di juluki pencari kebenaran dalam sejarah. Isu media yang berkembang ketika itu adalah bahwa Muhammad orang gila, penyihir, penyair. Namun, setelah melakukan pencarian akhirnya dia sadar bahwa media quraesy tidak benar alias bohong.
Nah, bagaimana dengan hikmah dari pembantaian yang terjadi sekarang ini, dengan angka resmi syuhada 2600 orang dan puluhan ribu luka-luka?
Sepertinya itu akan menjadi bahan bakar untuk menyadarkan masyarakat Mesir untuk melakukan “REVOLUSI ISLAM”.
Dan mudah-mudahan juga teman-teman kita yang pro kudeta bisa terbuka pikirannya. Selamat berjuang kawan. [ip]
0 komentar:
Post a Comment