Kabar ditahannya hasil polling terbaru mengenai elektabilitas capres jelang Pilpres 9 Juli 2014 oleh tiga lembaga survei yang berafiliasi ke kubu Jokowi-Jusuf Kalla, memancing kecurigaan media Australia.
Situs berita ternama The Sidney Morning Herald tiga lembaga survei yang memiliki hubungan dekat dengan Jokowi-JK kini sedang menahan hasil penelitian mereka dan tidak meluncurkannya ke publik.
Salah satu alasan dibalik itu karena ada kekhawatiran besar akan mendorong para pemilih mengalihkan dukungannya kepada Prabowo Subianto, yang disebut-sebut sudah berhasil mengungguli elektabilitas dan popularitas Jokowi.
Menanggapi kecurigaan media Australia atas sikap diam tiga lembaga survei itu, Didik J. Rachbini, politikus PAN, kepada Jurnal3, Kamis (26/06/2014) menduga, kemungkinan besar hasil penelitian dari CSIS, SMRC maupun Indikator, menunjukkan hasil bahwa Prabowo sudah unggul atas Jokowi.
“Prabowo Subianto-Hatta Rajasa memang telah berhasil menyalip Joko Widodo-Jusuf Kalla. Kami yakin mereka melakukan survei dan hasilnya tidak dikeluarkan. Kalau lantas tidak dipublikasikan, berarti benar ada yang disimpan CSIS, SMRC, dan Indikator dan bisa saja ada kekhawatiran soal opini yang tidak menguntungkan bagi capres yang mereka dukung,” tegas Didik.
Menurutnya, selama ini sudah ada kecurigaan bahwa tiga lembaga survei itu menjadi bagian dari tim pemenangan pasangan Jokowi-JK, termasuk pelaporan Saiful Mujani selaku pendiri lembaga survei SMRC ke Bawaslu karena diduga ikut melakukan kampanye hitam kepada pasangan Prabowo-Hatta.
Menurut Didik, hasil survei yang elektabilitasnya stagnan akan sulit naik, sebaliknya jika sudah naik akan terus bergerak naik.
“Jadi saya pikir wajar dan lumrah saja kalau tiga lembaga survei itu menyimpan rapat-rapat hasil survei mereka. Ini kan bagian dari strategi pemenangan mereka juga,” pungkas Didik.(@salsa/jurnal3)
0 komentar:
Post a Comment