Serah Terima Jabatan Capres Megawati ke Jokowi, Mungkinkah Indonesia Akan Dijual Jokowi ?


Menolak lupa, seorang muslim harus mengingatkan saudaranya, agar supaya tidak termasuk kelompok manusia dholim [aniaya pada diri sendiri dan orang lain]. Biasanya sebuah kebijakan partai itu berjalan turun temurun, di wariskan pada generasi partai mendatang. Kalau biasa dengan kekasaran, kebijakan dan keputusan partai yang arogan, selamanya tetap akan arogan, sebagaimana visi partai Demokrat dan Republik yang berbeda haluan di Amerika, tidak pernah bergeser berpuluh puluh tahun dari kebijakan yang ditempuh selama berkuasa, misalnya partai Republik yang berwajah pembunuh, selalu mengedepankan perang sebagai solusi. Berbeda dengan politik democrat yang lebih lunak, meskipun juga kejam, masih menempuh jalan persuasife yang lebih bersahabat dengan dunia luar, sebagaimana yang diterapkan obama selama ini.

PDIP, awal kejayaannya dijaman “Megawati sebagai ibu Negara dan Bangsa”, lebih pada fenomena Ibu tiri yang kejam, hingga harus transaksi perdagangan dengan orang orang asing, menjual aset Negara dan membiarkan kedaulatan lepas dari tanah air tercinta. Megawati adalah representative dari kegagalan pemerintah, kegagalan membela kepentingan “wong cilik” berkiblat pada retorika kapitalisme yang sangat membahayakan Negara. Watak “Ibu Tiri” yang tega ini membimbing kadernya, merebut kekuasaan dari melalui media dusta “Suara rakyat”. Jokowi, pelanjut estafet gerakan marhenisme ini suda pasti akan melanjutkan kebijakan partai, akan kembali beraksi sebagaimana ketika “Mega” memegang kendali kekuasaan.

Menakjubkan fenomena “jokowi” ini, menjadi perbincangan serius kalangan pengamat lepas, yang tidak kuat memegang akidah, dengan mempersentasikan seorang “jokowi” sebagai “juru selamat PDIP dan rakyat, padahal dengan mengkebiri hak hak muslim, merusak keharmonisan antara ulama dan umatnya, dan membangun opini Islam tidak toleran. Sikap jokowi yang ngotot menjunjung tinggi “tinggi minoritas”, tetapi satu sisi membungkam “mayoritas” untuk tidak bicara soal agama atau SARA. Pembodohan Jokowi ini menjadi trendi dan dibanggakan kelompok Minoritas yang diangkat derajatnya, dan sebagai hutang budi para pengamat non Muslim, memuja muja Jokowi setinggi langit, hingga dipersentasikan sama dengan ‘tuhan non muslim [Kristen]’ yang blusukan diabad romawi kuno.

Padahal langkah Jokowi yang muslim, bagian dari pendangkalan aqidah, karena terlalu yakin, bahwa seorang non muslim lebih berbobot dari Islam, sekalipun kelak menjadi batu sandungan Islam itu sendiri. Kota solo adalah bias dari kepemimpinan Jokowi yang mengandalkan wakil wali kota non muslim yang sudah terangkat nasibnya menjadi “Wali kota Solo”.

Dosa dosa Jokowi yang di mulai dari kota “solo” tak akan dilakukan seorang muslim yang kuat aqidahnya, tidaklah mungkin seorang jokowi menjual aqidah dengan member ruang gerak berkuasa pada seorang non Muslim, kalau memang tahu sejarah kristenisasi di Indonesia. Banyak muallaf, meninggalkan agamanya yang lama dengan memeluk Islam, tetapi tidak pernah bertindak bodoh sebagaimana Jokowi lakukan, bergandengan tangan dengan sal agamnya yang memang curang dalam sikap orientasinya sebagai bagian dari bangsa.

Itulah kader “Megawati”, kelak bukan saja Sepadan lingitan yang akan hilang dari Negara ini, tetapi bisa juga akan hilang Negara Indonesia dari kesatuannya, kalau tetap Jokowi dimajukan dan didukung menjadi presiden, sama saja dengan menghidupkan kembali pikiran Megawati sedang tidur terlelap dengan nostalgia masa lalu.(koepas) DVD MURATTAL
Share on Google Plus

About MUSLIMINA

This is a short description in the author block about the author. You edit it by entering text in the "Biographical Info" field in the user admin panel.
    Blogger Comment
    Facebook Comment

0 komentar:

Post a Comment