Jokowi tergerus karena “dibonsai” Megawati di publik
Naiknya elektabilitas dan popularitas Prabowo Subianto dan menurunnya elektabilitas Joko Widodo, dipengaruhi beberapa faktor.
Peneliti Program Asia Timur untuk Lowy Institute for International Policy, Aaron L Connelly menyebut, salah satunya peran Jokowi selalu dikecilkan sendiri oleh Ketua Umum PDIP Megawati dan Puan Maharani.
“Megawati dan Puan terus-terusan mengecilkan peran Jokowi dalam partai saat pidato-pidato publik. Ini membuat orang berpikiran bahwa Jokowi akan merujuk ke Megawati saat menjabat presiden nanti daripada dia sebagai pemimpin Indonesia dengan visi dan misinya sendiri. Tentu ini melukai posisinya di hadapan pemilih,” ujar Connelly kepada Yahoo Indonesia.
Connelly juga menyoroti apa yang terjadi dalam tiga bulan terakhir sehingga Jokowi kehilangan popularitasnya.
“Lagi-lagi, ini adalah peran kampanye media dan pendanaan. Tapi, yang terutama adalah tim Jokowi lambat bergerak setelah dari pemilu legislatif, salah satu sebabnya adalah ada banyak sekali perdebatan internal dalam PDIP sendiri tentang arah kampanye. Sementara PDIP sibuk meredakan perdebatan internal mereka pada April dan Mei lalu, Prabowo dan timnya membangun koalisi dari partai-partai politik yang mesin dan dominasi medianya tak tersaingi. Pada periode tersebut, mereka menggambarkan Jokowi sebagai sosok yang tak punya ide untuk memajukan Indonesia. Saat tim Jokowi mulai memberikan gambaran akan sosoknya, itu sudah terlambat,” ujarnya.
Mengenai pandangan tentang debat calon presiden, Conelly menjawab, “Jokowi memang menunjukkan dirinya punya pengetahuan mendetail soal kebijakan saat debat-debat tersebut, tapi penampilannya juga menunjukkan bahwa dia sangat kurang dalam kemampuannya berorasi. Sikap positif Jokowi seperti kesederhanaannya, kemampuannya mendengarkan, dan keramahannya memang menjadi kekuatan saat ia melakukan blusukan tapi tidak saat debat. Pada debat, jawaban singkat dan menohok lebih mengesankan buat pemilih. Fokus Prabowo pada beberapa pesan kunci, yang terus-terusan ia ulang, adalah strategi debat yang efektif,” pungkasnya.(@yho/jurnal3)
0 komentar:
Post a Comment