Laporan BPK 2013, “kartu mati” untuk Jokowi-JK
Laporan Badan Pemeriksa Keuangan (BPK) atas atas potensi kerugian dan kebocoran APBD DKI Jakarta tahun 2013 senilai Rp 1,54 triliun, adalah kartu mati untuk pasangan Joko Widodo-Jusuf Kalla.
Yang paling merasakan dampak dari laporan BPK itu adalah capres Jokowi, yang merupakan Gubernur DKI Jakarta nonaktif, yang selalu mengklaim telah berhasil dan sukses menjalankan semua program selama menjabat sebagai Gubernur DKI.
Namun, laporan BPK itu telah menghancurkan semua klaim kesuksesan yang selama ini digembar-gemborkan Jokowi dan tim suksesnya. Dengan potensi kebocoran dan kerugian APBD Jakarta mencapai Rp 1,54 triliun, maka Jokowi dipersepsikan telah gagal mengelola Jakarta.
Yang menarik, kelemahan mendasar Jokowi ini ternyata tak pernah dipakai rivalnya Prabowo Subianto untuk menghantam Jokowi. Karena tentu saja, jika Prabowo melancarkan serangan ini di acara debat, bisa dipastikan Jokowi akan susah berkelit dari laporan BPK tersebut.
Pengamat politik, Amir Hamzah menilai, Jokowi-JK mestinya berterima kasih kepada Prabowo-Hatta karena tidak diserang dengan laporan BPK itu. Beda dengan kubu Jokowi, yang selalu memanfaatkan kelemahan Prabowo-Hatta untuk diangkat.
“Hampir bisa dipastikan saat ini tim sukses Jokowi-JK galau dengan fakta soal laporan BPK yang tersebar luas ke publik. Tapi kita lihat, sejauh ini Prabowo-Hatta tidak memanfaatkan isu itu untuk menyudutkan Jokowi,” ujar Amir, Jumat (27/06/2014).
Karena bisa saja, Prabowo mengembalikan semua klaim kesuksesan yang selalu digemborkan Jokowi dengan fakta laporan BPK tersebut.
“Di sini terlihat Prabowo terlihat jauh lebih dewasa dalam berpolitik dibanding Jokowi. Kalau Jokowi malah sebaliknya, ada kelemahan rival dibesar-besarkan, misalnya soal kebocoran, sampai dijadikan bahan guyonan. Tapi belakangan akhirnya diakui,” pungkas Amir.(@salsa/jurnal3)
0 komentar:
Post a Comment