Metro TV vs Tabloid Obor
Perang media hal yang biasa terjadi di dunia baik media cetak maupun elektronik. Namun yang tidak biasa adalah jika berita, opini dan informasi yang dikembangkan adalah kebohongan dan fitnah. Berita sesuai ketentuan kode etik jurnalistik harus berita yang otenstik tidak mengandung SARA dan FITNAH alias obyektif, jujur dan bisa dipertanggungjawabkan.
Namun jika media sudah berinteraksi dan bersenyawa dengan kepentingan politik akan sangat berubah orientasi/motivnya, apalagi media tersebut dimiliki oleh aktivis politik. Tentu media tersebut akan menjadi kendaraan efektif dan masal untuk menyampaikan tujuan tujuanya.
Pertempuran pilpres ternyata tidak hanya dilakan lewat darat tapi juga lewat udara salah satunya melalui media cetak. Akhir akhir ini di masyarakat dan media dihebohkan dengan terbitnya majalah OBOR yang isinya mengupas obyektif tentang sosok JOKOWI. Sehingga terbitnya media ini membuat gelisah dan berang kubu Jokowi hingga dibawa ke pihak yang berwajib untuk di hentikan dan tindak. Kemarahan pihak Jokowi sangat beralasan, karena isi dan informasi yang disampaikan sangat merugikan Jokowi.
Buah dari terbitnya tabloit ini membuat posisi dan keaslian Jokowi dan siapa orang orang dibelakangnya semakin jelas. Yang menarik adalah inisiator dan pembuat tabloid ini ternyata dari BAJU KOTAK KOTAK atau pendukung Jokowi sendiri yang merasa kecewa dengan Jokowi karena dianggap gagal dan tidak memenuhi janji janjinya di DKI.
Namun, saya tidak yakin kalau hanya itu motivanya, pasti pimred Tabloid Obor teresebut memiliki tujuan yang jauh lebih penting daripada hanya sekedar mengupas sosok Jokowi.
Berikut hasil petikan salah satu pemberitaan media tentang hal itu:
Pemimpin redaksi (Pemred) Tabloid Obor Rakyat, Setyardi Boediono, yang baru saja menjalani pemeriksaan di Bareskrim Polri, kembali menekankan bahwa tak ada motif politik tertentu di balik terbitnya Tabloid Obor Rakyat.
Setyardi bahkan balik bertanya kepada wartawan yang mempertanyakan motif dibalik terbitnya Tabloid Obor Rakyat.,”Enggak ada motif politik tertentu, Anda dari Metro TV, pertanyaannya ada motif politik enggak? Saya kira tidak ada ya, anda tidak menyerang Prabowo, kan?”
Dia juga mengatakan bahwa Obor Rakyat merupakan tabloid yang diterbitkannya dengan inisiatifnya sendiri. “Ini inisiatif saya pribadi. Baju saya kotak-kotak. Saya warga DKI yang kecewa dibohongi oleh Jokowi. Saya boleh dong mengkritik beliau, sekarang kita tidak sedang memilih calon lurah atau calon bupati, tapi calon presiden yg akan memimpin 240 juta orang,” tambahnya.
Selain itu, Setyardi Boediono mengatakan bahwa setiap calon presiden harus rela dikritik oleh media. Bahkan, lanjutnya, apabila nanti sudah terpilih menjadi presiden pun harus tetap rela dikritik.
Lebih lanjut, meskipun telah dilaporkan oleh tim advokasi Jokowi-JK, Setyardi mengatakan akan segera meluncurkan Tabloid Obor Rakyat secara resmi dan kini edisi keempat akan segera dipasarkan.
” Ini baru edisi contoh, saya tegaskan, semua. Yang sudah beredar itu edisi contoh. Kami melakukan tes pasar, ini saya sedang siapkan edisi selanjutnya,” tukasnya.
Mencermati hal tersebut, menurut saya wajar dan biasa jika apa yang disampaikan oleh tabloid OBOR bukan merupakan fitnah, kebohongan dan mengandung SARA. Bahkan kalau mau jujur dan realistis banyak juga media masa elektronik dan non elektronik yang melalukan hal yang sama.
Seharusnya pihak Jokowi tidak reaktif terhadap tabloid OBOR. Jika isisnya adalah kebenaran harus diterima dan fine fine saja. Tentu pimred sudah berfikir panjang terhadap hal itu bukan tanpa mau ambil resiko. Karena motifnya agar publik tahu obyektivitas Jokowi dan dalam upaya mengkritik Jokowi.
Hal ini menunjukkan Jokowi dan pendukungnya tidak siap bertarung secara terbuka, masak dengan kritikkan langsung ngeperrr. Ini sekaligus tidak menunjukkan jiwa besar sekaligus menunjukkan tidak siap serangan atau kritikan positif. Jika demikian, maka belum layak menjadi pemimpin. Padahal suatu saat Indonesia akan menadapat tantangan yang sangat besar dan dinamis. Seorang presiden harus siap kritik dan menerima masukan masukan dari pihak manapun
hanya orang bodoh yang percaya klo motifnya cuma kecewa. bukan uang yang sedikit untuk menerbitkan sebuah koran dengan ribuan eksemplar.
ReplyDeleteuntung yang di fitnah JKW, coba klo si wowo yang di fitnah, udah masuk karung ente bung Setyardi... hahahahaha...
pesen berlangganan dong
ReplyDeletepesen berlangganan dong
ReplyDelete