Tentara Muhammad’ Pembebas Kota Suci
Hinaan Renault terhadap Rasulullah sampai ke telinga Shalahuddin. Seketika hatinya panas, darahnya menggelegak. Ia kembali bertekad membunuh pengkhianat itu dengan tangannya sendiri.
Shalahuddin pun mempersiapkan pasukan untuk menggempur pasukan Eropa yang dipimpin Renault de Chatillion. Shalahuddin mengumumkan jihad. Seketika seluruh prajurit muslim yang ada di Mesir dan Syiria bergabung. Tidak ada perbedaan suku dan tujuan. Semuanya memiliki satu tujuan yaitu menyikat habis kaum salin dan membersihkan tanah Islam dari campur tangan mereka.
Pada peperangan tersebut, strategi pasukan salib yang dipimpin oleh Renault adalah menyerang wilayah-wilayah yang terletak dekat dengan posisi Shalahuddin.
Tujuan mereka sebagaimana diperintahkan oleh Renault adalah mendahului kaum muslimin untuk menguasai sumber mata air sebagai bekal minum disaat teriknya matahari. Maklum saja, saat peperangan itu berkecamuk musim panas belum berakhir.
Namun, rencana yang disusun itu telah diketahui oleh Shalahuddin. Wilayah yang hendak diserang sudah terlebih dahulu dihancurkan oleh pasukan muslim. Sumber mata air yang dimaksud sebagai bekal juga telah dijaga oleh kaum muslimin. Sementara pasukan salib terkepung diantaranya. Perang meletus. Pasukan salib kewalahan oleh pukulan kaum muslim dan dahaga di musim panas itu.
Prajurit salib pun akhirnya kacau balau. Mereka melarikan diri dari pertempuran termasuk pemimpinnya, Raymond. Padahal, pada saat itu pasukan muslim sama sekali tidak menyerang optimal dikarenakan tidak adanya komando dari Shalahuddin untuk menyerang pasukan salib di malam hari.
Seorang utusan pasukan muslim menghadap Shalahuddin. Ia mempertanyakan kenapa Shalahuddin tidak memerintahkan penyerangan akhir pada pasukan salib yang sudah kewalahan tersebut.
Kabar tersebut diterima Shalahuddin dengan mengerahkan seluruh pasukan muslim pada serangan pertama. Pasukan salib menjadi tidak berdaya. Mereka menghadapi kaum muslimin seraya mengundurkan diri ke daerah Hittin. Hittin adalah daerah tempat dimakamkannya Nabi Syu’aib as.
Sesampai di Hittin, pasukan salib mendirikan kemah besar yang sulit ditembus oleh kaum muslim. Kemah tersebut dipasangi salib besar yang terbuat dari kayu tua. Konon katanya Nabi Isa dibunuh di atasnya. Kayu itu dilapisi dengan mutiara dan intan, lalu kayu itu mereka jadikan bendera besar di setiap pertempuran yang dilancarkan atas nama agama mereka.
Pasukan muslim berjumlah besar telah berkumpul disekitar Hittin. Akhirnya mereka melancarkan serangan dan mampu memporak-porandakan tempat tersebut. Tidak terkecuali kemah besar yang dijadikan pusat komado tentara salib. Kemenangan gemilang berada di tangan kaum muslimin. Malam itu adalah 26 Rabiul Tsani tahun 583 Hijriyah. Ummat Islam menyambut kemenangan itu dengan doa, tahlil dan takbir.
Penyerangan di Hittin telah berhasil menangkap pembesar-pembesar Eropa. Diantaranya adalah Gaudefroy, suaminya Cibele penguasa Baitul Maqdis, Renault penguasa Karak, juga penguasa Dawiyah, penguasa Hospitaller, penguasa Ramla dan Husn Jabail (Giblet) serta anak penguasa Tiberia dan banyak lagi pembesar Eropa lainnya.
Sultan Shalahuddin kemudian memerintahkan penguasa Dawiyah dan Hospitaler dipancung. Hal ini karena menurut Shalahuddin mereka adalah sumber malapetaka negeri Arab dan daerah muslim.
Renault juga mengalami hal serupa. Dia diperintahkan berdiri di samping saudaranya Gaudefroy. Saat itu, Shalahuddin memerintahkan salah satu prajuritnya untuk mengambil air dingin dan menyodorkannya pada Gaudefroy, penguasa Baitul Maqdis. Gaudefroy kemudian memberikan sedikit air dalam gelas itu pada saudaranya Renault. Melihat hal itu, Shalahuddin berkata pada penterjemahnya; “Katakan pada Gaudefroy bahwa kamulah yang memberi minum saudaramu, sedangkan saya tidak memberikannya..!”
Adat kaum Arab, apabila seorang tawanan diberikan makan dan minum oleh orang yang menawannya, maka akan terlepas dari ancaman. Itulah yang diberikan pada Gaudefroy namun tidak untuk Renault.
Sultan telah memperingatkannya tentang ucapan-ucapan keji yang pernah dilontarkan Renault pada Nabi Muhammad saw. Kemudian Shalahuddin berkata pada Renault, ”Inilah saya pembela Muhammad..!”
Sultan menawarkan kepada Renault dua kalimat syahadat. Namun ia menolaknya. Shalahuddin kemudian mencabut pedang lalu menebas leher salah satu pembesar Eropa tersebut. Setelah kepalanya terlepas dari badan, kepala itu dilemparkannya ke pintu kemah. Selesai sudah usaha untuk memelihara kemuliaan Islam dan Muslimin.
Melihat nasib saudaranya, Gaudefroy menjadi gemetar. Dia belum yakin kalau Shalahuddin akan membiarkannya hidup. Sultan lalu memanggilnya dan menenangkannya.
“Tidak pernah terjadi seorang raja membunuh raja. Tetapi ini sudah melampaui batas. Dia menghina Nabi kami, Muhammad saw. Kami sudah bernazar seandainya Allah memberikan kekuatan kepada kami untuk membunuhnya. Terjadilah apa yang terjadi…!
Subhanallah…Begitulah sejarah mengalirkan dirinya sebagai sunnah at-tadawwul (hukum perubahan) bagi manusia. Maka sekitar 90 tahun kemudian, Allah menghadirkan Shalahuddin Al-Ayyubi yang memimpin pasukannya merebut Hitthin sebaga pembuka jalan untuk merebut Palestina kembali. Apa gerangan yang terjadi? Apakah Shalahuddin Al-Ayyubi seorang utusan langit yang datang begitu saja untuk menyelamatkan umat? Apakah Shalahuddin seorang pahlawan tunggal yang berjuang sendirian dan mengandalkan segala keistimewaan pribadinya? Jawabannya tentu tidak. Sejak awal Shalahuddin “hanya” seorang anak didik Nuruddin Zanki yang sudah menyiapkan mimbar baru untuk Masjidil Aqsha jauh sebelum itu.
Di sisi lain, sejarah tidak mungkin melupakan karya dan peran signifikan sejumlah ulama dan tokoh umat Islam yang hidup dalam kurun waktu tersebut, seperti Al-Ghazali, Abdul Qodir al-Jilani, Ibnu Qudamah al-Maqdisi dan sederetan nama lainnya yang berhasil melakukan perubahan radikal pada paradigma pemikiran dan pendidikan umat. Mereka berhasil mengikis virus-virus yang menggerogoti imunitas internal umat berupa hegemoni filsafat, aliran kebatinan, dikotomi fiqih dan tasawuf, mazhabisme dan lain-lainnya, sebelum melahirkan sebuah generasi baru yang mengimplementasikan nilai-nilai nilai-nilai Islam dan mengusung panji kejayaannya saat berhadapan denan lawan-lawannya.
Shalahuddin hanya seorang juru bicara resmi dari sebuah generasi yang telah mengalami proses penggodokan dan perubahan. Sebuah generasi yang telah berhasil melampaui kesalahan-kesalahan masa lalu yang ditorehkan oleh para pendahulunya.
Dunia Islam tidak akan pernah melupakan apa yang telah diperjuangkan oleh Shalahudin untuk membebaskan Jerusalem dari tangan para penzhalim. Dengan gagah dan tidak takut mati, ia melancarkan serangan-serangan militer maupun non-militer pada kaum penjajah tersebut, serta mengajak seluruh ummat Islam untuk bersatu melawan mereka.
Dengan penaklukan-penaklukan yang ia lakukan, Islam menjadi bangga, dan dengan kemenangan-kemenangannya, hari-hari berikutnya menjadi cahaya bagi ummat, sebagaimana digambarkan dalam syair Al-'Imad Al-Ashbahani :
Dengan penaklukanmu, Islam menjadi bangga, dan dengan kemenanganmu, hari-hari menjadi bercahaya.
Anda mempersembahkan kekuatan dan harapan kepada dunia dan agama.
Anda telah menyempurnakan futuhat dengan merebut Jerusalem.
Teruslah melakukan penaklukan agar sistemnya tetap berlanjut dan jadilah seorang Muslim untuk membuat kemenangan Islam.
0 komentar:
Post a Comment