KISAH SMS 'ANTASARI' KEPADA SAMAD
'ingat antasari bung samad..'
1) Itulah isi sms yang biasa diterima Samad atau orang orang terdekatnya..
2) Pesan yang mungkin menjadi pengingat, tentang begitu dzalimnya sebuah kekuasaan hingga membuat seseorang yang benar dan baik, bisa dirubah keadaan dan kondisinya 180 derajat menjadi diposisikan sebagai seorang pembunuh tak berkemanusiaan.
3) "Konspirasi oleh Sistem"
4) Sistem yang dibuat oleh para manusia yang tidak dapat tersentuh hukum dan terjangkau oleh vonis hukuman.
5) Samad dan Antasari..
6) Samad harus memilih, seperti petunjuk arahan isi sms diatas, ingat antasari bung samad.. pesan untuk samad jangan sampai ada antasari jilid ke dua.
7) Mungkin, dulu benar kata almarhum Burhanudin Lopa, "Menjadi abdi hukum, berarti telah menjaminkan nyawa kita untuk siap menjadi bensin perjuangan.."
8) Siap mati untuk penegakkan hukum yang tanpa kenal tebang pilih, tanpa kenal kompromi, tanpa kenal rasa takut akan mati itu sendiri.
9) Dan almarhum Burhanudin Lopa telah merasakan itu, pun dengan imbalan dunia yang diterima nya, beliau meninggal sebagai pejuang, harum sudah namanya tanpa cacat.
10) Lalu bagaimana dengan Abraham Samad sang pengagum Burhanudin Lopa itu, apakah dia tidak lebih akan menjadi penakut dan pengecut yang lari dari pertempuran demi kata selamat pada dirinya (?)
11) Menjadi Antasari dan Burhanudin Lopa atau menjadi seperti Akil Mochtar..
12) adalah dua pilihan contoh jalan hidup yang bisa diambil Abraham Samad.
13) Dan tidak ada posisi di tengah tengah
14) Atau mungkin memang samad memilih posisi ditengah..
15) Tidak mau menjadi pejuang tapi juga tidak mau jadi penjahat..
16) Ditengah antara pembela kebenaran dan pelaku kejahatan..
17) Kalau dalam film, posisi di tengah, biasa nya diisi oleh tokoh polisi penakut..
18) yang selalu muncul belakangan..
19) hmmmm..
20) SMS kata 'antasari' telah cukup untuk membuat seseorang di negeri ini menjadi diam tdk bergerak dan berbalik menunggu dalam takut..
-bang DW-
tulisan yang bagus, tapi maaf bukan burhanudin lopa, tapi baharudin lopa
ReplyDelete