****
Kapan ya semua tersadar bahwa kudeta di Mesir bukan terhadap Ikhwan atau Mesir, tapi terhadap Islam. Seperti dikatakan Mustafa Hejazi, penasihat Presiden dalam wawancara TV, "Islam (di Mesir) segera tenggelam." Cek sumber:http://a7raregypt.blogspot.com/2013/09/blog-post_7826.html
Saat shalat Zhuhur, seperti biasa, sejak saya menginjakkan kaki di Mesir, masjid-masjid selalu ramai dengan tua-muda yang duduk bersender untuk membaca Al-Qur'an. Hal lumrah yang terjadi sejak era Mubarak. Apalagi di era Mursi, masjid dibuka full seeiap hari tanpa henti.
Tadi siang, (11/09/13), saya pun duduk bersender di kursi bagian belakang masjid. Baru saja mengulang hapalan 1 halaman, penjaga masjid sudah teriak, "Yalla ... husyy ... khalash ni'fil baab .. Ayo, keluar. Masjid mau tutup." Saya pun tercengang. Ada anak usia 5 SD yang protes, minta waktu barang sebentar. Namun tetap, penjaga pintu bergeming, ini demi pelaksanaan keputusan kementrian wakaf (Depag) pemerintahan kudeta yang memberlakukan peraturan: Masjid ditutup setelah jamaah pertama.
Kondisi ini tak ayal membuat geram. Termasuk seorang sutradara filem religi, 'Izzuddin Dawdar. Ia mengkritisi partai An-Nur, satu-satunya partai Islam yang mendukung kudeta. Karena sikap diamnya terhadap pengekangan masjid dan pembatasan bagi jamaah menjalankan ibadah. "Hizb An-Nur menjual prinsip dakwah salafiyah, demi diterimanya An-Nur di tim 50 yang menyusun konstitusi."
Padahal menurutnya, jika partai An-Nur mau sedikit cerdas berpikir, pihak yang paling dirugikan dari penutupan dan pembatasan masjid-masjid adalah Dakwah Salafiyah sendiri. Karena pertauran Menteri Wakaf Mesir era kudeta membatasi, masjid-masjid yang luasnya kurang dari 80 meter persegi yang berada di bawah gedung-gedung flat/rusun/apartemen dan kemudian dilarang digunakan untuk shalat Jumat. Maka yang jelas pasti dirugikan justru Dakwah Salafiyah. Mengingat 90 % masjid-masjid kecil dimiliki-dibina-bahkan menjadi pusat aktivitas para khatib dan imam Dakwah Salafiyah, yang noabene lulusan pendidikan non Azhar. Benar-benar, An-Nur rela menjual prinsip perjuangan demi satu atau dua kursi di tim 50", ujarnya.
Mesir benar-benar kembali ke zaman 1963. Kini suara penyeru khilafah yang marak di era Mursi, pun ikut tenggelam dengan website-FPnya. Padahal kemarin-kemarin sangat upadate. Tanya kenapa?
0 komentar:
Post a Comment