Mengungkap Modus 'Bodrek' Transaksi Berita Dibalik Isu Kemenangan Jokowi
Berita dilawan dengan berita, kedzaliman dilawan dengan tulisan, nampaknya sedang dikerahkan Ketua Progress 98 Faizal Assegaf. Ia menulis artikel berjudul "INI MODUS TRANSAKSI BERITA DI BALIK ISU KEMENANGAN JOKOWI" pada 20 Juli 2014 ini sebagai bentuk perlawanan intelektual pada kondisi negeri ini yang media massanya semakin pragmatis dan melakukan segala cara untuk membela yang bayar.
Ia menulis sebagai berikut,
Transaksi di balik berita kemenangan Jokowi makin laris manis. Harga bervariasi dan tergantung pada isu yang dimainkan. Bermodalkan informasi palsu berupa quick count dan rekap data C1 abal-abal, para crew redaksi pendukung Jokowi mengais keuntungan finansial yang besar. Sebuah bisnis yang menggiurkan bagi para kreator pembuat berita gosip politik di perhelatan pilpres 2014.
Hasil laporan tim investigasi Progres 98, secara rinci mengungkap adanya dugaan transaksi berupa bisnis berita di balik pencitraan dan isu kemenangan palsu Jokowi. Misal, nilai jual satu buah berita di media online berkisar antara 3 hingga 6 juta rupiah. Harga itu dibandrol untuk media sekelas kompas.com, tempo.co dan detik.com. Untuk situs amatiran hargnya sedikit tekor, berkisar antara 1,5 juta hingga 3 juta rupiah per berita.
Lebih detil, kompas online telah mempublish berita berupa promosi pencintraan hingga rekayasa isu kemenangan Jokowi, dalam kurun waktu 6 bulan, telah menembus lebih dari tiga ribu pemberitaan. Kalau satu berita rata-rata dihargai Rp. 5 juta x 3 ribu maka hasilnya Rp. 15.000.000.000 (lima belas miliar rupiah).
Itu baru ukuran kompas online, bagaimana dengan situs-situs serupa, media cetak (koran, majalah dan tabloid) serta tarif besar untuk setiap kali tayangan Jokowi di Metro TV dan media sejenisnya...? Disinyalir angkanya terbilang "wow", bisa menembus lebih dari 800 miliar hingga 1,4 triliun rupiah.
Ulah transakasi berita membuat Jokowi hadir sepanjang waktu menghias lebih dari 70 persen halaman utama media massa cetak maupun elektronik. Tentu, ada sponsor dari kelompok cukong dengan modal besar di balik kerja media pro Jokowi. Maka tak heran, mulai dari akal-akalan berkedok blusukan, talk show hingga kentut Jokowi sekalipun disajikan penuh puja-puji dalam aneka berita.
Desas-desus berupa bocaran dari ruang redaksi media pro Jokowi menyebar di kalangan terbatas, bahwa transaksi berita makin tinggi harganya setelah pasca pencoblosan. Bahkan, eskalasi pemberitaan untuk membentuk opini atas klaim kemenangan Jokowi kian menguras isi pundi-pundi para cukong.
Tak peduli berita itu akurat atau menyesatkan, pokoke wartakan saja dengan rupa cara demi menggiring publik agar percaya Jokowi adalah sang pemenang. Luar biasa, para jurnalis pendukung Jokowi telah menciptakan peluang transaksi berbasis berita kebohongan dengan menafikan nurani pembaca dan pemirsa.
Hasilnya, publik dibuat terkecoh, resah dan simpang-siur tentang manuver kemenangan Jokowi yang dibangun di atas tumpukan berita dusta dan penuh tipu-muslihat. Namun, bagi Jokowi dan pendukunganya, tak peduli, terus melaju dengan angan-angan seolah telah menjadi pemenang capres hasil pilihan survei dan quick count.
Rangkaian rekayasa opini yang dilakukan oleh media-media pro Jokowi yang dikelola atas dasar tranksaksional belakangan ini menuai kecaman dari berbagai pihak. Betapa pers kita semakin kehilangan idealisme dan independensi di ruang publik. Walhasil bila sudah demikian, maka masih mungkinkah kita mempercayai isu kebohongan tentang kemenangan Jokowi...?
Bagaimana menurut Anda, Setuju? [adivammar/voa-islam.com]
0 komentar:
Post a Comment