Hanya di Indonesia Dukun Bisa Kibulin Profesor Doktor Dunia Tercengang!
Berita mengenai penangkapan Kyai yang juga berprofesi sebagai dukun pengganda uang telah menjadi fenomena.
Dalam penangkapan itu polisi mengerahkan ribuan personel, karena sang kyai ini memiliki ribuan santri dan pengikut setia.
Untuk diketahui, kyai ini bernama Taat Pribadi, lelaki 46 tahun kelahiran Probolinggo ini awalnya hanyalah pria biasa, namun karena memiliki keahlian bisa menggandakan uang, maka garis hidupnyapun berubah, apalagi setelah video atraksi penggandaan uangnya viral di youtube, berduyun-duyunlah orang dari berbagai pelosok negeri untuk ikut menanamkan uangnya kepada kyai ini, agar bisa dilipat gandakan beratus-ratus kali lipat.
Dan entah bagaimana ceritanya, ia kemudian dinobatkan menjadi raja. Ada kemungkinan video atraksinya di youtube telah ditonton juga oleh para petinggi dan orang-orang penting ditanah air, sehingga mereka takjub, dan akhirnya sepakat untuk mengangkatnya menjadi raja.
Acara penobatannya dihadiri beberapa aparat militer dan kepolisian, raja-raja senusantara dan beberapa pejabat penting juga hadir.
Bahkan yang menobatkan dia sebagai raja adalah Profesor Doktor Marwah Daud Ibrahim Phd, seorang politikus, dan ketua Dewan Pakar ICMI. Sejak saat itu ia dipanggil Yang Mulia Dimas Kanjeng Taat Pribadi.
Ini adalah fenomena menarik, dimana hal tahyul penggandaan uang yang berujung aksi tipu-tipu bisa dipercaya oleh orang-orang berpendidikan tinggi, ulam dan para habaib. Orang-orang ini secara tidak sadar telah menjadi korban, bisa saja diantara orang-orang penting ini tergiur menanamkan uangnya kepada junjungan mereka ini. Atau, orang-orang ini secara tanpa sadar telah menjadi Brand Ambassador atas aksi tipu-tipu penggandaan uang yang dijalankan sang Kanjeng ini. Sehingga citra dan Branding Kanjeng Dimas ini terdongkrak sangat tinggi, para calon korban akan berfikir positif, tidak mungkin Kanjeng Dimas menipu, karena orang-orang penting dan terkenal dinegeri ini saja percaya dengan Kanjeng , masa kita yang orang biasa tidak?
Maka semakin lancar saja
ksi penggandaan uang ini dijalankan, sehingga pernah terkumpul uang sampai empat peti, uang ini pernah dipamerkan sebelum akhirnya disetorkan ke Bank, dan ajaibnya ternyata uangnya bisa diterima Bank, artinya itu uang asli. Ya tentu saja itu uang asli, itu adalah uang hasil penggalangan dan setoran para korban.
Dampak dari pamer atau publikasi uang yang empat peti itupun kembali membuat citra Kanjeng Dimas sebagai Pakar Penggandaan uang semakin terdongkrak sangat tinggi, sehingga kembali, uang setoran dari pelosok negeri mengalir tambah deras.
Sangat disayangkan, ada orang-orang pinter, orang berpendidikan sangat tinggi,yang seharusnya bisa memberi pemahaman yang benar dan baik kemsayarakt tentang aksi-aksi penipuan bermodus penggandaan uang justeru ikut-ikutan mempercayai hal tahyul seperti ini. Tentu saja publik sangat shock ketika mendengar ada nama Marwah Daud Ibrahim,seorang profesor doktor, mau saja dikadalin seorang dukun. Bukan itu saja bahkan Marwah diberi kepercayaan oleh sang dukun menjabat sebagai ketua yayasan padepokan.
Atas tertangkapnya junjungan Yang Mulia Kanjeng Dimas, Marwah terlihat tak terima, dan melayangkan surat protes keberatan ke Polri dan Presiden RI, pasalnya aksi penangkapan itu dinilai Marwah berlebihan.
Ia bahkan tak terima jika Yang Mulia Kanjeng Dimas disebut sebagai dukun pengganda uang, ia sangat keberatan sekali, menurutnya kesaktian menggandakan uang yang dimiliki Kanjeng Dimas adalah karomah, bukan sihir ataupun bantuan jin dan tuyul.
Lebih koplak lagi ia bahkan meminta kepada Jokowi dan Tito Karniavan untuk melihat secara langsung kesaktian yang dimilik Kanjeng Dimas.
Artinya, sampai detik ini, Marwah masih meyakini junjungannya Yang Mulia Kanjeng Dimas adalah seorang kyai sakti mandraguna, yang diberi karomah oleh Tuhan bisa menggandakana uang, dan periden juga kapolri harus lihat keajaiban ini!
Kini publik menunggu reaksi ICMI atas fenomena ketua Dewan Pakar mereka yang sementara ini terlihat sangan menyedihkan...
0 komentar:
Post a Comment