Rencana Memblokir Google dan Facebook yang Ngemplang Pajak Triliunan


Data menunjukkan omzet Google dari pasar Indonesia adalah Rp 3 triliun per tahun, sebuah angka yang cukup masif.

Karena bisnis digital, profit margin Google Indonesia mungkin tembus 30%; sehingga omzet itu menghasilkan net profit Rp 1 triliun per tahun. Sebuah angka yang gurih.

Namun selama ini Google selalu menolak membayar pajak ke Bumi Nusantara.

Ya, mereka selalu ngemplang pajak meski telah mendapatkan rezeki yang amat masif dari jutaan netizen Indonesia.

Omzet Facebook dari konsumen Indonesia juga diprediksi berada pada sekitar angka yang sama yakni Rp 3 triliun per tahun.

Sama, karena bisnis digital maka margin profit mereka bisa tembus 30%, sehingga net profit yang didapat Facebook Indonesia juga berkisar Rp 1 triliun per tahun.

Fyi, total revenue Google secara global adalah Rp 960 triliun. Sementara total revenue Facebook secara global adalah Rp 234 triliun.

Nah, dengan profit masing-masing 1 triliun, maka Google dan Facebook masing-masing mestinya membayar PPH Badan yang tarifnya 25% dari net profit.

Dengan kata lain, pajak penghasilan yang wajib mereka bayarkan setiap tahun ke Bumi Nusantara adalah Rp 250 milyar.

Di sisi lain ada juga PPN 10% dari omzet yang mestinya juga mereka tarik dari ribuan konsumen mereka di Indonesia.

Jika omzet 3 triliun, maka potensi PPN 10% yang selama ini hilang karena dikemplang Google dan Facebook masing-masing adalah Rp 300 milyar.

Maka potensi pajak PPH dari Google setahun adalah 250 milyar plus pajak PPN 300 milyar. Total 550 milyar per tahun. Itu angka setahun. Jika ditarik mundur 3 tahun saja, maka ada potensi kehilangan pajak dari Google Indonesia sebesar Rp 1,5 triliun lebih.

Facebook Indonesia juga ngemplang dengan angka yang relatif sama. Rp 1,5 triliun lebih dalam 3 tahun terakhir ini.

Bagaimana mungkin Google dan Facebook yang terus berdansa ditengah ledakan digital Indonesia, dan meraup profit triliunan enggan membayar pajak ke Bumi Nusantara?

Alasan legal formalnya adalah selalu karena Bentuk Usaha Tetap (BUT) mereka secara fisik bukan di Indonesia, dus tidak perlu membayar pajak ke Indonesia.

Namun secara substansi ya mereka menghasilkan uang dari jutaan netizen di Indonesia.

Samsung Indonesia, Oppo, dan Zenfone juga mendapatkan uang dari konsumen digital Indonesia dan mereka selalu membayar pajak ratusan milyar per tahun ke Indonesia. Kenapa Google dan Facebook ngemplang pajak? Rasanya kok kurang afdol.

Alasan lainnya sih mungkin ini : kan Google dan Facebook sudah banyak membantu UKM Indonesia dan menggerakkan ekonomi lokal dengan layanannya. Biarlah mereka ndak bayar pajak, toh layanannya sangat membantu ekonomi lokal.

Hmm.

Bukalapak, Tokopedia, Kaskus dan OLX juga sangat berjasa besar dalam menggerakkan jutaan UKM di tanah air. Layanan mereka juga kebanyakan gratis, dan sangat membantu para penggunanya.

Nah kenapa Kaskus, OLX dan Bukalapak dkk membayar pajak dengan tertib, sementara Facebook dan Google selalu ngemplang pajak ratusan milyar per tahun?

Rasanya memang kurang fair. Selama ini Google dan Facebook telah meraup profit yang masif dari netizen Indonesia, namun sama sekali tidak pernah mau membayar pajak.

Maka mungkin salah satu ultimatum yang layak dipertimbangkan adalah ini : silakan dirikan bentuk usaha tetap di Indonesia dan bayar pajak, atau kami akan blokir layanan Anda di tanah air.

Memblokir layanan Google dan Facebook di tanah air mungkin akan segera memunculkan kegegeran.

Namun langkah itu mungkin juga justru akan memberikan berkah terselubung yang masif bagi para local players.

Lihatlah China. Karena mereka memblokir Google, maka justru muncul search engine lokal yang dahsyat bernama Baidu. Karena mereka memberikan restriksi bagi FB dan Twitter, maka muncul social media lokal yang amat populer seperti WeChat (dari produsen lokal bernama Tencent).

(Pemblokiran Google di China memang karena alasan keamanan negara, bukan karena alasan ngemplang pajak).

Saya membayangkan pemblokiran Google dan Facebook gara-gara ngemplang pajak, akan segera memunculkan search engine dan social media lokal yang sejatinya punya potensi yang tak kalah dahsyat dengan global players.

Pemblokiran Facebook dan Google yang ngemplang pajak, pasti akan membuat lansekap digital Indonesia berubah total. Lalu segera akan muncul start up lokal yang hadir dengan kualitas yang sama andalnya (persis seperti kasus kemunculan search engine Baidu dan weChat di China).

Mungkin akan banyak orang terkaget-kaget dengan hilangnya Google dan Facebook dari layar smartphone mereka, lalu muncul eforia penolakan.

Namun studi-studi dalam ilmu perilaku menunjukkan efek eforia penolakan itu hanya sesaat. Mereka menyebutnya “scarcity hysteria trap”. Awalnya banyak orang akan shocked, lalu pelan-pelan akan kembali terbiasa, dan hidup akan kembali normal.

Dan jangan lupa : dinamika bisnis selalu menemukan jalan alternatifnya.

Saat Google dan Facebook yang ngemplang pajak diblokir, maka segera pasti akan muncul layanan alternatif (syukur dari para start up lokal seperti kasus Baidu dan Tencent di China).

Search engine lokal dan social media app lokal pasti akan muncul sebagai alternatif dan bisa terus berkembang. Ketergantungan adiktif netizen terhadap layanan Google dan Facebook pelan-pelan dengan mudah akan digantikan layanan lain yang hadir.

Dominasi Google dan Facebook dalam lensekap digital tanah air mungkin terlalu masif.

Kadang masygul juga melihat mereka berdua terlalu mendominasi (dan kita tahu, pendiri dua layanan ini adalah anak muda Yahudi yang cemerlang, Mark Zuckerberg dan Sergey Brin).

Menjadi lebih maysgul saat tahu bahwa mereka selama ini meraup profit masif dari Indonesia, namun selalu enggan membayar pajak ke Bumi Nusantara.

Memblokir layanan Facebook dan Google yang ngemplang pajak bukan saja memberikan mereka pelajaran tentang arti fairness.

Yang mungkin tak kalah penting : proses itu bisa memunculkan alternatif layanan digital lokal yang siapa tahu punya mutu mengejutkan.

Kerinduan kita akan search engine rasa lokal atau social media dengan sentuhan khas Indonesia – mungkin juga pelan-pelan bisa terpenuhi.(strategimanajemen) DVD MURATTAL
Share on Google Plus

About Muslimina

This is a short description in the author block about the author. You edit it by entering text in the "Biographical Info" field in the user admin panel.
    Blogger Comment
    Facebook Comment

0 komentar:

Post a Comment