Kebangkitan Ikhwanul Muslimin di Yordania
Kelompok Ikhwanul Muslimin di Yordania kembali ke politik praktis dengan meraih 16 dari 130 kursi parlemen negara itu.
Front Aksi Persaudaraan Muslim, IAF, ikut bertarung dalam pemilu Yordania pada Selasa lalu, setelah memboikot pemilu parlemen dua periode sebelumnya pada 2010 dan 2013, untuk memprotes sistem pemilu dan dugaan pelanggaran.
Seperti pemilu Yordania sebelumnya, hasil pemilu yang diumumkan pada Kamis (22/9) lalu menunjukkan mayoritas kursi parlemen masih diduduki para pengusaha dan tokoh suku yang dekat dengan keluarga kerajaan.
Pemilu ini terjadi ketika Yordania, yang merupakan salah satu sekutu Barat di Timur Tengah, berupaya menanggulangi merembetnya konflik Suriah dan Irak, sambil menampung ratusan ribu pengungsi.
Selain kembalinya Ikhwanul Muslimin, hal lain yang menjadi sorotan dalam pemilu Yordania adalah sedikitnya partisipasi pemilih. Hanya ada 1,5 juta pemilih yang muncul di bilik pemungutan suara, dari total 4,1 juta pemilih terdaftar.
Para pengamat menilai hal ini merupakan refleksi keengganan pemilih yang menganggap parlemen hanya memiliki kekuasaan terbatas dalam membuat kebijakan pemerintah.
Raja Abdullah II bisa menentukan atau memberhentikan kepala militer, intelijen, hakim senior, dan semisalnya, tanpa persetujuan lebih dulu dari pemerintah.
Hasil pemilu juga membuat 21 perempuan terpilih menjadi anggota parlemen, atau enam kursi di atas kuota bagi perempuan.
Sembilan warga Kristen juga terpilih mewakili kelompok minoritas, termasuk juga tiga warga Chechnya dan Sirkasia. (CNN Indonesia)
0 komentar:
Post a Comment