Kritikan datang terhadap langkah yang ditempuh mantan Presiden SBY terkait karir putranya Agus Harimurti, di militer yang harus berhenti dini karena dicalonkan menjadi Calon Gubernur Jakarta. Ini seperti menjilat ucapan SBY saat masih jadi Presiden tahun 2009 yang lalu.
Saat itu Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) mengingatkan para perwira lulusan akademi TNI dan Polri sebaiknya tidak bercita-cita menjadi kepala daerah mulai dari tingkat gubernur, bupati, dan walikota.
Dalam pengarahan kepada taruna, pengasuh, dan perwira TNI-Polri di Graha Samudra Bumi Moro, Markas Komando Armada Kawasan Timur, Surabaya, 22/12/2009, Presiden mengatakan adalah hal wajar dan benar apabila seorang prajurit berkeinginan untuk menjadi jenderal, laksamana atau marsekal, demi pengabdian yang lebih luas lagi kepada negara.
“Yang tidak benar kalau kalian memasuki akademi TNI Polisi lantas cita-citanya ingin menjadi bupati, waikota, gubernur, pengusaha, dan lain-lain. Tidak tepat,” ujarnya, berita tersebut masih ada di laman antaranews.com.
Presiden mengatakan para taruna lulusan TNI dan Polri harus bercita-cita menjadi perwira yang berhasil di lingkungannya.
Kenapa harus dikritik langkah SBY ini? seorang prajurit perwira dididik menggunakan uang rakyat untuk menjadi pemimpin pasukan yang handal. Lalu saat sudah mendapatkan ilmu dan pendidikan yang dananya berasal dari rakyat, dia keluar saat pangkatnya baru “mayor” (baca: belum lama mengabdi pada TNI) demi ambisi politik bertarung di pilkada gubernur yang belum tentu terpilih.
Pepatah Jawa mengatakan: “Mburu uceng, kelangan deleg”. Yang artinya, mengejar sesuatu yang tak pasti, dengan melepas kewajibanya yang lebih besar.
Beda kasus jika seorang perwira TNI melepas atribut militernya saat ditunjuk jadi menteri, misalnya.
Subscribe to:
Post Comments
(
Atom
)
Ambisi orang tuanya...khususnya bu AniYudoyono yg sangat berambisi ....
ReplyDelete