Denny JA, CEO Lingkaran Survey Indonesia (LSI) yang juga merupakan pendukung Joko-Kalla bikin heboh dunia maya dengan status Facebooknya #PrinsipIndonesiaTanpaDiskriminasi.
Di dalam statusnya tersebut, Denny menceritakan perjalanan negara Amerika Serikat menghilangkan diskriminasi termasuk di dalamnya penghalalan Gay atau Homoseksual dan Lesbian.
Apakah Denny bermaksud memperjuangkan hak-hak kaum Transgender tersebut di Indonesia? Itu sangat mungkin, bahkan Denny juga sudah mendirikan Yayasan Denny JA Untuk Indonesia Tanpa Diskriminasi.
Apalagi dengan kemenangan Joko-Kalla yang ditetapkan KPU pada tanggal 22 Juli 2014 yang lalu, Denny juga didukung oleh anggota Timses Joko-Kalla yang lain dalam memperjuangkan Gay dan Lesbian yaitu Prof Musdah Mulia.
Berikut status Denny JA tentang Indonesia tanpa diskriminasi yang menggambil gambaran perjuangan Gay dan Lesbian di Amerika Serikat.
#PrinsipIndonesiaTanpaDiskriminasiPerjuangan ‘gay’ dan lesbian di Amerika secara sistematis dimulai tahun 1969.Dalam kurun waktu lama, kalangan ‘gay’ dan lesbian mengalami diskriminasi. Kalangan ini seringkali dilecehkan, dipandang tidak normal, membawa aib, dan dosa. Ia dipandang tidak bermoral, serta melanggar norma dan agama. Pandangan dan stereotip ini kerap terbawa dalam lingkungan kerja dan pergaulan sosial. Lembaga pemerintah di Amerika sejak lama melarang kehadiran kalangan homoseksual dalam lingkungan kerja mereka. Sejak tahun 1942, militer Amerika secara tegas menolak kalangan ‘gay’ dan lesbian masuk di militer. Kehadiran mereka dikhawatirkan bisa membuat suasana tidak nyaman dan mengurangi efektivitas dan produktivitas.Perjuangan kelompok ‘gay’ dan lesbian di Amerika sebenarnya telah berlangsung lama. Tetapi perjuangan secara sistematis baru dimulai tahun 1969, setelah terjadinya kerusuhan di sebuah bar, Stonewall, di New York. Saat itu polisi bermaksud membubarkan kegiatan di bar yang kerap dipakai sebagai tempat berkumpul para ‘gay’. Tindakan polisi mendapat perlawanan dari pengunjung, yang berujung pada kerusuhan selama tiga hari. Peristiwa tersebut menyadarkan kalangan ‘gay’ dan lesbian untuk berani secara terbuka menyatakan keberadaan mereka dan secara terbuka juga menyuarakan hak-hak mereka. Peristiwa tersebut juga mengubah perlawanan kelompok homoseksual yang semula terbatas pada sejumlah kecil aktivis ke gerakan protes yang luas. Setelah peristiwa tersebut, di berbagai kota di Amerika berlangsung pawai yang diikuti oleh kelompok ‘gay’ dan lesbian. Salah satu pawai terbesar terjadi pada tahun 1979, ketika hampir 75.000 orang ikut pawai di Washington dan menyuarakan hak-hak mereka.Sukses perjuangan ‘gay’ dan lesbian di Amerika tahun 1970-an: ‘gay’ bukan kelainan mental dan tampil di dunia politik.Titik penting lain perjuangan ‘gay’ dan lesbian terjadi pada tahun 1973, ketika asosiasi psikiater Amerika (The American Psychiatri Association/APA) secara resmi menghapus homoseksual sebagai masalah kelainan dan gangguan mental. Dalam waktu lama di Amerika, homoseksual dianggap sebagai kelainan dan penyakit yang harus disembuhkan. Homoseksual disandingkan dengan gangguan mental dan kejiwaan, perilaku yang tidak normal. Pengakuan dari APA tersebut menegaskan bahwa homoseksual adalah perilaku yang normal, tidak dipandang sebagai kelainan.Dalam dunia politik, perjuangan kalangan ‘gay’ dan lesbian dipelopori oleh Harvey Milk. Ia politikus pertama di Amerika yang secara terbuka mengakui dirinya sebagai ‘gay’ dan memperjuangkan hak-hak kaum homoseksual dalam pembuatan kebijakan. Ia memenangkan pemilihan Dewan Pengawas Kota San Francisco tahun 1978. Milk terbunuh pada 27 November 1978, hanya beberapa bulan setelah ia menjabat. Milk kerap dipandang sebagai “martir” yang justru membuat kalangan aktivis 'gay' dan lesbian lebih berani dan terbuka memperjuangkan hak-haknya dalam politik. Pada tahun 1980, konvensi nasional Partai Demokrat yang diadakan di Madison Square New York mengambil sikap mendukung hak-hak kaum homoseksual.
(intriknews)
0 komentar:
Post a Comment