Kisah Kelam di Balik Pembangunan ' Al Wakrah Stadium/Stadion Vagina' di Qatar


Stadion baru yang masih dibangun di Qatar ramai menjadi pembahasan publik dan bahkan menjadi bulan-bulanan karena bentuknya dianggap mirip dengan vagina. Tapi tahukah Anda bahwa tersimpan kisah kelam di balik pembangunan stadion megah tersebut?

Dalam laporan berjudul 'The Dark Side of Migration: Spotlight on Qatar's Construction Sector Ahead of the World Cup', Amnesty International menyoroti praktik perbudakan modern yang ada di Qatar. Laporan tersebut didasarkan pada wawancara dengan lebih dari 200 pekerja dan puluhan mandor setempat.

Menurut laporan organisasi HAM tersebut, seperti dilansir gizmodo.com, Selasa (19/11/2013), populasi Qatar mengalami peningkatan sebanyak 20 orang setiap jamnya. Hal ini karena negara tersebut terus-menerus merekrut pekerja baru yang berasal dari luar negeri, seperti Bangladesh, Mesir, India, Nepal, Pakistan, Filipina dan Sri Lanka.

Bahkan faktanya, sebanyak 94 persen proyek pembangunan di Qatar dikerjakan oleh para pekerja migran. Tentunya, para pekerja tersebut dijanjikan gaji yang layak dan tempat yang aman untuk tinggal. Padahal hal yang sangat berbeda mereka temui ketika tiba di Qatar dan mulai bekerja.

Surat-surat identitas mereka disita oleh pihak mandor sehingga mereka tidak bisa pergi keluar dari Qatar. Gaji yang mereka dapatkan jauh lebih rendah dari yang dijanjikan sebelumnya. Mereka juga tidak bisa pindah pekerjaan tanpa izin yang resmi dari pihak perusahaan yang mempekerjakan mereka. Seringkali mereka tidak mendapat upah selama 6-9 bulan berturut-turut.

Tidak hanya itu, mereka juga tidak boleh cuti atau izin tidak masuk kerja, kemudian dipaksa untuk bekerja selama 12 jam nonstop setiap harinya, di bawah suhu 40 derajat Celcius. Layanan kesehatan dan juga makanan seringkali tidak mereka dapatkan dengan layak. Kematian para pekerja bukanlah hal yang asing.

Salah satu mandor yang diwawancarai Amnesty International menyebut para pekerjanya sebagai 'ternak'. Sedangkan publik di Qatar yang mengetahui hal semacam ini menyebutnya sebagai 'perbudakan modern masa kini'.Atas kondisi ini, sejumlah organisasi HAM termasuk Amnesty International menyerukan kepada FIFA untuk mencabut hak tuan rumah atas Piala Dunia 2022 yang didapat Qatar. "Dengan Qatar dan sektor pembangunannya menjadi sorotan internasional selama satu dekade ke depan mendekati Piala Dunia 2022, kegagalan negara tersebut untuk melindungi hak para pekerja telah mengancam reputasi negara itu sendiri," demikian pernyataan Amnesty International.

Stadion bernama resmi Al Wakrah Stadium dengan kapasitas 45 ribu kursi ini dibangun di wilayah gurun di pinggiran ibukota Doha, Qatar. Desain stadion dibuat oleh Zaha Hadid dan juga perusahaan AECOM. Stadion Al Wakrah ini hanya satu dari total sembilan stadion yang dipersiapkan dan akan dibangun dalam jangka waktu 9 tahun ke depan.

Qatar menghabiskan dana sebesar US$ 140 miliar atau setara Rp 1.625 triliun untuk persiapan menyambut Piala Dunia 2022. Masalah biaya yang sangat besar tidak menjadi masalah bagi Qatar, yang notabene dikenal sebagai negara dengan pendapatan perkapita tertinggi di dunia. Namun fakta adanya perlakuan kasar dan menyimpang terhadap para pekerja bangunan yang menggarap stadion tersebut, tentu sangat memprihatinkan.(detik) DVD MURATTAL
Share on Google Plus

About MUSLIMINA

This is a short description in the author block about the author. You edit it by entering text in the "Biographical Info" field in the user admin panel.
    Blogger Comment
    Facebook Comment

0 komentar:

Post a Comment