ASSAD SIMULUT BESAR
Presiden Suriah, Basyar Asad, sesumbar akan melawan rencana agresi militer koalisi Barat pimpinan Barack Obama, yang sampai saat ini masih menunggu lampu hijau parlemen Amerika Serikat (AS) Dewan Keamanan Perserikatan Bangsa-bangsa (DK PBB). Asad mengatakan negaranya siap menghadapi setiap kemungkinan agresi terhadap Suriah.
“Suriah…mampu menghadapi agresi dari pihak luar seperti kami menghadapi perlawanan dari dalam (pejuang Islam), dalam bentuk kelompok teroris dan semua yang mendukung mereka,” kata Asad dalam pernyataan yang dikutip oleh kantor berita Suriah, SANA.
Dalam pernyataan resmi pertamanya semenjak pengumuman perang Obama Sabtu (31/08), Asad mengatakan pihak pemerintahan Syiah Nushairiyah melanjutkan pihaknya meraih kemenangan secara terus menerus dari pihak pejuang Islam. Namun, seperti layaknya para pembohong di muka bumi, Asad tidak mau mengakui kekalahan telak yang dialami pihaknya yang menyebabkan jatuhnya titik-titik penting di Suriah ke tangan pejuang Islam.
Seakan Asad betul-betul siap menghadapi serangan koalisi Barat yang juga dibantu oleh negara Arab. Namun pada kenyataannya, Asad ciut juga dengan ancaman dari pihak luar itu. Sampai-sampai pemerintahan Syiah Nushairiyah itu mendesak PBB untuk segera mengambil langkah-langkah pencegahan agar koalisi Barat dan Liga Arab tidak melakukan ‘agresi perang’ terhadap Suriah.
Kesulitan menghadapi perlawanan para pejuang Islam yang menolak mengakui Asad sebagai rabb, sang jagal juga harus bersiap menghadapi serangan luar. Apalagi sekutu utamanya, Rusia dan Cina, seperti bersikap tak peduli ketika mereka memilih keluar dari ruangan DK PBB kala membahas masalah Suriah bersama negara anggota lainnya yang ngebet ingin menyerbu Asad.
Perwakilan Suriah untuk PBB, Basyar Al Jaafari, mengatakan kepada SANA seperti dikutip oleh Russia Today, DK PBB seharusnya mampu menjaga perdamaian internasional dan mencegah terjadinya agresi militer yang dipimpin oleh AS. Jaafari pun menyangkal jika negaranya menggunakan senjata kimia untuk membunuhi warga sipil dan mengatakan bahwa isu senjata kimia dipelintir oleh media barat.
“Pemerintahan Suriah adalah yang pertama yang meminta PBB untuk melakukan investigasi secara objektif atas dugaan penggunaan senjata kimia,” kata Jaafari sembari menambahkan, “lebih dari setahun lalu kami menghadapi kemungkinan penggunaan senjata kimia oleh sekelompok teroris di Suriah.”
Meski pihak Asad sebelumnya mengatakan mendukung investigasi objektif dari PBB, yang artinya menurut Asad masih harus menunggu hasil yang sampai saat ini belum keluar, namun anehnya dia malah menuding barisan pejuang Islam yang melakukan pembunuhan massal kepada warga sipil. Melalui keterangannya kepada PBB dalam sepucuk surat, pemerintahan Asad menuduh kelompok pejuang Islam didukung oleh pihak Barat dalam hal ini.
“Mereka yang bertanggungjawab atas pembunuhan massal itu, berusaha mencegah terciptanya perdamaian dan mencoba menunjuk kami yang melakukan pembunuhan massal,” ujar surat pernyataan itu.
Posisi Asad kian hari memang kian terdesak. Setelah penggunaan senjata kimia yang menewaskan ribuan korban berjatuhan, Asad dan kroninya kini harus bersiap menghadapi kemungkinan agresi yang dipimpin oleh AS. Meski ‘Paman Sam’ tidak mendapatkan dukungan secara langsung dari Inggris, karena parlemen Inggris menolak gagasan perang di Suriah, rupanya mereka didukung oleh Liga Arab yang menyeru PBB untuk mendukung aksi militer terhadap Suriah.
Liga Arab meminta dukungan warga internasional dan mendesak PBB untuk mengambil tindakan yang membuat Suriah merasa jera atas penggunaan senjata kimia. “PBB dan masyarakat internasional dipanggil untuk memikul tanggung jawab mereka sesuai dengan Piagam PBB dan hukum internasional dengan mengambil langkah-langkah pencegahan yang diperlukan,” demikian pernyataan Liga Arab beberapa hari lalu. (bumisyam)
0 komentar:
Post a Comment