Kementerian Agama dan Wakaf Mesir, Mohammed Mokhtar Juma telah memerintahkan penutupan 1.000 masjid di Kota Alexandria dengan tuduhan digunakan sebagai tempat memobilisasi massa menentang rezim.
Keputusan kontroversial ini membuat marah kaum muslimin di berbagai kota di Mesir, demikian dirilis Middle East Monitor, Rabu (9/10).
Direktur urusan masjid di Alexandria, Sheikh Al-Ansari Saad Amara, diberi waktu 72 jam untuk melaksanakan perintah penutupan 1.000 masjid tersebut. Orang-orang di berbagai kota mengecam penutupan masjid ini, dan mengatakan, “Rezim gila ini akan membuat Mesir menjadi negara tanpa masjid.”
Peraturan terbaru Kemeterian Agama dan Wakaf ini berusaha membungkam pendukung pro-demokrasi di Mesir. Sampai sejauh ini rezim hasil kudeta ini setidaknya telah mencekal 55.000 imam dan melarang mereka memberikan khutbah Jumat di masjid.
Menteri Mohammed Mokhtar Juma, mengatakan bahwa Imam yang tidak memiliki izin resmi dari pemerintah dilarang memberikan khutbah dan jika mereka nekat akan dianggap sebagai “teroris” yang mengancam keamanan Mesir.
Mengomentari hal ini, sejarawan Mesir Mohamed Al-Jawwadi mengatakan bahwa untuk pertama kalinya dalam sejarah Mesir, masjid sebanyak ini telah ditutup.
“Perbuatan Orang ini (aparat rezim) melebihi apa yang telah dilakukan dedengkot sekuler Kemal Ataturk, ketika meruntuhkan kekhalifahan Turki dan menjadikannya sebagai republik sekuler pada awal abad ke-20,” ungkapnya.
Sejak kudeta 3 Juli lalu, rezim militer Mesir semakin brutal dan gelap mata. Untuk membungkam rakyat yang terus menerus melakukan aksi demo menentang kudeta tersebut pasukan keamanan Mesir telah menyerang beberapa masjid dan berusaha membubarkan shalat Jumat di beberapa masjid dengan dalih khutbah jum’at nya dinilai mengompori anti-kudeta.
Ribuan pengunjuk rasa telah gugur. Pasukan keamanan menyerang pengunjuk rasa bersama para preman bayaran yang mendukung mereka. (abu akmal/salam-online)
0 komentar:
Post a Comment