Ulama yang juga Menteri Muda dalam Kementrian Wakaf Mesir, Syaikh Salim Abdul Jalil, menyampaikan permohonan maaf kepada rakyat Mesir dan umat Islam terkait beredarnya video yang seakan-akan menunjukkan dukungannya pada pembantaian demonstran pendukung Presiden Mursi. Syaikh Salim pun mengungkapkan modus yang dipergunakan rezim kudeta untuk membuat video tersebut.
Dalam siaran melalui stasiun televisi Aljazeera Mubasher Mesir, Senin (26/8) lalu, Syeikh Salim menekankan bahwa dirinya menolak keras penggunaan senjata dalam menghadapi para demonstran damai.
Seperti dilansir Dakwatuna, Rabu (28/8), Syaikh Salim menceritakan bahwa pihak militer memintanya dan beberapa ulama yang lain untuk merekam ceramah menjawab beberapa pertanyaan yang diajukan militer. Namun ternyata rekaman video tersebut telah dipotong-potong sehingga menjadi seakan-akan beliau menghalalkan aksi pembantaian. Seandainya saja rekaman tersebut dibiarkan apa adanya, tentu tidak akan dipahami seperti itu.
Beliau menuturkan, ketika direkam, pertanyaan yang dijawabnya adalah berkenaan tentang hukum orang-orang yang menyerang kepolisian dan merusak fasilitas pemerintah. Perekaman jawaban atas pertanyaan-pertanyaan tersebut dilakukan pada hari-hari terakhir di bulan Ramadhan, jauh hari sebelum pembantaian Rab’ah dan Nahdhah.
Di televisi Aljazeera pula beliau menekankan bahwa para pendukung Presiden Mursi bukanlah khawarij dan bughat. Ikhwanul Muslimin adalah sebuah jamaah dakwah lama yang jelas dan kuat. Beliau mengakui bahwa dirinya juga salah satu putera jamaah tersebut.
Terakhir, beliau menyebutkan bukti bahwa dirinya tidaklah menghalalkan pembantaian demonstran, hal itu karena 3 orang anaknya sendiri bolak-balik ke sana dan beliau tidak melarang mereka. [AM/Dkw/bsb]
*bersamadakwah
- Blogger Comment
- Facebook Comment
Subscribe to:
Post Comments
(
Atom
)
0 komentar:
Post a Comment