Pasukan keamanan Jalur Gaza berhasil menangkap sejumlah orang yang menamai diri mereka sebagai Tamarrud Gaza yang akhirnya diketahui mereka ternyata binaan Mossad (Intelijen Israel), kantor berita Palestina Safa melaporkan.
Seperti dilansir Info Palestina, mereka yang tertangkap mengaku bekerja sebagai mata-mata penjajah Zionis dan bekerja atas arahan langsung dari dinas intelijen Zionis di samping dari dinas intelijen Ramallah, lapor Pusat Studi Informasi Alam Islami (SINAI) yang dipantau MINA (Mi’raj News Agency), Selasa (27/8).
SINAI melaporkan, sukses melengserkan gerakan Islam dan presiden Muhammad Mursi dari pemerintahan di Mesir, popularitas gerakan Tamarrud kian meningkat. Pengaruh gerakan pemberontakan ini tak hanya dirasakan di Mesir. Namun, telah merambah ke negara Revolusi Arab lain seperti Tunisia.
Di Jalur Gaza, Palestina, gerakan ini juga muncul sebagai upaya perlawanan menjatuhkan pemerintahan Hamas. Beberapa waktu lalu beredar sebuah video yang berisi pernyataan Tamarrud Gaza terkait penentangannya terhadap Hamas. Mereka memberikan batas waktu 11 November kepada Hamas untuk melepaskan kekuasaan karena dituding telah melakukan kekerasan dan penyiksaan.
Surat Kabar "New York Times" Amerika edisi Ahad (25/8) mengupas situasi terkini yang terjadi di Timur Tengah, terutama Mesir dan Suriah serta dampaknya terhadap Jalur Gaza. New York Times mengungkap bahwa Hamas merupakan gerakan yang kuat di Jalur Gaza dan tidak bisa dijatuhkan, berbeda dengan Ikhwanul Muslimin di Mesir.
Menurut media itu, diantara sebab tidak mampunya kekuatan-kekuatan lain menggeser posisi Hamas adalah karena kuatnya popularitas gerakan Islam tersebut di kalangan rakyat Palestina di Jalur Gaza. Hamas juga memiliki kontrol keamanan yang kuat dan handal untuk melindungi Jalur Gaza, disamping juga memiliki banyak lembaga layanan sehingga kehadirannya benar-benar dirasakan dalam realitas kehidupan rakyat Gaza.(mina)
0 komentar:
Post a Comment