Operasi perlawanan secara individual kembali memukul jantung Israel. Mereka kembali gelisah dan ketakutan. Masyarakat Palestina kembali memiliki harapan terkait dengan gagasan perlawanan yang beberapa waktu belakangan hilang akibat koordinasi keamanan antara keamanan Otoritas Palestina dan Israel dan usaha menghancurkan budaya perlawanan di masyarakat Palestina.
Selama 30 hari lalu sejumlah peristiwa operasi serangan individu yang satu sama lainnya tidak memiliki kaitan kembali terjadi. Sseperti serangan atas komandan zionis oleh-dua pemuda Palestina dari baldah Dersamat Hebron tengah, operasi pembunuhan dan penculikan serdadu zionis di baldah Betamin, Qalqiliah tengah dari keluarga Palestina Amer. Kemudian juga penyergapan ke kamp militer zionis dengan buldoser oleh seorang pemuda Palestina dari Al-Quds dari kamp Shavat. Peristiwa paling mutahir adalah penusukan terhadap serdadu Israel di kota Avola di wilayah Palestina 1948 oleh Husain Ghawadirah.
Seorang aktivis wanita menegaskan di jejering social kepada PIP bahwa gagsan perlawanan kembali ke otak pemuda Palestina di Tepi Barat. Di Tepi Barat gejala konfrontasi besar kembali menjalar.
Ia menegaskan, meski dengan keterampilan sederhana, pemuda Palestina mulai melakukan operasi dengan inisiatif pribadi. Namun mereka mampu mengobok-obok Israel dan membuyarkan rencana penjajah dan menciptakan ketakutan kepada masyrakat zionis yang selama beberapa tahun belakangan melakukan infiltrasi pembangunan pemukiman secara besar-besaran.
Operasi Spontan Otak ke Tangan
Operasi serangan penusukan kemarin di Afolah mengacaukan konsentrasi keamanan zionis. Harian Israel Maarev di halaman pertamanya edisi kemarin Kamis (14/11) mengutip pernyataan sejumlah komandan penting militer zionis bahwa mereka tidak mampu menghadapi operasi serangan yang bersifat perorangan.
Harian menambahkan, selama dua bulan terakhir, serangan penusukan warga Palestina telah menewaskan empat pasukan zionis. Operasi itu dimulai dari tewasnya Tomar Hazan yang diculik dan dibunuh di dekat Qalqiliah akhir September lalu. Kemudian diikuti dengan operasi serupa.
Harian menambahkan, komandan-komandan penting di wilayah tengah telah menegaskan gambaran suram soal ketidak mampuan mereka menghadapi operasi serangan pribadi.
Salah satu komandan zionis menegaskan, “Kita bisa soal operasi serangan yang dilakukan dengan akal dan tangan saja sehingga sulit digagalkan.”
Menurut pengamat militer Israel di Haaretz, Amos Harael menegakan, serangan dan penggerebekan warga Yahudi ke Masjid Al-Aqsha dan tindakan pemerintah zionis terhadap masjid tersebut menjadi pemicu kuat bagi operasi seperti ini.
Kembalinya Budaya Perlawanan
Dr. Abdus Sattar Qasim menegaskan kepada PIP yang terjadi berupa serangan indifidu Palestina itu merupakan bukti jelas kembalinya budaya perlawanan di kalangan pemuda Palestina yang mulai melawan dan menolak status quo dan budaya perundingan yang dipaksakan oleh otoritas Palestina.
Ia menambahkan Otoritas Palestina selama melakukan koordinasi keamanan dengan zionis selama beberapa tahun yang lalu dalam rangka mengokohkan budaya menyerah dan membuang budaya perlawanan dari otak kalangan pemuda Palestina.
Akan tetapi sangat jelas politik itu gagal. Pemuda Palestina telah mengembalikan budaya perlawanan itu dengan operasi serangan individual yang merupakan inisiatif penting. Akan tetapi yang perlu diandalkan secara hakiki untuk bisa konsisten adalah sayap militer aksi aksi perlawanan untuk mengubah operasi individual secara sepontan menjadi serangan terorganisir. (muslimina/pip)
- Blogger Comment
- Facebook Comment
Subscribe to:
Post Comments
(
Atom
)
0 komentar:
Post a Comment