MENJADI MURIDNYA MURID
By: Junaedi Putra
dulu ketika halaqoh yg saya pegang terpaksa harus dilepas karena jarak yg cukup menyita banyak waktu, saya pernah berkata
ini bukan akhir pertemuan kita. ini justru awal dari perjalanan kita. perjalanan yang titik akhirnya adalah penghabisan usia kita. menuntut ilmu. bisa jadi antum semua setelah liqo dengan murobbi yg baru, mendapatkan motivasi, ilmu, fasilitas, bimbingan, dan banyak hal baru yg lebih baik dari yg ana miliki.
dan bisa jadi suatu saat ketika antum tekun memperdalam ilmu keislaman, bisa jadi antum akan bertukar tempat. bagi ana itu bukan 'aib, justru disinilah kita berlomba-lomba dalam kebaikan. jika suatu saat antum jadi ustadz, maka ana tak akan ragu-ragu untuk mengambil ilmu dari antum. karena prinsip kita adalah mengikuti orang karena dia benar, bukan mengikuti kebenaran karena orang.
dan saat ini alhamdulillah ada diantara mereka yg dalam banyak hal lebih baik dari ana. ilmunya, hafalan qur'annya, kebijaksanaannya, dll.
dan ana bahagia mengetahui hal itu. dan jika Allah berkehendak, ana siap satu halaqoh dengan beliau atau bahkan jadi murid beliau. karena ana sendiri sekarang mengalami satu halaqoh dengan orang yg pertama kali mengenalkan dakwah ini.
bukankah begitu pula dengan para ulama dulu. jika mereka menemukan bahwa orang lain lebih ahli dalam bidang keilmuan tertentu, maka mereka akan belajar darinya. dan tak heran ketika mereka bertukar tempat saat seorang dari mereka menguasai cabang ilmu yg lain.
karena itu sangat aneh bagi saya jika ada murobi yg menganggap dirinya ustadz yang "tidak pernah salah", dan tidak mau dikritik, dan tidak mau diluruskan ketika salah. mereka lupa bahwa mereka jadi murobbi bukan karena mereka lebih baik dari binaannya. tapi ini hanya masalah posisi. urusan ketaqwaan tidak ada urusan dg status murobbi dan mutarobbi. bisa jadi disisi Allah sang murid lebih tinggi kedudukannya karena amal yg tidak diketahui oleh murobbinya. dan begitu pula sebaliknya.
saya juga heran dengan murobbi yg menempatkan dirinya disebuah menara, dan binaannya di menara lain. seolah jika ngin menemuinya harus melewati birokrasi yg berbelit-belit. padahal punya istripun belum. jika ditanya perihal ini dan itu selalu berkelit. padahal jika memang tidak tahu, ya bilang saja tidak tahu. lalu segera cari tahu. bukan dg dalih "kamu baca aja buku ini dan itu". sebagai referensi memang tak masalah, tapi jika setiap pertanyaan dijawab dg "bacalah buku ini dan itu" justru jadi pertanyaan baru "sebenernya dia ngerti gak sih?"
dan saya juga mengecam murobbi yg menjadikan mutarobbinya sebagai "mangsa" untuk kepentingan MLMnya. karena sudah cukup beberapa kasus membuktikan bahwa hal itu justru bisa merusak dakwah. forum halaqoh justru berubah jadi forum presentasi MLM, dan seterusnya. apapun itu. entah yg bentuknya training ini itu, sama saja. maksud saya, marilah kita letakkan dakwah sebagai aktifitas utama dan kita letakkan semua wasilah ini dan itu hanya sebagai washilah. jika dakwah terlalu sibuk dg urusan rekruitmen entah itu MLM, entah itu training, atau apapun namanya, maka musibah besar sudah menanti.
marilah kita berguru kepada salafussholih dengan segala ketawadhu'annya, dan segala keikhlasannya.
saya tahu bahwa murobbi yang ikhlash dan banyak pengorbanannya jauh lebih banyak daripada yg bermasalah. namun jika tidak diingatkan maka murobbi yg bermasalah ini akan merasa dirinya benar dg kesalahan ini. semoga bisa dijadikan pelajaran bagi semua pihak dan semoga bisa saling mengingatkan dalam kebaikan
0 komentar:
Post a Comment