Sudah Satu Tahun Warga Curiga Bakso Udin
Masyarakat penyuka bakso gerobak harus lebih waspada jika sudah menemukan kejanggalan dari rasa serta aroma bakso yang biasa dibeli. Barang kali kecurigaan Anda benar jika bakso itu dicampuri dengan daging yang dilarang keras ada di dalam makanan warga Muslim. Seperti daging babi, anjing, tikus dan daging lainnya yang diharamkan.
Untuk menyempurnakan kecurigaan itu, maka Kepala Suku Dinas Peternakan dan Perikanan Jakarta Barat, Eviaty menyarankan, jika menemukan kecurigaan masyarakat harus segera melaporkan kepada pihak terkait untuk dilakukan tindakan.
“Itu juga berdasarkan hasil laporan temannya (sesama tukang bakso) yang curiga kalau itu daging celeng,” kata Eviaty saat dihubungi Republika, Senin (5/5).
Dari situlah kata Eviaty pihaknya langsung melakukan pemeriksaan untuk diambil sampel dan hasilnya memang benar bakso buatan Satiman alias Udin menggunakan daging celeng alias babi.
Setelah mengetahui bahan yang digunakan Udin itu positif daging babi, tanpa mengulur waktu Eviaty bersama lima stafnya melakukan sidak di tempat produksi bakso Udin yang ada di RT07/08 Kelurahan Pekojan, Kecamatan Tambora, Jakarta Barat.
“Dia sudah curiga waktu kita pura-pura beli kenapa baksonya difoto-foto kita bilang kalau bahan baksonya menggunakan daging babi dan akhirnya dia mengaku kalau itu daging babi,” tutur Eviaty menceritakan.
Setelah dilakukan interogasi kata Eviaty berdasarkan pengakuan Udin, dia sudah menggunakan daging celeng untuk membuat bakso itu selama tiga bulan.
“Tapi saya tidak percaya, orang warga sekitar pak Haji bilang Bakso Udin itu sudah beda rasanya sejak setahun yang lalu,” katanya.
Eviaty menyesalkan tindakan Udin yang sudah meracuni saudaranya sesama Muslim melalui makanan yang diharamkan oleh Islam.
“Saya marahin, bapak ini Islam lho, kenapa makai daging babi. Di situkan kebanyakan warga Arab Mas,” katanya sambil kesal.
Dari pengakuan Udin, kata Eviaty, motifnya masih klasik. Dia menjual daging babi itu karena untuk mencari keuntungan. Kata Eviaty, daging babi yang digunakan Udin memang jauh lebih murah, harganya sekitar 45 ribu, jadi jauh dibandingkan daging babi putih atau sapi dan kambing yang harganya ratusan ribu.
“Ini daging babi hutan yang ditembak langsung dipotong, bukan babi yang ada di tempat rumah pemotongan hewan,” katanya. Ya, mau babi hutan atau babi piaraan, tetap haram.
Parahnya lagi kata Eviaty, Udin juga menjual daging babi hutan itu ke sesama tukang bakso yang ada di daerah sekitaran Tambora Cengkareng dan juga berikut bakso hasil produksinya.
“Nah ini temannya ngembaliin ke Udin 9 kilo yang satu kilonya dilaporkan ke kita,” katanya.
Kata Eviaty, Udin menjual baksonya tidak sendiri, dia bersama adik dan keponakannya menjual bakso-bakso itu. Nah adik dan keponakannya ini keliling untuk menjual bakso yang bahannya dari daging celeng.
Dari hasil interogasinya, Udin tidak berniat baik. Udin, kata Eviaty selalu berkelit saat ditanya beli daging babi hutannya itu dari siapa. Udin hanya menyampaikan belinya dari Jon, tapi saat ditanya alamat lengkap Jon di mana, dia mengaku tak tahu. “Masak sudah delapan tahun jualan tidak tahu,” kata Eviaty.
Dalam satu hari, kata Eviaty, diperkirakan Udin menggunakan daging babi hutannya 20 kilogram. Meski Udin mengaku hanya menggunakan 10 kilogram.
Kata Eviyanti, pihaknya sudah menyerahkan kasus ini ke Polisi di Polsek Tambora Jakarta Barat yang langsung memberikan garis polisi di tempat jualan Udin dan menyita beberapa kilogram daging babi hutan. (RoL)
0 komentar:
Post a Comment