Ikhwanul Muslimin, Napas Pejuang yang Tersisa


By: Nandang Burhanudin
****

Jika Yaser Barhami, pemimpin dakwah Salafy di Mesir menyebut tragedi Rab'ah dengan "simbol arogansi Ikhwan" dan menyebut Ikhwan sebagai "gerakan haus darah\alharaokah ad-damawiyyyah".

Lebih menyakitkan lagi, perkataan Ali Gumu'ah, mantan Mufti Mesir dan dijuluki Syaikh kudeta yang mengatakan, "Ikhwanul Muslimin halal darahnya, karena melawan pemerintahan yang sah. Bahkan menyebut tentara sebagai mujahid." Ungkapan ini tersebar luas dalam rekaman video khutbah Jumat di hadapan As-Sisi.

Syaikh Barhami, Syaikh Ali Gumuah, dan para syaikh kudeta lainnya benar-benar gelap mata. Mereka bukan hanya membiarkan pembantaian demi pembantaian, namun juga memberi restu dengan dalil-dalih Al-Qur'an dan Sunnah yang tentu sudah dijingkirbalikkan dari maksud aslinya.

Namun kader-kader Ikhwan yang jumlahnya jutaan, nampak tabah menghadapi ujian ini. Mereka seakan menyadari, fase sejarah yang terulang kembali sejak pembantaian anggota Ikhwan paska perjuangan melawan Yahudi.

"Setiap orang Ikhwan yang sekarang di penjara sudah menyadari bahwa mereka akan dapat giliran 'hukuman mati'". Tapi walau pun begitu mereka tetap tegar. Sekolah besar 'Ikhwan' memang mencetak manusia yang tidak takut kematian. Manusia yang tidak rela dan tidak nyaman hidup tunduk hina. Mereka manusia yang hidup merdeka di tengah dunia perbudakan modern."

Kita di Indonesia, disuguhi fragmen perjuangan yang teramat langka. Kita seakan hidup di era perbudakan dan hanya Ikhwan Muslimin yang melawan bangkit. Sedangkan gerakan Islam yang lain, hanya sibuk dengan muktamar dan tentu kajian tauhid yang ujung-ujungnya mengkafirkan dan mengajak umat Islam tak peduli dengan nasib sesama. Tragis memang! DVD MURATTAL
Share on Google Plus

About MUSLIMINA

This is a short description in the author block about the author. You edit it by entering text in the "Biographical Info" field in the user admin panel.
    Blogger Comment
    Facebook Comment

0 komentar:

Post a Comment