MENGENANG PERJUANGAN SYEIKH AHMAD YASIN


Syeikh Ahmad Yasin menentang keras Kesepakatan Oslo, yang ditandatangani Pemimpin PLO Yaser Arafat dan Perdana Menteri Israel Yitzak Rabin, di hadapan Presiden Amerika Serikat (AS) Bill Clinton pada tahun 1993, karena dipandangnya sebagai "penipuan besar".
Buktinya Israel terus intensif membangun permukiman ilegal Yahudi di Tepi Barat dan Jalur Gaza bersama dengan melanjutkan penguasaan berturut-turut sebagian besar wilayah tanah Palestina.
Tolak Perang Saudara
Sebelum pecahnya Intifadah Palestina Kedua (intifadah Al-Aqsha) pada September 2000, Syeikh Ahmad Yasin menjadi tahanan rumah, komunikasi melalui teleponnya diputus oleh Otoritas Palestina, yang berada di bawah tekanan luar biasa dari AS dan Zionis agar Otoritas Palestina "mengendalikan" Gerakan Hamas dan Jihad Islam.
Namun demikian Yasin, Pemimpin Hamas itu, selalu berhati-hati supaya perbedaan sikap dengan Otoritas Palestina -mayoritas dari gerakan Fatah- yang terjadi berulang kali, tidak berkembang menjadi perang saudara, yang dipandangnya sebagai "garis merah bagi rakyat Palestina" dan tidak boleh terjadi.
Percaya bahwa kepemimpinan yang terpecah akan merusak kepentingan Palestina, Syeikh Ahmad Yasin berusaha untuk menjaga hubungan baik dengan Otoritas Palestina dan dengan rezim lain di dunia Arab.
Rakyat Palestina Harus peroleh Hak Hidup Secara Damai
Setelah keluar dari penjara, Syeikh Ahmad Yasin meminta untuk diterbangkan pulang ke Jalur Gaza. Di sana, ia menggiatkan lagi usaha dakwahnya hingga meletus Intifadah Al-Aqsha. Perkembangan ini sangat mengkhawatirkan rezim Zionis Israel.
Selama berlangsung Intifadah Al-Aqsha, Syeikh Ahmad Yasin konsisten berpegang teguh pada "gerakan perlawanan". Dia menyatakan bahwa kebebasan yang diperoleh, tidak diberikan secara percuma, dan apa yang diambil secara paksa hanya dapat dipulihkan dengan usaha perlawanan. Dia juga keras membela bom syahid terhadap entitas Zionis. Ia menjelaskan aksi itu merupakan senjata tunggal yang tersedia bagi rakyat Palestina waktu itu untuk menghadapi musuh dengan kemampuan militer jauh lebih kuat yang bersikeras membasmi dan menghancurkan rakyat Palestina.
Dia berulang kali menuntut Israel mengakhiri semua serangan yang menargetkan warga sipil Palestina dan orang yang tidak 'berseragam' Zionis. Namun, entitas Zionis konsisten menolak semua inisiatif itu.
Usaha pertama membunuh Syeikh Ahmad Yasin
Sejak Yasin dibebaskan, Israel selalu mencari-cari kesempatan untuk membunuhnya karena biarpun lumpuh kaki dan tangan, insan berjiwa besar ini memiliki pengaruh yang cukup besar dalam episode jihad rakyat Palestina.
Pada 6 September 2003, Angkatan Udara Israel dengan pesawat tempur F-16 membom sebuah bangunan di mana Yasin sedang berada di dalam bersama para pemimpin Hamas lainnya, namun serangan itu tidak berhasil membunuh Syeikh Ahmad Yasin.
Dia selamat, hanya mengalami luka ringan pada lengan kanannya, kemudian dirawat di rumah sakit Al-Shifa, Kota Gaza, karena luka yang dideritanya.
Para pejabat Israel kemudian mengkonfirmasi bahwa Syeikh Ahmad Yasin adalah target serangan itu.
Syahidnya Pendiri Hamas
Israel terus berusaha membunuh Yasin. Setelah berbulan-bulan mengikuti dan memata-matai aktivitas harian Syeikh Ahmad Yasin, pada Senin 1 Shafar 1425/22 Maret 2004, Israel melakukan serangan dengan tiga rudal Hellfire dari helikopter Apache AH-64 ke arah mobil yang biasa dinaiki Yasin usai menunaikan sholat subuh berjamaah di Masjid Al-Mujama’ Al-Islami, Kota Gaza.
Serangan tersebut merupakan perintah langsung dari Ariel Sharon, Perdana Menteri Israel saat itu. Bersama Syeikh Ahmad Yasin, juga terbunuh dua orang pengawalnya, dan sembilan warga Palestina lainnya yang berada di sekitar tempat kejadian.
Seorang wartawan Palestina segera bergegas ke tempat kejadian setelah mendengar tiga ledakan keras. Ia juga menemukan sisa-sisa kursi roda Syeikh Ahmad Yasin akibat serangan rudal -yang sudah berlumuran darah-.
Tubuh Syeikh Ahmad Yasin yang hancur akibat serangan rudal Zionis itu dievakuasi ke Rumah Sakit Al-Shifa.
Serangan biadab tersebut langsung dikecam masyarakat dunia. Pembunuhan pendiri Hamas itu dikutuk Pemerintah Afrika Selatan bersama dengan pemimpin-pemimpin dunia lainnya, kecuali Pemerintah Amerika Serikat. Bagi Afrika Selatan, kematian Syeikh Ahmad Yasin merupakan kehilangan aktivis perjuangan pembebasan nasional, karena itu menyatakan memahami kesedihan rakyat Palestina.
Maka, berakhirlah riwayat seorang pejuang yang telah menyerahkan seluruh kehidupannya untuk perjuangan membebaskan Palestina.
Semangatnya Tetap Hidup
Bagi sebuah gerakan ideologis yang kokoh seperti Hamas, -idenya adalah lebih penting daripada fisik pemimpinnya-, sehingga tidak mungkin kematian pemimpinnya, Syeikh Ahmad Yasin, akan melemahkan gerakan perlawanan Palestina berbasis Islam itu untuk terus berjuang.
Malahan sebelum kematiannya, selama beberapa tahun terakhir, Syeikh Ahmad Yasin sudah mengurangi aktivitas rutinnya dalam urusan Gerakan Hamas akibat kesehatannya memburuk dan usianya semakin tua. Meskipun demikian, ia tetap menjadi juru bicara yang paling efektif dan fasih bagi Hamas dan seluruh kubu Islam Palestina, walau kondisi fisiknya  semakin parah, hingga akhirnya ajalnya menjemput akibat serangan Zionis musuhnya.
Dr. Abdul Aziz al-Rantisi kemudian diangkat menjadi pemimpin tertinggi Hamas di Jalur Gaza. Tidak habis sebulan memimpin, Dr. Rantisi dibunuh Zionis Israel dengan cara sama seperti pembunuhan Syeikh Ahmad Yasin.
Biarpun Syeikh Ahmad Yasin tiada lagi tetapi semangatnya tetap terus hidup dalam jiwa pemuda pejuang pembebasan Palestina hari ini.
Syeikh Ahmad Yasin, seorang tua renta dengan jenggot putih, sebelah matanya buta, terikat kursi roda karena menderita lumpuh, dan bertahun-tahun mengalami penyiksaan di penjara Zionis, semasa hidupnya telah mengajarkan seberkas hikmah kehidupan bahwa sesungguhnya hidup ini tidak memiliki makna apa-apa tanpa perjuangan yang mulia atau mati syahid.
وَلَا تَحْسَبَنَّ الَّذِينَ قُتِلُوا فِي سَبِيلِ اللَّهِ أَمْوَاتًا ۚ بَلْ أَحْيَاءٌ عِندَ رَبِّهِمْ يُرْزَقُونَ
“Dan jangan sekali-kali engkau menyangka orang-orang yang terbunuh (yang gugur Syahid) pada jalan Allah itu mati, (mereka tidak mati) bahkan mereka adalah hidup (secara istimewa) di sisi Tuhan mereka dengan mendapat rezeki.” (QS. Ali Imron; 3:169).

Mi’raj Islamic News Agency (MINA) DVD MURATTAL
Share on Google Plus

About MUSLIMINA

This is a short description in the author block about the author. You edit it by entering text in the "Biographical Info" field in the user admin panel.
    Blogger Comment
    Facebook Comment

0 komentar:

Post a Comment