Bangladesh Tolak Pengungsi Rohingya, Ribuan Terlunta-lunta di Perbatasan
Arakan – Rezim Bangladesh menangkap sedikitnya 70 warga etnis Rohingya yang mencoba memasuki wilayahnya untuk menghindari pembantaian dari militer Myanmar. Puluhan warga itu dipaksa kembali ke Myanmar dengan menggunakan kekerasan.
Kantor berita Al-Jazeera mengatakan, Ahad (27/08), beberapa jam setelah polisi Bangladesh menembaki ratusan warga Rohingya yang melarikan diri menuju wilayahnya. Tidak diketahui korban yang jatuh, namun tembakan itu dari upaya polisi menghadang pengungsi Rohingya yang nekat masuk untuk menghindari pembantaian militer negara mereka.
Di waktu yang sama, sebanyak 2000 warga Rohingya—termasuk anak-anak dan wanita— berkumpul di perbatasan dengan Bangladesh. Mereka meminta diberi izin memasuki negara tetangga itu menyusul kampanye militer di kampungnya. Namun polisi penjaga perbatasan tidak memberi izin. Mereka pun terkatung-katung tidak jelas.
Seorang sumber pejabat di provinsi Bangladesh yang berbatasan dengan Myanmar beralasan bahwa pihaknya sudah banyak menampung pengungsi Rohingya. Sehingga tidak menerima pengungsi laig.
“Bengladesh saat ini menampung banyak pengungsi Muslim Rohingya. Kami tidak akan menerima tambahan lagi,” kata seorang pejabat di kota Kaoukas Bazar.
Situasi di wilayah Arakan, yang dihuni minoritas Muslim Myanmar dari etnis Rohingnya, beberapa hari terakhir kembali memanas. Militer meluncurkan kampanye brutal sehingga gelombang pengungsi kembali terjadi.
Para pengungsi menuturkan kondisi mengerikan yang mereka alami di kampung halaman. Banyak kerabat mereka hilang, anak-anak dibunuh dan rumah warga di bakar. Pembantaian itu terjadi atas sepengetahuan pemerintah.
Sementara itu, jaringan HAM Myanmar mengutuk pembantaian yang dilakukan militer itu. Mereka mendesak militer membedakan antara milisi dan sipil. Operasi militer pemerintah tidak memerdulikan hal itu.
Arakan kembali memanas setelah sekelompok pejuang Rohingya bersenjata menyerang 25 pos di perbatasan. Sedikitnya 12 tewas akibat serangan itu. Kelompok bernama “Pasukan Pembebasan Rohingya-Arakan” bertanggung jawab atas serangan ini.
Seperti diketahui, sejak 2014 warga Rohingya menjadi sasaran pembantaian esktremis Budha yang didukung pemerintah. Tidak ada yang melindungi. Mereka pun ditolak di mana-mana. Upaya mereka mengungsi ke negara lain tak ubahnya menghadapi kematian baru.
Sumber: Al-Jazeera/Kiblat
0 komentar:
Post a Comment