Turki: Persekusi terhadap Muslim Rohingya Dilakukan Sistematis
Ankara – Muslim Rohingya berada di bawah penindasan dan penganiayaan sistematis. Dibutuhkan solusi permanen untuk mengatasinya. Demikian kata Menteri Luar Negeri Mevlut Cavusoglu pada Selasa (29/08).
Berbicara pada sebuah konferensi pers bersama dengan mitranya dari Maladewa Mohamed Asim di Ankara, Cavusoglu mengutuk korban sipil massal yang terjadi di tengah serangan pasukan keamanan terhadap gerilyawan Rohingya.
“Ada serangan serius terhadap Rohingya, tapi masalahnya sistematis. Saudara-saudara Rohingya kita telah mendapat tekanan dan penganiayaan dan dideportasi,” kata Cavusoglu.
Sehari sebelumnya, juru bicara Dewan Rohingya Eropa Anita Schug mengatakan kepada Anadolu Agency bahwa sekitar 2.000 sampai 3.000 Muslim telah meninggal di negara bagian Rakhine. Schug juga menggambarkan hal itu sebagai sebuah genosida yang berjalan perlahan.
Cavusoglu menekankan bahwa negara-negara regional memiliki peran penting dalam menyelesaikan masalah Rohingya. Ia menyebut Indonesia dan Malaysia telah memberikan dukungan kepada Muslim Rakhine.
Cavusoglu lalu meminta masyarakat internasional dan negara-negara Islam untuk lebih peka atas perlakuan yang tidak manusiawi tersebut.
“Kami juga menyeru negara-negara Muslim dan pemimpin mereka dari sini. Kita tidak boleh diam dalam hal ini. Mari kita tunjukkan kepekaan kita. Mari membuat peringatan yang diperlukan terhadap Myanmar. Dan jika mereka tulus, mari kita dukung mereka,” ujarnya.
“Semua institusi seperti Perserikatan Bangsa-Bangsa, Badan Pengungsi PBB dan Organisasi Internasional untuk Migrasi harus mengambil langkah tegas untuk sebuah solusi,” tambahnya.
Serangan mematikan terhadap pos-pos perbatasan di negara bagian Rakhine, Myanmar barat, pecah pada hari Jum’at. Laporan media menyebutkan bahwa pasukan keamanan Myanmar menggunakan kekuatan yang tidak proporsional dan memaksa ribuan warga desa Rohingya mengungsi, menghancurkan rumah dengan mortir dan senapan mesin.
Daerah Rakhine telah mengalami ketegangan antara populasi Budhis dan Muslim sejak kekerasan komunal terjadi pada tahun 2012.
Sebuah pelarian keamanan yang diluncurkan pada bulan Oktober tahun lalu di Maungdaw, di mana Rohingya menjadi mayoritas, menyebabkan sebuah laporan PBB mengenai pelanggaran hak asasi manusia oleh pasukan keamanan yang mengindikasikan kejahatan terhadap kemanusiaan.
PBB mendokumentasikan pemerkosaan massal, pembunuhan -termasuk bayi dan anak kecil- pemukulan dan penculikan brutal. Perwakilan Rohingya mengatakan sekitar 400 orang tewas dalam operasi tersebut.
Sumber: World Bulletin/kiblat
0 komentar:
Post a Comment