Inilah Tokoh Gerakan Islam Paling Bersinar di Abad Ini
Jika suatu fatwa dikenal berdasarkan tempat, masa, dan ulama yang memberi fatwa, demikian halnya dengan teori gerakan Islam kontemporer; ia harus dipertimbangkan berdasarkan tempat, masa, dan kapabilitas peletaknya.
Jika tidak semua orang patut memberi fatwa, demikian pula dengan gerakan Islam kontemporer, tidak semua orang layak memfatwakannya.
Kenyataan menunjukkan bahwa tidak seorang pun manusia masa kini yang memiliki sejumlah sifat yang dimiliki oleh Hasan Al-Banna. Oleh karenanya tidak berlebihan kiranya apabila dikatakan bahwa dialah satu-satunya orang yang patut merumuskan teori gerakan Islam kontemporer ini.
Ini harus kita pahami sebagai hal yang aksiomatik. Meskipun demikian, hal ini bukan berarti penyematan sifat kema’shuman kepada Hasan Al-Banna, juga pengabaian faktor waktu, tempat, dan tuntutan fase dakwah ketika itu.
Apa yang dikemukakan di atas adalah suatu hal, sedangkan sikap setiap muslim –yang berhak merombak bangunan dakwah yang didirikan oleh Hasan Al-Banna, sebagaimana jama’ah berhak mengambil jarak dari cara pandang Hasan Al-Banna- adalah hal yang lain.
Studi secara mendalam disertai kepercayaan penuh berdampingan dengan keputusan Jama’ah bersama institusinya itulah satu-satunya cara yang dapat dilakukan guna menilai pandangan dan teori yang dikemukakan oleh Hasan Al-Banna dengan jujur. Ide paling berbahaya yang suatu ketika pernah dilontarkan adalah anggapan yang mengatakan adanya pertentangan antara prinsip Sayyid Quthb dan prinsip Hasan Al-Banna, seolah-olah terdapat dua cara berpikir yang saling bertentangan atau saling menafikan.
Sebenarnya, apa yang dikemukakan oleh Sayyid Quthb merupakan kelengkapan dari apa yang dikatakan Hasan Al-Banna, bukan sesuatu yang bertentangan. Dengan kata lain, Sayyid Quthb telah menggali lebih dalam lagi ide-ide dasar yang dikemukakan oleh Hasan Al-Banna dan membentangkannya lebih luas. Hasan Al-Banna itulah al-banna (sang pembangun).
Sebagian orang yang beranggapan tentang adanya pertentangan antara keduanya, kadang kala sampai menganggap Sayyid Quthb sebagai Imam dalam bidang fiqh dan tauhid, serta sebagai mufti dalam segala bidang. Padahal ia sendiri tidak bermaksud demikian dan tidak pernah menempatkan dirinya pada posisi itu.
Kita mengatakan hal ini, karena kita menyadari tentang sejauh mana ketidakadilan yang dilakukan oleh banyak orang terhadap pusaka peninggalan Sayyid Quthb. Oleh karenanya, yang penting kini adalah bagaimana menempatkan sesuatu pada proporsinya dan menjauhi sikap ekstrim, dengan meletakkan sesuatu pada tempatnya, baik menyangkut suatu gagasan maupun pribadi tertentu.
Bagaimanapun, Hasan Al-banna tetaplah sang peletak dasar teori gerakan Islam. Dialah yang telah mengemukakan gagasan aplikatif dan dapat diterima oleh setiap muslim, dari awal sampai akhirnya. Demikianlah Hasan Al-Banna adalah seorang pembaharu di masa kini, sebagaimana telah disepakati semua orang yang berbicara tentangnya dengan penuh kepahaman dan obyektivitas. Boleh jadi, berdasarkan pengalaman, tampaklah bahwa gagasan modern maupun gerakan Islam tidak lepas dari pengaruh ide Hasan Al-Banna. Fikrah Hasan Al-Banna adalah fikrah yang syamil (komprehensif), yang memenuhi seluruh kebutuhan kita. Sekalipun pernah ada persoalan, namun hal itu tidak sampai keluar dari prinsip fikrah di perjalanan dakwahnya. Dari semua itu jelaslah bahwa Hasan Al-Banna dengan segala produktivitas yang dihasilkannya, adalah salah satu personil Jamaah pada suatu masa tertentu, yang lalu menaburkan benih dan memeliharanya. Tidak seorang pun di kalangan murid-muridnya yang menulis, memberi pengarahan, ataupun bersikap melainkan Hasan Al-Banna berperan disana. Walaupun demikian, semua keutamaan, di awal dan di akhir, hanyalah milik Allah subhanahu wa ta’ala.
Ustadz Hasan Al-Banna hadir di saat kaum muslimin dalam keadaan tidak menentu. Memang, mereka berjuang di setiap medan. Mereka mempersembahkan pengorbanan yang banyak dan telah banyak pula jatuh korban. Namun sangat disayangkan, hasil perjuangannya tidak sesuai dengan tuntutan zaman. Barangsiapa melakukan kajian terhadap sejarah perjuangan kaum muslimin masa kini –mulai dari perjuangan Syaikh Sayyid Ali Al-Kurdi di Turki, perjuangan Izzudin Al-Qassam di Palestina sapai perjuangan umat Islam di India dan Pakistan—maka ia akan mendapati banyak kekurangan di sana-sini, sehingga tidak dapat memnuhi tuntutan zaman untuk meraih kemenangan Islam secara menyeluruh dan sempurna. Smentara kita melihat bahwa kata-kata Hasan Al-Banna mengandung gagasan yang dapat memenuhi kebutuhan masa kini dan dapat pula mengantarkan kepada kemenangan Islam secara total dengan izin Allah.
Lihatlah sahabat-sahabat Hasan Al-Banna dan generasi penerusnya, mereka terus melanjutkan perjuangan sekalipun harus berhadapan dengan tantangan yang berat. Kekuatan dan soliditas mereka terus bertumbuh dengan izin Allah.
Barangsiapa mengamati realitas muslimin kini, niscaya ia akan mendapati bahwa kapanpun dan dimanapun ide Hasan Al-Banna hadir, di situ muncul dinamika Islam dan kaum muslimin. Sebaliknya, pada ketiadaannya kita akan menyaksikan mentalitas yang hina dan tunduk pasrah kepada kekuatan internasional yang kafir, di samping kekuatan regional yang zalim.
Pembaca sejarah umat ini suatu ketika akan menyaksikan di lembaran-lembaran dokumennya bahwa sisa kehiduan umat ini akan direpresentasikan oleh dakwah Hasan Al-Banna dan murid-muridnya. Perjalanan baru ummat ini akan dimulai dan bermula dari Hasan Al-Banna. Beliau rahimahullah –dalam perjalanan dakwahnya- telah berhasil memadukan antara hukum-hukum syari’at dengan tuntutan zaman; antara cita-cita melangit seorang muslim dengan pandangan realistis di lapangan; antara kesempurnaan tarbiyah dan ta’lim dengan tatanan aktivitas politik serta ekonomi; dan lain-lain yang memenuhi hajat kaum muslimin dewasa ini. Ia berhasil meletakkan berbagai hal tadi, sekaligus membersihkan ‘benda-benda’ warisan Islam dari berbagai noda dan kotoran yang menempel padanya.
Kita tidak mau pergi menjauh dari jalan yang ditempuh oleh Ustadz Hasan Al-Banna, sebab sikap ini akan menjauhkan kita dari langkah-langkah yang benar untuk menegakkan Islam di zaman sekarang.
Semestinya kita tidak boleh terkecoh oleh fenomena lahiriah dan tidak boleh tergesa-gesa membuat analisa terhadapnya. Substansi berbagai peristiwa tidak boleh luput dari perhatian kita.
Perbedaan tajam yang pernah terjadi antara fikrah Hasan Al-Banna dan realitas lapangan Ikhwanul Muslimin di beberapa wilayah menjadi faktor penyebab timbulnya berbagai kegelisahan dan munculnya berbagai friksi di tubuh Jamaah, pada suatu masa ketika itu. Untuk itu, kita tetap mendukung dan menghidupkan terus fikrah Hasan Al-Banna ini serta menyempurnakan kekurangan-kekurangannya dan berjalan di bawah naungannya. Dengan karunia Allah, ia memang memiliki banyak unsur kesempurnaan di bidang pemikiran gerakan.
Marilah kita amati kata-kata yang pernah diucapkan olehya sehubungan dengan tarbiyah yang merupakan sebagian dari alam pemikirannya.
“Pendidikan dan pembinaan umat, memperjuangkan prinsip-prinsip nilai, dan pencapaian cita-cita sesungguhnya memerlukan partisipasi seluruh umat, atau paling tidak sekelompok dari mereka, yakni memperjuangkan tegaknya:
- Kekuatan jiwa yang besar, yang dimanifestasikan dalam bentuk tekad yang kuat dan tegar
- Kesetiaan yang utuh, bersih dari sikap lemah dan munafik
- Pengorbanan yang suci, yang tidak diperdayakan oleh sifat tamak dan bakhil
Selain itu juga mengetahui, meyakini, dan menjunjung tinggi prinsip yang menjamin terpeliharanya diri dari kesalahan, penyelewengan, bujuk rayu, dan tipu daya.”
Apakah engkau menjumpai kata-kata selain ini yang patut dijadikan sebagai acuan dalam menegakkan amal islami di masa kini? Apakah engkau melihat bahwa kata-kata ini patut diabaikan, kecuali oleh orang yang bodoh akan substansi persoalan?
Deskripsi global yang beru saja saya sampaikan ini membutuhkan argumentasi untuk merincinya secara utuh, menyangkut berbagai teori yang dikemukakan oleh Hasan Al-Banna. Hal ini tentu tidak mungkin diungkapkan dalam buku ini. Walaupun demikian, hari-hari mendatang –wallahu a’lam- akan membuktikan bahwa gerakan Islam modern tidak akan dapat membebaskan diri dari fikrah Hasan Al-Banna; baik hanya di satu fase perjalanannya, di masa sebelum berdirinya negara Islam, maupun sesudahnya: di politik dalam negeri maupun luar negerinya; dalam bidang tarbiyah, takwiniyah, maupun strategi perjuangan dan pergerakannya.
Meskipun Hasan Al-Banna adalah satu-satunya tokoh yang kredibel untuk mengemukakan teori amal Islami, -berkat anugerah Allah subhanahu wa ta’alapadanya—dakwah yang ditegakkannya memiliki mata rantai sejarahnya, dimana jika rantai-rantai itu saling berselisih, maka terjadilah kerusakan dalam dakwah. Salafi, sufi, fiqih, pemikiran, jihad, tarbiyah, harta, kekuatan, dan lainnya pun memiliki mata rantai sejarah. Jika terjadi penggalan di salah satu mata rantai, maka dakwah juga menjadi berantakan. Oleh karena itu, bahaya paling besar yang dihadapi oleh Dakwah ini adalah pewarisan yang cacat dan penisbatan diri –yang tidak benar- kepada Ustadz Hasan Al-Banna. Jika fase takwin dalam dakwah Hasan Al-Banna adalah begini dan begitu lalu terjadi penyimpangan di dalamnya, maka fase itu berarti tidak memberikan sesuatu pun di lapangan apa pun, karena saat itu penyelewengan yang berbahaya telah terjadi. Oleh karenanya, jika pemimpin tidak segera mengambil warisan dari kepribadian Ustadz Hasan Al-Banna dalam bidang ilmu, amal, kedalaman ma’rifatnya kepada Allah, ibadah kepada-Nya, ketaqwaan, wara’ dan zuhud, maupun gaya hidup kerasnya, -tentu lebih utama mengambil warisan langsung dari Rasulullah shalallahu ‘alaihi wa sallam—maka kehancuran pasti akan terjadi. Oleh karena itu, kita mesti berhati-hati terhadap pewarisan yang cacat, karena ia berbahaya bagi Jamaah.
Jamaah yang didirikan oleh Hasan Al-Banna sesungguhnya mampu mengakomodasi semua kepentingan kaum muslimin. Tidak seorang muslim pun yang tidak merasakan bahwa dalam jamaah terdapat segala hal yang diimpikannya. Tidak ada sekelompok masyarakat pun yang tidak melihat bahwa kebaikan yang ingin diperjuangkannya terdapat dalam Jamaah ini. Dengan kelengkapan-kelengkapan yang menjadi komponen jamaah yang didirikan oleh Ustadz Hasan Al Banna ini, nyatalah bahwa ia adalah jamaah yang matang. Melalui jamaah ini beliau dapat mengambil kebijakan dimanapun berada, yang kebijakan itu dapat membersihkan daki-daki dari tubuh dakwah.
Dengan demikian, seluruh kebaikan telah berkumpul dalam tubuh jamaah dan telah pula membersihkan dirinya dari berbagai noda yang mengotorinya selama ini. Hasan Al Banna telah mengambil tasawuf lalu membersihkan kotorannya; mengambil fiqih lalu membersihkan kotorannya; juga mengambil aqidah lalu membersihkan kotorannya; dan begitulah seterusnya. Katakanlah bahwa semua yang dibutuhkan oleh umat Islam masa kini dapat tersedia dengan asas Islam yang bersih. Dengan demikian, semua hal yang membawa kemaslahatan kaum muslimin terhimpun dalam jamaah.
Jika dalam Jamaah ini terdapat cacat dan kekurangan, sehingga para penganut berbagai aliran merasakan keunggulan dirinya dari Jamaah ini, maka ketika itu hancurlah Jamaah. Apabila ahli fiqih tidak melihat fiqih dalam Jamaah, maka ia akan memandang rendah kita; apabila seorang sufi tidak melihat jalan tasawuf menuju Allah dalam Jamaah, maka ia akan memandang rendah kita; apabila ahli tauhid melihat ketidakmengertian kita dalam masalah tauhid, maka ia akan memandang rendah dan tidak menghormati kita. Demikian juga terjadi dalam masalah politik, ekonomi, militer, jihad, dan dalam memperjuangkan masalah umat secara keseluruhan. Dalam pada itu, orang-orang yang merasa dirinya lebih unggul dari Jamaah berambisi untuk menguasai kita.
Bagi kita tidak ada pilihan lain: menguasai atau dikuasai. Jika kita ingin menguasai, maka tidak ada yang dapat dilakukan kecuali kita harus memiliki kesempurnaan dalam berbagai bidang di atas.
Dalam Al-Qur’an, Musa berkata pada Fir’aun,
“Budi pekerti yang kamu limpahkan padaku itu adalah (disebabkan) kamu telah memperbudak Bani Israil.” (QS. As-Syu’ara : 22)
Maksudnya, apakah kamu menghendakiku menjadikan Bani Israil sebagai hamba?
Adakah engkau lihat pendirian lain yang lebih baik dari pendirian seperti ini dalam memperjuangkan nasib rakyat untuk menghadapi kaum tiran?
Kesempurnaan yang menyeluruh seperti itulah yang kita perlukan. Akan tetapi semuanya harus -secara tulus—dipersembahkan kepada Allah semata, bersama Allah, dan dengan kekuasaan Allah. Begitulah cara yang harus kita tempuh, atau –jika tidak demikian- kita -dengan seluruh bagian yang ada—akan ditenggelamkan oleh orang lain.
Jika kita dapat memenuhi kesempurnaan kita, maka kita akan menjadi saksi bagi makhluk Allah dalam urusan agamanya juga saksi bagi seluruh kaum muslimin yang kita seru. Hanya dengan cara itulah kita dapat memikul beban perjalanan dan memperjuangkan agar kalimat Allah-lah yang senantiasa tertinggi di dunia yang diwarnai oleh kekufuran.
Jalan kita satu-satunya untuk memperjuangkan ini semua adalah jalan yang dirintis dan ditempuh oleh Ustadz Hasan Al-Banna. Sebentar lagi kita akan melihat bukti-buktinya. (pm/hasanalbanna)
0 komentar:
Post a Comment