DEMOKRASI BERSYARAT
oLeh : Ahmad Dzakirin
Demokrasi menjadi arus dan kehendak publik di dunia, tidak terkecuali gerakan Islam. Pada akhirnya, gerakan Islam menerima demokrasi tidak hanya sebagai akibat tekanan namun juga proses interaksi yang menguntungkan. Gerakan Islam menghendaki eksistensi mereka sederajat dan diperlakukan adil, serta menerima perbedaan tanpa konflik.
Namun rupanya, realitas dan konstruksi demokrasi di dunia Islam ini tidak dikehendaki Barat. Mereka tidak dapat menerima demokrasi dunia Islam jika (dunia Islam) masih tetap mempertahankan IDENTITAS KULTURAL mereka. Ini yang disebut Esposito "Demokrasi Eksepsional" (demokrasi pengecualian) bagi Muslim. "Anda bekerja berdasar FORMULA kami atau anda bersikeras dengan perjuangan demokrasi dengan identitas kultural anda, oleh karena itu, tidak kami garansi kemenangan anda."
"Model demokrasi bersyarat" ini yang dipahami para pembenci Islam dan kelompok marginal lainnya untuk kemudian merancang kudeta atas setiap kemenangan politik umat Islam dengan segala cara dan dengan PERSETUJUAN BARAT. Lihat kemenangan FIS 1990 yang dijegal di Aljazair, kudeta Februari 1997 yang menggulingkan pemerintahan Erbakan di Turki dan terbaru, kudeta Presiden Mursi yang terpilih secara demokratis di Mesir. Barat pada akhirnya tutup mata atas tindakan brutal mereka.
Maka Demokrasi eksepsional dapat diartikan sebagai praktek demokrasi bersyarat yang hanya khusus diterapkan di dunia Islam. Pesannya jelas: "Silahkan anda berdemokrasi namun jangan bawa-bawa nilai dan prinsip Islam. Kalau tidak, maka kediktatoran dan tindakan keji mereka lebih pantas bagi anda...."
0 komentar:
Post a Comment