Upaya Jokowi Persis Modus PKI
Pernyataan calon presiden Joko Widodo mengenai rencana dua partai anggota Koalisi Merah Putih yang dilontarkannya ke publik akan bergabung dengan Koalisi PDI Perjuangan, ditanggapi mantan Ketua MPR Hidayat Nur Wahid, sebagai upaya memecah belah dan merusak kesolidan Koalisi Merah Putih.
"Beliau mau memecah belah. Pemimpin itu mempersatukan. Saya kaget membaca pernyataan Beliau (Jokowi). Saya tahu persis Hatta komitmen dengan Koalisi Merah Putih," tegas Hidayat Nur Wahid, di Gedung DPR, Senayan Jakarta, Rabu (20/8/2014).
Hidayat menambahkan, kesolidan partai-partai pendukung Prabowo-Hatta yang tergabung dalam Koalisi Merah Putih memang terus dicoba digoyang. Upaya terbaru adalah mencoba 'merayu' Partai Amanat Nasional (PAN) untuk bergabung dengan kubu Jokowi.
Namun Partai Keadilan Sejahtera (PKS) yakin PAN tetap setia berada di Koalisi Merah Putih, tak tergiur janji-janji atau iming-iming Jokowi yang lebih banyak bohongnya daripada benarnya.
Mantan Presiden PKS Hidayat itu menegaskan pernyataan Joko Widodo bahwa PAN mau merapat ke kubunya itu tidak etis. Tidak pantas diucapkan karena pasti tujuannya untuk memecah belah.
"Upacara 17 Agustus-an semua datang. Hatta datang, PPP juga datang diwakili Waketum Pak Emron dan sekjen datang. ARB juga datang," ungkap Hidayat yang juga Ketua Fraksi PKS di DPR.
Komentar lebih pedas datang dari anggota tim sukses Prabowo-Hatta, Letjen Purn Johanes Suryo Prabowo.
"Itu cara-cara PKI (Partai Komunis Indonesia) !" tegas mantan Kasum TNI itu kepada GebrakNews, Rabu (20/8/2014) siang.
Sebelumnya, jenderal bintang tiga purnawirawan itu mengatakan, sudah terlalu banyak bukti menunjukan Joko Widodo, gubernur DKI Jakarta (non aktif) terindikasi PKI/komunis. Mulai dari tulisannya berjudul 'Revolusi Mental', mengadopsi tulisan DN Aidit (mantan Ketua CC Polit Biro PKI) yang berjudul sama.
Juga usulan Jokowi tentang pembubaran Babinsa (bintara pembina desa) yang juga merupakan usul orisinil DN Aidit yag dilontarkan pertama kali tahun 1964, sampai pada penggunaan istilah 'pekerja partai', 'gerilya dari pintu ke pintu', dan terakhir ucapan Jokowi yang selalu bertendensi memecah belah atau adu domba.
"Modus memecah belah dan adu domba itu adalah modus PKI," kata ketua timses Prabowo-Hatta untuk daerah Jawa Tengah itu.
Sementara itu, Hidayat Nur Wahid, yang juga Dewan Pakar Timses Prabowo-Hatta menambahkan, Jokowi selalu seolah-olah mengedepankan politik non transaksional. Namun, dalam prakteknya Jokowi menggunakan segala cara dalam berpolitik dan meraih kekuasaan.
Hidayat menegaskan, PKS tetap berkomitmen untuk bersama Prabowo-Hatta, meski pun nanti harus menjadi oposisi.
"Silakan rakyat menilai, apakah dia (Jokowi) konsisten atau tidak. Kami tidak akan tegiur," tukasnya.(gebraknews)
0 komentar:
Post a Comment