PKS, Bubarkan Saja?
By: Nandang Burhanudin
***
Nama Margono, sang penelepon itu cukup menggema. Mengaku sebagai kader PKS yang kecewa dan mengultimatum tidak mencoblos PKS lagi di Pemilu 2014.
Ustadz Mashadi, sosok yang dikenali sebagai pendiri PK cikal bakal PKS mendesak agar PKS membubarkan diri.
Setali tiga uang, para mantan kader PKS menjadikan sosmed Fesbuk, Twitter, pengajian, dll untuk mengungkapkan pengalaman mereka di masa lalu. Tanpa tedeng aling-aling, makin hari semakin menelanjangi aib-aib rumah tangga internal PKS.
Sungguh, kasus LHI begitu dahsyat menggiring opini publik. Hingga hujatan bermunculan, mulai yang mencibir hingga melempar tuduhan: LHI koruptor
ulung! Hobi main perempuan! KH. Hilmi Aminudin adalah Godfather! Anis Matta adalah da'i borjuis! Sudah bubarkan saja sana! Duh, ini kader-kader kok mau-maunya dimanfaatkan para pemimpin yang sudah lupa diri! Dasar muayyid (pendukung PKS level muda) dungu! Sungguh mereka orang-orang ta'ashhub! Bahkan ada juga yang mengatakan, "Begundal-begundal demoKERAsi!" Seakan ingin puas hati saat menjuluki
pendukung PKS sebagai KERA!
Namun, kader-kader militan tetap bergeming. Bagi kader-kader militan, kasus LHI hanyalah serpihan dari agenda besar membonsai kekuatan politik Islam atau yang berbasis massa Islam. Mari lawan konspirasi! Itulah statement kader-kader anak bawang yang ada di bawah!
Bagi saya, kasus LHI ini memberikan pelajaran berarti. Salah satunya adalah, makin terpetakan pola-pola pemikiran dan sikap politik negeri ini.
1. Tipe Pragmatis.
Dalam percaturan politik, orientasinya adalah hasil. Yang tiada lain adalah kekuasaan. Ada benarnya adagium yang mengatakan, berpolitik itu seperti orang masuk toilet. Bau saat di luar. Melangkah begitu hati-hati takut terpeleset. Menutup hidung. Namun ketika sudah masuk dan melakukan transaksi hajat, semua bau dan kehati-hatian itu menjadi tak begitu terasa.
Bagi saya, seiring dengan open mind dari kebijakan dakwah untuk membuka diri, maka PKS pun memang tidak steril dari tipe-tipe pragmatis. Tipe yang berjuang bukan karena idealisme, namun karena ada interes pribadi yang mungkin bisa ia raih saat bergabung dengan PKS. Ini adalah realitas. Kepada kader-kader dakwah, jangan pernah menapikan hal ini. Tipe-tipe inilah yang berdemo saat mendapat urutan nomor
buncit di pencalonan DPRD, DPRRI. Atau marah jika tidak dicalonkan kembali. Atau menonjol-nonjolkan diri sebagai orang yang "paling layak" menerima amanat.
Mengapa masih tidak steril? Karena sistem pengawasan internal PKS pun terlalu sulit menilai seseorang dari niat di lubuk hati. Karena prinsip yang digunakan adalah: Nahkum bidzzhawahir (menghukumi apa yang nampak di permukaan). Sedang yang di dalam hati, diserahkan semua kepada Allah.
2. Tipe Narsis
Tipe narsis biasanya sulit untuk belajar memperbaiki diri, apalagi mengubah persepsi. Baginya, pengalaman masa lalu saat bersinggungan dengan masalah-masalah di PKS, sudah FINAL. Ia enggan bersikap seperti TUKANG JAHIT. Selalu berhusnuzhan, bahwa selalu ada perubahan paradigma baru. Dirinya merasa memiliki status sosial (ilmu, pendukung, pengaruh, dll) yang lebih tinggi dari orang lain. Tipe narsis biasanya juga sulit untuk bekerjasama dalam tim. Tipe narsis biasanya sangat menarik dan terlihat baik saat menyampaikan nasihat atau teguran. Ia mengatakan demi perbaikan-maslahat-nasihat, namun pada hakikatnya lebih ingin menonjolkan diri sebagai The Special One.
Tipe ini menutup diri seputar teori konspirasi, spywar/spytrap. Malah ia tanpa sadar turut mematahkan semangat para kader yang jumlahnya lebih banyak yang tulus daripada yang berakal bulus. Cara mengetahui orang yang memiliki sifat ini adalah dengan melihat bahasa lisan maupun bahasa tulisan.
Orang yang memiliki sifat narsis biasanya sering meninggikan status dirinya, sedikit arogan. Dalam dunia bisnis, cara mengetahui tipe ini adalah dengan memberi pertanyaan tentang pengalaman kerjasama tim yang pernah mereka jalani dan bagaimana pendapat mereka tentang rekan kerjasama mereka. Apabila mereka merendah-rendahkan rekan kerja yang lain, maka kita bisa lebih sedikit berhati-hati menghadapi tipe ini.
3. Tipe Malas bersosial
Tipe malas bersosial cenderung lebih pasif jika dibandingkan dengan tipe narsis, tapi sifat malas untuk berinteraksi dengan orang lain sangatlah membahayakan entitas dakwah ini. Biasanya tipe-tipe yang malas berinteraksi sosial inilah yang rawan terkena penyakit: sibuk mengkritik-tanpa mampu memberi solusi. Lantang menyalah-nyalahkan, tanpa berbuat nyata. Tipe-tipe ini sangat rawan dan menjadi bidikan media.
Saya yakin, tipe ini adalah tipe orang-orang shalih. Namun kurang produktif bersosial dengan masyarakat sekitar. Ia cenderung ekslusif. Saat PKS dibully, ia pun malah menghilang dari peredaran. Ia menganggap, semua orang membenci PKS dan tentu membenci dirinya.
Padahal, nun tak jauh dekat rumahnya, ada kader seperti dirinya yang masih blusukan ke sana ke mari. Sibuk menjadi takmir masjid, baksos, aktif jalan santai, aktif kerja bakti, ia tak terlalu merasakan cibiran dari masyarakat yang ia temui.
4. Tipe hyper-emosional
Tipe ini cenderung lebih pesimistik, banyak mengeluh dan tidak mudah menerima kenyataan. Ia menganggap para pengurus PKS sebagai manusia setengah dewa. Tidak boleh terpeleset, apalagi salah. Tuntutan kepada kader-kader PKS adalah:
==> Tidak boleh kaya, karena kaya menjauhkan dari zuhud.
==> Tidak boleh memiliki fasilitas publik sebagai pejabat, karena rakyat masih banyak yang miskin.
==> Tidak boleh memberikan penjelasan atau klarifikasi, karena itu mirip apologi.
Bagi tipe ini, TIDAK BOLEH bagi Jubir PKS atau kader-kader mempertanyakan: Mengapa Anas Urbaningrum-Andi Mallarangeng-IBAS tidak ditangkap dan dipenjara padahal sudah banyak bukti dan sudah ditetapkan hampir 1 tahun sebagai tersangka? Mengapa ke LHI demikian?
Bagi tipe ini, TIDAK BOLEH para kader mengutip pendapat-pendapat ahli yang cenderung mencurigai kentalnya pembusukan terhadap PKS!
Bagi tipe ini, TIDAK BOLEH para simpatisan PKS mendapat informasi dari media yang seimbang. Jika ada yang memberitakan seimbang, para simpatisan PKS dituduh hanya mau menerima informasi dari yang menguntungkan saja!
Bagi tipe ini, apapun yang dilakukan kader-kader PKS adalah SALAH!
Tipe ini tidak mau MENUNGGU hingga vonis hakim diputuskan!
Tipe ini menutup mata akan kejahatan yang lebih besar, ribuan milyar!
Tipe ini pun enggan membuka diri, bahwa ada mafia di balik semua rencana dan malah menyalahkan mengapa para pemimpin PKS berteman dengan mafia!
Tuntutannya hanyalah satu hal! Bubarkan PKS! Ibarat ada borok di tubuh, mengapa tuntutannya adalah suntik mati? Lalu kalau PKS dibubarkan, apa jalan keluarnya? Saya yakin, PKS siap untuk bubar jalan ... asalkan partai lain pun dibubarkan dan sita aset-aset pengurusnya! Karena kalau PKS dibubarkan, insya Allah akan muncul nanti PKS-Muhasabah Tiada Henti ...!!
0 komentar:
Post a Comment