Pernyataan Kapolri Jenderal Tito Karnavian yang menuduh umat Islam secara serampangan dengan modal informasi intelijen medsos bahwa ada indikasi gerakan ‘makar’ dalam rencana Aksi Bela Islam jilid III, 2 Desember 2016 (212), adalah tindakan yang masuk ranah ‘provokasi’ masa umat Islam.
Penegasan itu disampaikan Koordinator Pusat (Korpus) Pasukan Berani Mati Adili Ahok Penista Al Qura’an, Gusrin Lessy, melalui rilis (23/11).
“Pernyataan Tito ini juga menimbulkan radikalisasi massa menjadi semakin militan. Dan Aksi Bela Islam III menjadi lebih besar gaungnya karena ditabuh sendiri gongnya oleh Kapolri. Ini jelas sebuah tindakan provokasi yang nyata dari seorang pimpinan tertinggi penegak hukum yang tidak ikut arahan dan melawan perintah Presiden yang sudah payah menenangkan keadaan dengan tidak menimbulkan kegaduhan baru,” tegas Gusrin.
Di sisi lain, Kapolda Metrojaya Irjen M. Iriawan, kata Gusrin, rajin menangkap aktifis mahasiswa, Himpunan Mahasiswa Islam (HMI) dan menebar ‘ancaman’ terhadap perlawanan rakyat lewat medsos yang ingin Ahok ditahan. Belakangan, Kapolda Metro menebar maklumat lewat udara,
Terkait hal itu, Gusrin menantang Iriawan untuk menangkap Kapolri Tito Karnavian. “Melihat tingkah dan langkah Kapolda Metrojaya yang katanya ingin menyelamatkan negara dari upaya makar maka demi keadilan hukum dan perlakuan yang sama di depan hukum sesuai konstitusi kami meminta, kalau berani Kapolda agar segera tangkap Kapolri Tito Karnavian karena pernyataannya telah ikut memprovokasi dan menciptakan radikalisasi massa,” tegas Gusrin.
Gusrin mengingatkan, seharusnya Kapolri meniru tindakan dan pernyataan Panglima TNI Jenderal Gatot Nurmantyo yang selalu memberi rasa aman dengan pernyataan-pernyataannya yang sejuk sehingga tensi yang sedang tinggi bisa reda bukan malah memprovokasi.
Tak hanya itu, Gusrin menegaskan, Pasukan Berani Mati Adili Ahok akan terus berjuang jihad fisabilillah di bawah komando para ulama, kiai dan habaib untuk melawan Ahok dan semua jejaring pendukungnya.
0 komentar:
Post a Comment