“Berbahaya, Buzzer Ahok-Jokowi Bebas Tebar Isu SARA karena Merasa Dekat dengan Kapolri”
Setelah beredar foto pertemuan antara Kapolri Jenderal Tito Karnavian dengan buzzer Basuki Tjahaja Purnama (Ahok)-Joko Widodo, gelombang kecaman terhadap Tito Karnavian semakin kencang.
Pengamat politik Zainal Abidin menilai, “mesranya” hubungan Kapolri dan buzzer Ahok-Jokowi telah menyalahi etika. Karena di sisi lain, Kapolri tidak merangkul netizen lain yang memberikan kritik membangun kepada Jokowi ataupun Ahok.
“Jika benar seperti terlihat di foto, Kapolri bertemu dengan buzzer Ahok maupun Jokower, itu sangat tidak tepat. Itu menyalahi etika,” tegas Zainal Abidin kepada intelijen (24/11).
Kata Zainal, memang tidak ada yang salah jika Kapolri bertemu dengan anggota masyarakat dari berbagai kelompok. Tetapi, pertemuan dengan buzzer Ahok-Jokowi yang dikenal menggunakan kata-kata kasar, bisa memunculkan persepsi negatif.
“Buzzer Ahok juga akan merasa di atas angin. Buzzer Ahok akan dipersepsikan dekat dengan Kapolri sehingga mereka bebas membully netizen yang dinilai anti Ahok. Buzzer Ahok yang sering tebarkan isu SARA semakin terlindungi dari penangkapan aparat. Ini sangat berbahaya dalam penegakan hukum dan demokrasi di Indonesia,” papar Zainal.
Terkait hal itu, Zainal meminta buzzer “peliharaan” dibubarkan karena sangat berbahaya bagi kehidupan demokrasi di Indonesia. “Saya justru sangat salut dengan Jusuf Kalla yang tidak memelihara buzzer maupun relawan, karena JK sudah pengalaman dalam bidang demokrasi dan tahu bahaya keberadaan buzzer maupun para pemuja,” pungkas Zainal.
Sebelumnya, di sosial media, sejumlah publik figur yang dikenal sebagai pendukung Ahok menghujat dan melecehkan Ketua MUI KH Ma’ruf Amin. Para pendukung Ahok itu mengunggah dan mengomentari foto pernikahan Ma’ruf Amin pada 2014 di sosial dengan kata-kata tak etis. Salah satu publik figur itu adalah pengamat politik Boni Hargens.
0 komentar:
Post a Comment