Larangan Shalat Jum’at di Jalan, Tokoh Muda Muhammadiyah: Negara Sudah Berhaluan Komunis?
Tokoh Muda Muhammadiyah Mohammad Naufal Dunggio menyatakan kekecewaannya atas sikap Rezim Joko Widodo yang melarang umat Islam melaksanakan shalat Jumat di jalan Sudirman-Thamrin, Jakarta Pusat, pada aksi massa 2 Desember 2016.
“Tatkala jalan dipakai untuk acara hura-hura diijinkan, tatkala jalan dipakai maksiat bahkan difasilitasi, tetapi kenapa jalan mau dipakai menghadap Sang Pencipta langit dan bumi dilarang, bahkan diancam mau ditindak,” tegas Naufal (22/11).
Naufal mensinyalir, pelarangan shalat Jum’at di jalan karena terkait perubahan cara pandang asas Pancasila menjadi ideologi komunis. “Apakah negara ini masih berasas Pancasila yang sila pertamanya Ketuhanan yang Maha Esa? Atau sudah berganti dengan berhaluan komunis sehingga harus melarang orang beribadah?” sindir Naufal.
Kata Naufal, dengan melarang orang beribadah, pemerintah saat ini sudah terang-terangan menentang Allah. “Tunggulah kehinaan Allah akan menimpa wahai pembesar di negeri ini,” pungkas Naufal.
Sebelumnya, Kapolda Metro Jaya Irjen Pol Iriawan melarang masyarakat berdemonstrasi dengan shalat Jumat di sepanjang jalur protokol dengan alasan mengganggu ketertiban umum. “Itu fasilitas umum. Tidak boleh dilakukan, kalau mau sholat ada tempatnya. Bisa di masjid Istiqlal atau di masjid sepanjang jalan itu,” kata Iriawan.
Kapolda mengimbau masyarakat untuk tak berunjuk rasa pada 25 November atau 2 Desember 2016. Apalagi proses hukum terhadap Gubernur DKI Jakarta non aktif, Basuki Tjahaja Purnama (Ahok), sedang berjalan. [intelijen]
0 komentar:
Post a Comment