Trauma Israel dan Kontroversi Protokol Hannibal
Ada pertanyaan menarik di sekitar gencatan senjata 72 jam yang gagal, Jumat (1/8), yaitu apakah Israel menggunakan Protokol Hannibal?
Saat itu, Hamas dan Israel sepakat gencatan senjata 72 jam, tanpa disertai penarikan pasukan zionis dari Jalur Gaza. Hanya 75 menit setelah pemberlakuan gencatan senjata, Israel menyerang membabi-buta.
Hamas menyebut Israel licik, mengingkari gencatan senjata untuk membunuh lebih banyak. Israel menuduh Hamas terus menembaki serdadunya dari terowongan, serta berusaha menyerang dengan aksi bom bunuh diri.
Brigade Al-Qassam lebih tahu motif di balik keputusan Israel mengingkari gencatan senjata, yaitu; membunuh Letnan Hadar Goldin -- perwira Inggris-Israel yang diduga ditahan Hamas.
Kabar Hadar Goldin diculik Hamas muncul beberapa jam sebelum gencatan senjata disepakati. Israel berusaha memverifikasi kabar ini dan gagal. Muncul keyakinan, Hamas menahan Goldin.
Al Qassam segera membuat pengumuman tidak menahan Goldin. Israel tidak percaya, dan terus membombardir lokasi kali terakhir sang perwira menengah terlihat.
Israel, menurut situs alalam.ir, menjalankan Protokol Hannibal -- sebuah perintah rahasia yang dibuat tahun 1986. Inti protokol adalah meningkatkan serangan dengan pemboman jika terjadi penculikan terhadap serdadu zionis, meski serdadu yang diculik berisiko dibunuh atau terbunuh.
Tel Aviv tidak ingin kasus penculikan Gilad Shalit tahun 2006 terulang. Saat itu Israel berusaha mendapatkan Shalit hidup-hidup dengan berbagai cara selama lima tahun, dan gagal. Palestina menukar Shalit dengan 1000 warga Palestina yang ditahan di penjara Israel.
Goldin tidak boleh manjadi Shalit berikutnya. Inilah yang terjadi, Jumat (1/8), ketika Israel memborbadir lokasi terakhir Goldin terlihat, selama beberapa jam.
Setelah itu, militer Israel -- lewat deklarasi resmi rabbi -- mengumumkan kematian Goldin. Agar lebih menghibur, dalam deklarasi ditambahkan; Goldin tewas bersama dua penculiknya saat terjadi pemboman oleh Israel.
Tindakan berikut militer Israel, terutama para petingginya, adalah tidak menjawab pertanyaan wartawan tentang bagaimana mereka tahu Goldin benar-benar mati? Atau, apakah militer menemukan mayatnya?
Protokol Hannibal juga diterapkan saat Israel menginvasi Jalur Gaza tahun 2009. Saat itu, dalam pertempuran dari rumah ke rumah, seorang serdadu Israel yang terkena tembakan melapor lewat radio bahwa dirinya terluka parah dan minta dievakuasi.
Militer Israel tidak mengirim bantuan, tapi menjatuhkan bom ke lokasi serdadu sekarat. Sang serdadu mati. Israel mengumumkan serdadu itu mati ditembak Hamas. (*inilah)
0 komentar:
Post a Comment