Perlawanan Palestina Kini Jadi Penentu Masa Depan Konflik di Timteng
Samir Hijawi
Hasil agresi Israel ke Gaza adalah perlawanan Palestina yang makin kuat sebagai pemain utama, termasuk di kawasan regional. Kini kelompok perlawanan tidak bisa dilewatkan dalam setiap percaturan konflik. Ini karena Israel gagal mematahkan barisan pejuang perlawanan Palestina dari Brigade Al-Qassam, Brigade Al-Quds dan Brigade Alawiyah Nasher Shalahuddin, dan Brigade Abu Ali Mustafa.
Kelompok perlawanan Palestina berhasil menghabisi nyawa 100 serdadu penjajah namun Israel hanya mengaku 63 nyawa. Sementara 1200 lebih serdadu Zionis penjajah terluka. Ekonomi dan lalu lintas hampir macet total di wilayah Israel (Palestina jajahan 1948), bandara Ben Gurion, sehingga kerugian ekonomi Israel diterka sampai mencapai 4 milyar dolar USD.
Pakar strategi Israel Yoav Sharoni menegaskan, "Kami sudah kalah dalam peperangan ini dengan sangat jelas dan kami akan menundukkan kepala kami di ranah politik dan militer. Sangat besar kerugian kami di militer Israel. Militer Israel tersentak dengan serangan ribuan roket ke kota Tel Aviv. Para pejuang perlawanan Palestina mampu membuat kekuatan militer Israel tak berdaya. Pasukan Israel menjadi pasukan penakut. Sebab pasukan Israel berperang ingin tanpa kematian dan ingin menang tanpa menjelak bumi. Akibat perang ini, Israel menjadi negara paling banyak memberikan anggarannya bermilyar-milyar dolar untuk melindungi serdadunya. Sehingga pasukan Israel adalah yang paling dimanja, pemalas, dan paling cengeng menangisi kepergian rekan mereka di medan perang."
Mantan kepala Mossad, Everim Halave menegaskan, Israel tidak boleh lagi melupakan Hamas dalam percaturan politik di kawasan Timteng pasca agresi terakhir ke Gaza sebab meski mendapat pukulan telak, Hamas masih bertahan. Bahkan, Hamas seakan keluar dari puing-puing kerusakan Gaza seperti burung Finik dan melakukan perundingan keras dengan Mesir tanpa kata menyerah.
Halavi mengatakan di TV7 Israel, "Saya tidak suka Hamas. Namun kita harus mencari hal riil meyakinkan Hamas bahwa mereka memiliki kepentingan bicara dengan kami. Kita harus mulai ke arah sana. Hamas punya potensi untuk hal ini setelah mau bicara soal gencatan senjata tanpa perlu mensyaratkan anulir atas piagam (Hamas) soal menghancurkan Israel. Tidak ada jalan menghentikan roket Al-Qassam tanpa melebur Hamas dalam proses politik."
Kolumnis Israel Ben Kasbet menegaskan di harian Maarev bahwa Israel gagal dalam perang melawan Hamas dan nasib politik Benjemen Netenyahu saat ini di tangan komandan Al-Qassam Muhammad Dhaif. Ia menegaskan, Netenyahu, Yaalon, Gants mengakui tidak memiliki solusi.
Menlu Israel, Avigdor Lieberman mengakui Israel tak berdaya menghabisi perlawanan Palestina dan mengusulkan agar Jalur Gaza dialihkan pemerintahannya kepada PBB.
Inilah kesimpulan dari pakar-pakar, pengamat pentolan Israel yang menegaskan bukan saja soal kekalahan Israel dalam perang atas Gaza namun juga pesan buat para sekutu Israel dari kalangan negara-negara Arab dan Amerika bahwa kini sudah terjadi perimbangan kekuatan di kawasan dimana perlawanan Palestina memiliki peran besar dan dihormati di kalangan Israel. Kelompok perlawanan memiliki syarat dalam gencatan senjata di antaranya membuka blokade Gaza, kebebasan lalu lintas, pembebasan tawanan Palestina, membuka jalur laut Gaza, mengoperasikan bandara Gaza dan membuka pelabuhan laut dan segera merekonstruksi Gaza. Bagi Hamas syarat itu tidak bisa ditawar-tawar sehingga suara perlawanan Palestina menjadi paling tinggi.
Sumber: Asy-Syarq Qatar
0 komentar:
Post a Comment