Aktivis Yaman dan pemenang Nobel Perdamaian, tawakkul Karman, mengatakan dia telah menerima beberapa ancaman kematian dari pendukung kudeta Mesir dan jurnalis pro-kudeta, sebelum kunjungannya ke Kairo beberapa waktu lalu.
Karman yang sebelumnya tidak diperbolehkan masuk Mesir mengatakan beberapa pejabat pro-kudeta di Mesir berusaha untuk menutupi pelanggaran hak asasi manusia di negeri itu, dan dia ditolak masuk ke Kairo sehingga dia tidak akan menjadi saksi pelanggaran tersebut, lapor MEMO yang dipantau MINA (Mi’raj News Agency).
Karman menambahkan bahwa setelah penggulingan presiden Mesir Muhamad Mursi awal Juli lalu, pemerintah sementaranya mulai membatasi hak dan kebebasan para warga, dengan lebih bayak ‘mendengarkan’ suara-suara pro-kudeta. Dia mengatakan bahwa ribuan suara yang menolak telah dibunuh atau dipenjarakan, di mana itulah alasannya menuju ke Mesir beberapa waktu lalu.
Aktivis Yaman mengatakan dia menganggap dirinya bertanggung jawab untuk mengungkap ketidakadilan yang terjadi di Mesir dan dunia, menekankan pentingnya bagi Mesir melestarikan pencapaian revolusi 25 Januari yang menggulingkan rezim Mubarak.
Dia membantah kritik ditujukan padanya atas kedekatannya dengan Ikhwanul Muslimin, mengatakan bahwa dia membela hak asasi manusia di manapun dan di semua tempat di mana ada hak yang dilanggar, termasuk Mesir.
Dia menekankan bahawa dirinya juga telah mengkritik beberapa kebijakan Ikhwanul Muslimin dari waktu ke waktu.
Dia menyatakan kekhawatiran tentang masa depan Mesir, mengatakan bahwa pemerintahan militer akan digulingkan dalam beberapa bulan, jika tidak minggu.
Sebelumnya, Karman ditolak masuk ke Mesir setelah kedatangannya ke Bandara Internasional Kairo. Pihak berwenang Mesir memegang paspornya selama dua jam sebelum mengatakan bahwa dia ada dalam daftar hitam, katanya.(MINA).
- Blogger Comment
- Facebook Comment
Subscribe to:
Post Comments
(
Atom
)
0 komentar:
Post a Comment