By: Nandang Burhanudin
*********
Di sela-sela liburan hari raya, pikiran dan jemari ini tak kuasa berpaling dari negeri Fir'aun dan Nabi Musa. Negeri seibu menara yang dihias sungai Nil dan panorama peradaban dunia.
Kini, Mesir tengah bermuram durja. Kehormatannya dilecehkan penguasa. Orang mulia dihina dina. Orang hina ditahbiskan bak dewa. Demonstran damai dibantai. Ratusan meregang nyawa. Ribuan terluka. Hanya karena ambisi mendirikan Israel Raya.
Pesawat mainan yang merekam situasi lapangan, diposisikan sebagai ancaman. Sedang pesawat Israel yang tak henti melanggar perbatasan dan menembaki rakyat, dibiarkan bahkan dianggap bantuan.
Hari ini, Depdagri Mesir tak lama sefelah 'Idul Fifri nampaknya telah melakukan 20 kali latihan dan mematangkan rencana membubarkan demonstran. Dengan 20 kali serangan, diprediksi akan mengakibatkan jatuhnya 10 % korban pihak demonstran. Jika total demonstran 1 juta. Maka korban berjatuhan lebih jurang 100.0000 orang. Padahal demonstran di area Rab'ah dan Istana Ittihadiyah diperkirakan lebih dari 3 juta orang.
Jikapun Depdagri Mesir nekat, lalu angka korban mencapai 100.000 orang, dipastikan jumlah tersebut masuk ke dalam rekor pembantaian sepanjang sejarah dilihat dari pembantaian demonstran damai. Jumlah yang mengalahkan pembantaian Assad. Bahkan kekalahan Mesir saat perang 1967 melawan Israel saja, menelan korban 15.000 tentara.
Kader-kader IM plus proMoursi dan pro Syaikh Hazem Ismail, tentu sangat paham konsekwensi ini. Arena pertarungan bukan lagi arena politik: menang kalah di Pemilu. Tapi sudah melebar menjadi perang ideologi antara Zionis vs Islamis. Bahkan tidak lagi menjadi masalah Moursi atau IM, tapi meluas menjadi masalah eksistensi Ideologi Islam vs Ideologi Machiavelli.
Saya sekali lagi, sangat tak berharap kondisi chaos itu melanda Mesir. Hingga kini selalu berdoa, semoga kepala ular kudeta bernasib sama seperti Sadat dan Mesir dapat melakukan rekonsiliasi, hingga Mesir tetap menjadi negara istimewa.
0 komentar:
Post a Comment