Perdana Menteri Turki Recep Tayyip Erdogan mempertanyakan penghargaan Nobel Perdamaian yang diberikan kepada Wakil Presiden Mesir Mohamed El-Baradei.
Pertanyaan itu disampaikan saat pertemuan Partai Keadilan dan Pembangunan di Istanbul yang diselenggarakan untuk merayakan Idul Fitri, Kamis (9/8).
"El-Baradei menerima hadiah Nobel Perdamaian dan sekarang menjadi Wakil Presiden pemerintah Mesir yang merealisasikan kudeta militer. Saya menyeru Nobel, bagaimana Anda memberi penghargaan hadiah perdamaian kepada orang yang menerima itu terjadi di samping orang-orang yang membuat kudeta militer?" kata Erdogan, Anadolu Agency melaporkan yang dikutip MINA.
"Beberapa orang tidak bisa melihat ketidakadilan di Mesir. Beberapa orang bisa mengabaikan penindasan dan pembantaian di Mesir. Beberapa orang juga bisa menolak untuk menyebut kudeta militer sebagai ‘kudeta militer’. Melihat saudara-saudara kita di Mesir, kita merasakan penderitaan mereka dalam hati kita dan mendukung perjuangan mereka yang sah."
Mohamed Mustafa El-Baradei adalah seorang sarjana hukum Mesir dan diplomat yang telah menjadi Wakil Presiden Mesir sejak 2013. Dia menjadi Direktur Jenderal Badan Energi Atom Internasional (International Atomic Energy Agency/IAEA), sebuah organisasi antar pemerintah di bawah naungan PBB priode 1997-2009.
El-Baradei dan IAEA bersama-sama dianugerahi Hadiah Nobel Perdamaian pada tahun 2005, karena upaya mereka untuk mencegah energi nuklir dari penggunaan bertujuan militer dan untuk memastikan bahwa energi nuklir untuk tujuan damai, digunakan dengan cara seaman mungkin.
El-Baradei adalah tokoh Mesir keempat yang menerima Hadiah Nobel, setelah Anwar Sadat (1978 dalam bidang Perdamaian), Naguib Mahfouz (1988 dalam bidang Sastra), dan Ahmed Zewail (1999 dalam bidang Kimia).
El-Baradei juga merupakan tokoh penting dalam politik di Mesir baru-baru ini, khususnya revolusi 2011 yang menggulingkan Presiden Husni Mubarak, serta pada protes 2013 dan kudeta militer yang menggulingkan Presiden Muhammad Mursi.
Selain itu, Erdogan juga mengkritik suasana di Suriah selama bulan Ramadhan. "Mentalitas di Suriah telah menginjak kesucian Ramadhan dan telah membantai orang yang berpuasa," kata Erdogan dalam pertemuan itu.
"Saudara-saudara kami di Suriah telah memasuki Idul Fitri yang penuh darah dan air mata dan menjadi sasaran pembantaian selama bulan Ramadhan," tambahnya. (mina).
- Blogger Comment
- Facebook Comment
Subscribe to:
Post Comments
(
Atom
)
0 komentar:
Post a Comment