Perang mulut antara Turki dan Belanda telah terjadi sejak akhir pekan lalu. Sebabnya, Belanda menentang kampanye Turki bagi warganya di negeri itu terkait referendum konstitusi.
Konstitusi baru Turki membuat kekuasaan Erdogan sangat kuat dan lama.
Belanda menolak izin penerbangan Menlu Turki, Mevlut Cavusoglu, dan "mengusir" menteri perempuan, Fatma Sayan.
Turki berang. Selain mengeluarkan ancaman oleh para pejabat, Kedutaan Besar dan Konsulat Jenderal "si oranye" buru-buru diblokade.
Pengepungan akhir pekan lalu itu cukup menarik karena mirip penyerbuan. Barikade besar dipasang di sekitar gedung yang menjadi kedaulatan Belanda di dalam Turki. Alasannya adalah keamanan.
Perlu diketahui, misi diplomatik sebuah negara di negara lain juga membawa kedaulatannya, yaitu di area gedung kedutaan atau konsulat.
Sementara di Belanda, polisi menggunakan Anjing untuk "menangani" pengunjuk rasa warga Turki.
Perang komentar Turki-Belanda berlanjut, kedua pihak saling mengkritik politik dalam negeri masing-masing.
Belanda menuding referendum konstitusi Turki adalah cara Erdogan "melanggengkan kediktatorannya".
Eropa memang menganggap Ankara bertindak diktator pasca kudeta gagal tahun lalu, dengan penyingkiran musuh-musuh presiden Erdogan.
Sebaliknya, Turki mengomentari para politikus sayap kanan dan anti Islam yang naik popularitasnya jelang pemilu Belanda bulan ini.
Belakangan, kubu Geert Wilders memang mengemuka lagi di kancah perpolitikan Belanda. Ia dikenal rasis dan membenci Islam.
Berikut kenampakan penyegelan gedung diplomat Belanda di Ankara:
- Blogger Comment
- Facebook Comment
Subscribe to:
Post Comments
(
Atom
)
0 komentar:
Post a Comment