By: Nandang Burhanudin
****
Seminggu terakhir ini, media-media Mesir tak malu-malu lagi, mengobral berita tentang adanya "Tentara Mesir Merdeka" (Al-Jaisy Al-Mishri Al-Hurr) yang membangkang dan memusatkan pelatihan di perbatasan Libia-Sudan. Jumlahnya menurut El-Wathan sangat fantastis: 70.000 Komando Jihad di Sinai dan 800.000 pasukan bersenjata lengkap di perbatasan Libia. Headline Al-Ahram, Ahram Masai, Goumhuria, El Yaum El Sabi' sangat garang, "Organisasi Teroris Internasional Siap Menyerang Mesir!" Berita hoax yang tentu sangat mustahil. Bagaimana bisa puluhan atau ratusan ribu pasukan bersenjata bisa bergerak tanpa diketahui intelejen?
Nampaknya, media yang menjadi corong kudeta tengah panik. Terutama setelah melihat kebangkitan kembali kaum revolusioner Mesir. Kini tidak lagi didominasi Ikhwanul Muslimin. Namun kembali melibatkan rakyat jelata, kaum miskin, dan masyarakat pinggiran. Mereka yang "kesal" dan "jengah" dengan kenaikan harga-harga. Terlebih rencana pemerintah kudeta menaikkan Gas (Elpiji) dan Bensin hingga 4 kali lipat dari harga saat ini.
Di sisi lain, masyarakat Mesir saat ini tidak mudah lagi dibohongi, bahwa kekayaan Mesir yang berlimpah -termasuk dari pinjaman dan donatur- hanya dinikmati elit-elit militer-sipil-dan pengusaha tertentu. Tidak setetes pun sampai ke tenggorokan mereka. Maka wajar, Al-Jazeera menyiarkan langsung bagaimana rakyat-rakyat pinggiran Mesir sudah berani membakar dan merobek baliho-baliho junta kudeta yang akan mencalonkan diri menjadi Presiden.
Di level ini, kita bisa melihat ketulusan anggota dan kader jamaah Ikhwanul Muslimin. Arab Saudi yang telah mendeklarasikan Ikhwan sebagai organisasi teroris, kini harus tersipu malu. Terutama setelah Inggris menolak dan tidak menemukan cukup bukti, bahwa Ikhwanul Muslimin adalah organisasi teroris. Terpaksa Raja Saudi memecat 3 pangeran langsung. Mulai dari pangeran Bandar bin Sulthan (Kepala Intelejen) hingga Pangeran Abdul Aziz bin Fahd bin Abdul Aziz (Mensesneg), hingga Pangeran Thalal bin Abdul Aziz (Mendagri).
Sementara Qatar, kini keluar menjadi pemenang. Negara-negara Teluk (Saudi-UAE-Oman-Bahrain-Kuwait) tidak mampu menekan Qatar untuk mengurangi dukungannya kepada Ikhwanul Muslimin dan meniadakan program "Al-Jazeera Mubasyir Mashr" (LIVE Mesir).
Optimisme rakyat Mesir pecinta kebaikan, kini semakin merekah. Pilpres diyakini akan dimenangkan Jenderal As-Sisi. Namun semua bertanya, jika As-Sisi didukung rakyat, mengapa selalu tersembunyi dan dijaga ketat 150 bodyguard? Rakyat pecinta kebaikan yakin, yang mereka hadapi adalah "mafia sistem yang terstruktur". Dalam arti, di belakang As-Sisi ada kekuatan superpower. Namun semua haqqul yaqin, mereka memiliki Allah yang Mahakuasa! Wallahu A'lam.
0 komentar:
Post a Comment