Menanti Harmoni Militer-Islamis Pimpin Indonesia
by @AryaSandhiyudha
Daya tarik Islam bukan karena ia Klub orang-orang sholeh scr biologis; tapi sebab ia sahabat cahaya bagi yang terluka & tersisih utk jd sehat & mulia.
Daya tarik Islam sebab ia mbentang peluang bg siapapun dengan latar "serendah, selemah, sekecil" apapun dalam standard duniawi untuk mulia ukhrowi.
Daya tarik Islam sebab ia mencakup ruang pilihan hidup yang lengkap, hingga apapun potensi diri bisa jadi kontribusi madani, tiket ke Surga nanti.
Tiada pemerintah tanpa militer; Tiada militer tanpa uang; Tiada uang tanpa sejahtera; Tiada sejahtera tanpa keadilan & adminstrasi yang baik- IbnQutayba.
('There can be no government. without an army; No army without money; No money without prosperity; & no prosperity without justice & good administration") -IbnQutayba
*Qutayba merupakan intelektual muslim abad ke-9, pandangannya tsb dikutip dlm Comparative Politics karya WR. Clark, M. Golder, & SN. Golder
Bila di lihat dari DPR-RI 2009-2014, terlihat bahwa perhatian PKS ke militer & pertahanan bukan baru. Ketua Komisi I sejak awal dari PKS Mahfudz Siddiq.
5 Ketua/Presiden PKS yang pernah di DPR-RI semuanya pernah di Komisi I (pertahanan): Hidayat Nur Wahid, Al Muzzammil Yusuf, Tifatul Sembiring, Luthfi Hasan Ishaaq, juga Anis Matta.
Bersama dengan semua pimpinan & anggota komisi I DPR-RI, aleg PKS yang Ketua Komisi I Mahfudz Siddiq, mendorong banyak terobosan militer & pertahanan.
Jadi bukan hal mendadak, apalagi mengherankan, kalau benar nantinya akan ada penguatan relasi PKS dengan aktor militer & pertahanan lebih jauh.
Komisi I DPR-RI 09-14 justru jadi titik tolak era baru transformasi pertahanan, karena berhasil tetapkan Renstra & UU tentang Industri Pertahanan. Selama ini dunia militer mengeluhkan alutsista yang lemah yang digunakan aktor pertahanan untuk menjaga NKRI. UU Industri Pertahanan sejarah baru.
Di dalamnya termasuk Renstra anggaran mengikat setidaknya hingga 2024. Tak hanya untuk mencapai MEF tapi juga memacu kemandirian industri pertahanan. Tidak hanya concern pada senjatanya, namun juga manusianya.
Komisi I selama 2009-2014 meningkatkan anggaran untuk personil militer (bawah) secara bertahap. Perjalanan Komisi I juga bukti bahwa kebijakan pertahanan kini lebih integral. Ada sinergi industri pertahanan dengan industri strategis lainnya.
Kalau hari ini & ke depan di Indonesia ada kombinasi kepemimpinan Militer-Islamis. Itu adalah capaian termahal dan terunik dalam demokrasi dunia.
Bila di Barat seperti AS yang unik itu adalah memiliki pemimpin dari ras minor. Maka untuk negara-negara muslim yang unik itu adalah harmoni Militer-Islamis.
Militer Indonesia akan menjadi korps terunggul yang berhasil lepaskan dwifungsi, bisnis politik, jaga relasi dengan sipil, tapi juga relasi dengan Islamis. Juga bukti bahwa watak Islamis Indonesia juga perlu dimaknai ulang, sebab nyatanya ia amat berbeda secara praksis dengan yang ada di Timur Tengah.
Mungkin budaya kita jawabannya. Kekuatan karakter Ke-Indonesiaan yang membuat Militer dan Islamis bisa demikian lunak mengakomodasi demokrasi.
Kita insyaAllah tidak akan menapak tilas ketegangan militer-islamis seperti dalam perjalanan politik Mesir, Turki atau negara lainnya.
Negara Pancasila juga yang telah membuat NKRI ini memiliki potensi relasi kepemimpinan Militer-Islamis yg kian toleran; saling berkolaborasi. [pkssumut]
0 komentar:
Post a Comment